Tinjauan Pustaka

4. Ekspor

Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang telah dihasilkan oleh suatu negara kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir, 2004: 61). Menurut Nazaruddin (1993: 23), penjualan luar negeri atau ekspor pada hakikatnya merupakan fungsi-fungsi marketing pada tingkat internasional. Marketing sendiri merupakan pelaksanaan kegiatan yang diarahkan pada pengaliran barang atau jasa dari produsen ke konsumen.

Menurut Hutabarat (1996: 2-3), dalam transaksi perdagangan ekspor, seorang eksportir banyak berhubungan dengan berbagai instansi atau lembaga yang menunjang terlaksananya transaksi ekspor tersebut, diantaranya adalah lembaga-lembaga seperti : bank, maskapai pelayaran, asuransi, bea cukai, dan kedutaan/konsulat.

Kegiatan ekspor impor didasarkan oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara manapun yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim serta struktur ekonomi dan sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan

commit to user

memulai keterlibatannya dalam bisnis luar negeri dengan mengekspor, yaitu menjual beberapa produksi regular mereka di luar negeri. Mengekspor merupakan alat yang paling bagus untuk memperoleh rasa berbinis internasional tanpa mengikatkan suatu sumber daya manusia atau keuangan dalam jumlah besar (Ball dan Wendell, 2000: 91-92).

Suatu negara dikatakan memiliki keunggulan mutlak bilamana didukung oleh faktor alam yang spesifik yang tidak dimiliki oleh negara lain. Bagi negara lain yang tidak dapat menghasilkan produk tersebut Karena tidak didukung oleh faktor alam yang memberikan keunggulan mutlak mau tidak mau harus mengimport barang tersebut.

Teori keunggulan absolut dari Adam Smith memiliki kelemahan yang akhirnya disempurnakan oleh David Ricardo dengan teori comparative advantage atau keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif (comparative advantage) adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara bila dapat memproduksi suatu komoditi lebih murah dan lebih baik yang disebabkan kombinasi faktor produksi yang ideal sehingga produktivitasnya lebih tinggi (Widjaja dan Yani, 2003: 2).

Ekspor adalah menjual produk-produk yang dibuat di negara sendiri untuk digunakan dan dijual kembali ke negara-negara lain. Impor adalah membeli produk-produk yang dibuat dinegara-negara lain untuk digunakan atau dijual kembali di negara sendiri. Aktivitas ekspor dan impor sering dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah perdagangan barang atau produk-produk yang berwujud (tangible) seperti pakaian, komputer, dan bahan baku. Kelompok aktivitas lainnya ialah perdagangan jasa atau produk-produk tidak berwujud (intangible) seperti kegiatan perbankan, perjalanan, dan akuntansi (Griffin, 2005: 7).

Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional bisa dimungkinkan oleh beberapa kondisi, antara lain:

a. Adanya kelebihan produksi dalam negeri, sehingga kelebihan tersebut dapat dijual ke luar negeri melalui kebijaksanaan ekspor.

commit to user

tersebut karena adanya kekurangan produk dalam negeri.

c. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri daripada penjualan di dalam negeri. Karena harga di pasar dunia yang lebih menguntungkan.

d. Adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik.

e. Adanya barter antarproduk tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan tidak dapat diproduksi didalam negeri (Soekartawi, 2001: 126).

Dalam pengembangan ekspor komoditi pertanian kita masih terhadang oleh berbagai masalah. Secara garis besar permasalahan ini dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, permasalahan yang berhubungan langsung dengan komoditi pertanian itu sendiri, yakni sifat-sifatnya dan konsekuensi dari kebijaksanaan yang diberlakukan pemerintah. Kedua, berkaitan dengan ruang lingkup dunia ekspor impor sebagai perdagangan internasional (Nazaruddin, 1993: 7). Pengembangan ekspor barang khususnya ekspor bukan minyak dan gas bumi, dapat dimanfaatkan berbagai sarana fasilitas tersendiri seperti pemesanan, penetapan harga, dan mutu barang, serta bantuan teknis (Hutabarat, 1996).

Suatu komoditi yang hendak dijual memiliki sifat dan karakteristik sendiri. Penampilannya bisa berbeda-beda. Daya tahannya juga berbeda-beda. Tidak semua komoditi ekspor tahan lama. Bahkan, komoditi ekspor pertanian merupakan yang paling tidak tahan lama dibandingkan komoditi ekspor lainnya. Bicara soal daya tahan inilah maka komoditi ekspor pertanian memiliki tingkat risiko yang tinggi, karena risiko rusak dan merugi. Komoditi pertanian memang menuntut kesegaran untuk jenis- jenis tertentu (Nazaruddin, 1993: 12).

commit to user

Indonesia, ada sebagian yang menjadi andalan atau primadona. Adapun komoditi-komoditi ekspor pertanian utama dari Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Komoditi berupa bahan mentah: kopi, udang, rempah-rempah, teh, ikan dan produk perikanan, serta biji kakao.

b. Komoditi olahan dan hasil pertanian: karet olahan, kayu lapis, minyak sawit, makanan olahan, dan makanan ternak (Nazaruddin, 1993: 17-18).

5. Devisa

Devisa atau valuta asing atau juga lazim disebut dengan alat-alat pembayaran luar negeri atau dalam bahasa asing disebut Foreign Exchange Currency , sesungguhnya merupakan tagihan kita terhadap luar negeri yang dapat dipergunakan untuk melunasi segala hutang kita terhadap luar negeri (Amir, 2005: 14). Sumber devisa suatu negara pada umumnya dapat berasal dari beberapa sumber sebagai berikut:

a. Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor karet, kopi, minyak tanah, timah, tekstil, kayu-lapis, ikan, udang, rotan, anyaman rotan, topi pandan, dan lain sebagainya. Begitu pula hasil sektor jasa, seperti uang tambang, angkutan, provisi dan komisi jasa perbankan, premi asuransi, hasil perhotelan, dan industri pariwisata lainnya.

b. Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan internasional, serta swasta asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia ), kredit dari World Bank dan Asia Development Bank dan Supplier’s Credit dari perusahaan swasta asing.

c. Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP, UNESCO, dan pemerintah asing, seperti pemerintah Saudi Arabia, Jepang, dan lain-lain.

d. Laba dari penanam modal di luar negeri, seperti laba yang ditranfer dari perusahaan milik pemerintah dan warga Indonesia yang

commit to user

Indonesia yang bekerja di luar negeri seperti di Malaysia, Brunei Darussalam, dan Timur Tengah.

e. Hasil dari kegiatan pariwisata internasional, seperti uang tambang, angkutan, sewa hotel, penjualan souvenir dan novelties, uang pandu wisata dan lain-lain (Amir, 2005: 14).

6. Harga

Perdagangan luar negeri timbul karena adanya perbedaan harga barang di berbagai negara. Harga sangat ditentukan oleh biaya produksi, yang terdiri dari upah, biaya modal, sewa tanah, biaya bahan mentah, serta efisiensi dalam proses produksi. Untuk menghasilkan jenis barang tertentu terdapat perbedaan antara satu negara dengan negara lainnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam jumlah, jenis, kualitas serta cara-cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam proses produksi. Selain itu, harga juga ditimbulkan oleh adanya perbedaan pendapatan serta selera (Nopirin, 1999: 2).

Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak. Naik turunnya harga tersebut disebabkan oleh:

a. Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan tingginya inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga di pasaran domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi tersebut jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin menurun.

b. Harga di pasaran internasional semakin meningkat, di mana harga internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik tersebut stabil, maka selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar. Akibat dari kedua hal diatas akan mendorong ekspor komoditi tersebut (Soekartawi, 2001: 128-129).

commit to user

sehingga kurva penawaran berlereng positif. Ada dua alasan yang menyebabkan produsen menawarkan lebih banyak pada tingkat harga yang lebih tinggi. Pertama, jika harga naik dan faktor yang lain konstan, maka harga merupakan imbalan potensial atas produksi suatu barang. Kedua, harga yang lebih tinggi akan meningkatkan kemampuan produsen menghasilkan barang (McEachern, 2000: 47).

7. Kurs Mata Uang Asing

Apabila suatu barang ditukar dengan barang lain, tentu didalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar ini sebenarnya merupakan semacam harga di dalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs (exchange rate). Dalam kenyataanya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu valuta asing. Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal:

a. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh pedagang valuta asing/bank. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta asing/bank membeli valuta asing, dan kurs jual apabila mereka menjual. Selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang.

b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayarannya.

c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran yang berasal dari bank asing yang sudah terkenal kursnya lebih tinggi daripada yang belum terkenal (Nopirin, 1999: 137-138).

Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar (exchange rate). Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel

commit to user

perdagangan internasional, karena kurs memungkinkan para pedagang untuk membandingkan harga-harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. Sama halnya dengan harga-harga lainnya dalam perekonomian yang ditentukan oleh interaksi pembeli dan penjual, kurs juga ditentukan oleh interaksi berbagai rumah tangga, perusahaan dan lembaga-lembaga keuangan yang membeli dan menjual valuta asing guna keperluan pembayaran internasional. Pasar yang memperdagangkan mata uang internasional disebut pasar valuta asing (foreign-exchange market) (Krugman dan Maurice, 1994: 40-45).

8. Elastisitas

Banyaknya komoditi yang akan dijual oleh perusahaan disebut jumlah yang ditawarkan untuk komoditi itu. Jumlah yang ditawarkan dipengaruhi oleh beberapa variabel yang penting yaitu harga komoditi itu sendiri, harga-harga masukannya, tujuan perusahaan dan tahap perkembangan teknologi (Lipsey et al., 1990: 68). Sukirno (2003: 86) menambahkan harga barang-barang lain juga ikut menentukan jumlah barang yang akan ditawarkan. Ekspor merupakan kegiatan penawaran yaitu merupakan kelebihan penawaran (excess suplly) atas permintaan di dalam negeri.

Dalam teori penawaran, elastisitas penawaran mengukur respon jumlah yang ditawarkan akibat perubahan harga. Elastisitas penawaran dirumuskan:

Berpengaru h Yang Faktor Yang Masing - Masing - Dari Jumlah Perubahan Jumlah %

Ekspor Di Yang Barang Jumlah Perubahan Jumlah % Es =

(Sukirno, 2003: 117). Besarnya elastisitas dapat bervariasi antara nol sampai tak terhingga, bila:

1. Es = 0, penawaran bersifat inelastis mutlak, terjadi bila jumlah yang ditawarkan tidak berubah dengan adanya perubahan harga.

commit to user

ditawarkan berubah dengan persentase lebih kecil dari perubahan harga.

3. Es = 1, penawaran bersifat elastis satu, terjadi bila jumlah yang ditawarkan berubah dengan persentase sama dengan perubahan harga.

4. 1 < Es < ~, penawaran bersifat elastis, terjadi bila jumlah yang ditawarkan berubah dengan persentase lebih besar dari pada perubahan harga.

5. Es = ~, penawaran bersifat elastis mutlak, sempurna atau tak terhingga, terjadi bila penjual siap menjual dengan segala kemampuan mereka pada beberapa tingkat harga dan tidak sama sekali walaupun dengan harga yang sedikit lebih rendah.

(Lipsey et al., 1990: 84-85). Adanya tanda positif dan negatif menunjukkan hubungan barang tersebut dengan barang lain. Barang-barang komplementer mempunyai koefisien elastisitas positif sedangkan untuk barang-barang substitusi mempunyai koefisien elastisitas yang negatif (Sukirno, 2003: 116). Barang-barang hasil pertanian mempunyai sifat penawaran yang inelastis. Beberapa faktor penyebabnya adalah karena barang-barang tersebut dihasilkan secara semusim, karena kapasitas memproduksi sektor pertanian cenderung untuk mencapai tingkat yang tinggi dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan, dan karena beberapa jenis tanaman memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum dapat menghasilkan (Sukirno, 2003: 129).