Keadaan Alam

A. Keadaan Alam

1. Lokasi Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu provinsi di Pulau Jawa, berada diantara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur serta berada diantara Laut Jawa dan Samudera Indonesia. Provinsi Jawa Tengah terletak antara lintang 5 o 40’ dan 8 o 30’ Lintang Selatan (LS) dan antara 108 o 30’dan111 o 30’ Bujur Timur (BT). Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 263 km dan dari utara ke selatan 226 km (tidak termasuk Pulau Karimunjawa). Batas-batas wilayah Provinsi Jawa Tengah meliputi : Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Timur : Provinsi Jawa timur Sebelah Selatan : DI Yogyakarta dan Samudera Indonesia Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Tengah secara administratif terbagi menjadi 29 kabupaten, 6 kota, 573 kecamatan, 767 kelurahan, dan 7.809 desa. Luas Wilayah Provinsi Jawa tengah pada tahun 2009 tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas Indonesia). Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah cukup luas sehingga diharapkan tanaman perkebunan khususnya teh dapat dikembangkan lagi. Hal ini dikarenakan tanaman teh adalah tanaman komoditas ekspor yang dapat menyumbangkan devisa bagi negara.

2. Topografi Keadaan topografi Provinsi Jawa Tengah terdiri dari daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah perbukitan dengan pegunungan yang landai dan curam. Berdasarkan keadaan topografinya wilayah Provinsi Jawa Tengah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu bagian utara dan bagian selatan yang berupa dataran rendah, serta bagian tengah yang

commit to user

pegunungan ini sangat cocok untuk ditanami tanaman teh.

Wilayah daratan di Provinsi Jawa Tengah memiliki ketinggian yang bervariasi, yakni dari puluhan mdpl (meter dari permukaan laut) hingga ketinggian diatas 1000 mdpl. Adapun penggolongan wilayah di Provinsi Jawa Tengah menurut ketinggian tempat dari permukaan laut adalah sebagai berikut:

a. Ketinggian 0-100 mdpl, memanjang disepanjang pantai utara dan selatan wilayah Provinsi Jawa Tengah seluas 53,30% dari luas total wilayah Provinsi Jawa Tengah.

b. Ketinggian 100-500 mdpl, memanjang dari bagian tengah wilayah Provinsi Jawa Tengah seluas 27,4% dari luas total wilayah Provinsi Jawa Tengah.

c. Ketinggian 500-1000 mdpl dengan luas 14,7% dari luas total wilayah Provinsi Jawa Tengah.

d. Ketinggian diatas 1000 mdpl dengan luas 4,6% dari luas total wilayah Provinsi Jawa Tengah.

3. Jenis Tanah Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah. Secara umum jenis tanah yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah yaitu tanah aluvial, tanah latosol, tanah grumosol, tanah regosol, tanah organosol, tanah litosol, tanah mediteran, dan andosol yang keberadaannya tersebar di wilayah bagian utara, tengah, dan selatan. Jenis tanah yang paling sesuai untuk ditanami teh adalah tanah andosol. Tanaman teh lebih menyukai tanah yang banyak mengandung humus (banyak mengandung bahan organik), subur, gembur, serta berdrainase dan airase baik. Tanah demikian mudah menyerap air dan mudah pula mengeluarkan air, sehingga pada saat hujan terus-menerus tanah tidak terlalu becek dan cepat kering.

commit to user

Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang dinamik dan sulit dikendalikan. Iklim atau cuaca sering menjadi faktor pembatas bagi produksi pertanian, sehingga iklim merupakan faktor yang penting dalam pengelolaan usahatani. Keadaan iklim di suatu wilayah dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, suhu, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim.

Tanaman teh membutuhkan lingkungan tumbuh yang bertemperatur ideal yaitu lingkungan dengan kondisi udara yang sejuk. Pertumbuhan dan produksi teh yang optimal membutuhkan suhu udara antara 14 o -25 o C. Curah hujan minimum bagi tanaman teh adalah 1.150-1.400 mm per tahun. Tanaman teh ini tidak tahan terhadap daerah yang panas dan kering.

Menurut Stasiun klimatologi Klas I Semarang, suhu udara rata-rata di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 berkisar antara 24,5 o C sampai dengan 28,2 o

C. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 75 persen sampai dengan 83 persen. Rata-rata curah hujan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 2.121 mm per tahun dan mempunyai hari hujan dengan rata-rata di bawah 125 hari per tahun. Kondisi iklim seperti ini cocok untuk membudidayakan perkebunan, misalnya seperti teh.

5. Keadaan Lahan dan Tataguna Lahan Penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah dibagi menjadi dua yaitu lahan sawah dan bukan lahan sawah. Lahan sawah terdiri dari pengairan teknis, pengiran ½ teknis, pengairan sederhana, pengairan desa, tadah hujan, pasang surut, lebak dan lainnya. Sedangkan bukan lahan sawah terdiri dari lahan kering dan lahan lainnya. Tata guna lahan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel berikut :

commit to user

No.

Jenis Kelamin

Luas (Ha)

Persentase (%)

1. Lahan Sawah

991.652 30,47

a. Pengairan teknis

383.262 38,65

b. Pengairan ½ teknis

133.769 13,49

c. Pengairan sederhana

136.635 13,78

d. Pengairan desa

52.596 5,30

e. Tadah hujan

282.521 28,49

f. Pasang surut

1.613 0,16

g. Lebak dan lainnya

1.256 0,13

2. Bukan Lahan Sawah

2.262.760 69,53

a. Lahan kering

1) Bangunan/pekarangan

503.923 22,27

2) Tegal/kebun

730.370 32,28

3) Ladang/huma

13.413 0,59

4) Padang rumput

1.184 0,05

5) Sementara tidak diusahakan

1.628 0,07

6) Hutan rakyat

103.402 4,57

7) Hutan negara

578.107 25,55

8) Perkebunan negara

b. Lahan lainnya

3) Kolam/empang

Sumber: Provinsi Jawa Tengah, 2010 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa di Provinsi Jawa Tengah luas lahan sawah lebih kecil daripada lahan bukan sawah. Luas lahan bukan sawah adalah 2.262.760 hektar atau 69,53% dan sebagian besar lahan bukan sawah digunakan untuk tegalan/kebun yaitu sebesar 730.370 hektar atau sebesar 32,28%. Lahan sawah di Provinsi Jawa Tengah sebagian besar adalah lahan sawah pengiran teknis yaitu seluas 383.262 hektar atau 10,02%.

commit to user

1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2010, jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah mencapai 32.864.563 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta besarnya sex ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk di Provinsi Jawa Tengah menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenis

Kelamin, 2009 No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Sex Ratio

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 berjumlah 32.864.563 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 16.123.190 jiwa (49,06%) dan penduduk perempuan berjumlah 16.741.373 jiwa (50,94%). Sex Ratio di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 adalah sebesar 96,31 yang berarti bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan yang lebih besar dari laki-laki, dapat membantu pemenuhan tenaga kerja pemetik teh. Biasanya tenaga kerja pemetik teh menggunakan tenaga kerja wanita. Hal ini dikarenakan tenaga kerja pemetik teh wanita lebih teliti dalam melakukan panen teh.

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Komposisi penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produktif dan non produktif. Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut jenis umur dapat dilihat sebagai berikut:

commit to user

Tengah, 2009

No.

Umur (Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Angka Beban Tanggungan 52,16

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok umur, yang paling banyak adalah penduduk dengan kelompok umur produktif atau penduduk yang berusia antara 15-64 tahun. Besarnya jumlah penduduk yang berusia produktif ini dapat mendukung sub sektor perkebunan khususnya tanaman teh dalam pemenuhan tenaga kerja. Dari Tabel 5 juga dapat dihitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di Provinsi Jawa Tengah. Angka Beban Tanggungan (ABT) adalah rasio antara jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia produktif. Hasil perhitungan menunjukkan Angka Beban Tanggungan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 52,16%. Artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 42 orang usia tidak produktif (penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun).

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat mata pencahariaannya yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Komposisi penduduk di Provinsi Jawa Tengah menurut mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut:

commit to user

Tabel 6. Komposisi Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Mata

Pencaharian di Provinsi Jawa Tengah, 2009

No.

Mata Pencaharian

Jumlah (Jiwa)

2. Pertambangan dan Galian, Listrik, Gas dan Air Bersih

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa penduduk di Provinsi Jawa Tengah sebagian besar bekerja di sektor pertanian, ditunjukkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini sebesar 5.864.827 jiwa atau sebesar 37,04% dari total penduduk yang telah bekerja. Penduduk di Provinsi Jawa Tengah sebagian besar bekerja di sektor pertanian yang mencakup sub sektor perkebunan khususnya teh, karena sektor ini tidak menuntut tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus dan pendidikan yang tinggi. Sektor lain yang dimasuki penduduk dalam jumlah yang cukup besar adalah sektor perdagangan sebanyak 3.462.071 jiwa (21,86%), sektor industri sebanyak 2.656.673 jiwa (16,78%), dan sektor jasa 1.836.971 jiwa (11,60%). Sektor ekonomi lain yang dimasuki oleh penduduk dalam jumlah yang kecil kurang dari 10% dimana yang terkecil adalah sektor pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih yaitu sebanyak 147,997 jiwa atau sebesar 0,93% dari total penduduk yang telah bekerja.

commit to user

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah tersebut. Tingkat pendidikan penduduk akan mempengaruhi kemampuan penduduk dalam menerima teknologi baru dan mengembangkan usaha di daerahnya. Tingkat pendidikan di suatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi

Jawa tengah, 2009

1. Tamat SD

13.829.015 56,05

2. Tamat SLTP

5.443.466 22,07

3. Tamat SLTA, D1, D2, D3, D4, S1, S2, dan S3

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa penduduk di Provinsi Jawa Tengah paling banyak adalah tamatan SD yaitu sebanyak 13.829.015 orang atau 56,05% dan yang paling sedikit adalah tamatan SLTP yaitu sebesar 5.443.466 orang atau sebanyak 22,07%. Adapun jumlah penduduk yang berhasil menyelesaikan tingkat pendidikannya hingga tingkat SLTA, D1, D2, D3, D4, S1, S2, dan S3 sebanyak 5.397.044 orang atau sebesar 22,88%. Penduduk Provinsi Jawa Tengah sebagian besar berpendidikan SD sehingga hal ini akan mempengaruhi kemampuan dalam menerima teknologi baru dan usaha untuk mengembangkan sub sektor perkebunan khususnya tanaman teh.

commit to user

1. Struktur Perekonomian Menurut perhitungan atas dasar harga berlaku (ADHB), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 adalah sebesar Rp 392,983,859.75 juta atau meningkat 8,28 % dari PDRB tahun sebelumnya yang mencapai angka Rp 362,938,708.25 juta. PDRB yang terbesar berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian menempati posisi ketiga di bawah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang berada di posisi kedua. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran peran sektor pertanian sebagai sektor ekonomi utama digantikan oleh sektor ekonomi non pertanian. Adapun peran sektor-sektor ekonomi yang lain dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas

Dasar Harga Berlaku, 2009

No.

Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga berlaku (ADHB)

PDRB Tahun 2008

(Jutaan Rupiah)

Persentase

(%)

PDRB Tahun 2009 (Jutaan Rupiah)

2. Pertambangan dan Galian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

9. Jasa - Jasa

Total PDRB

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010 Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa sektor industri pengolahan memberikan sumbangan yang tertinggi terhadap ekonomi Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 31,45% atau Rp 123,595,643.43 juta. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang juga merupakan sektor yang

commit to user

tengah sebesar 19,87 % atau Rp 78,082,543.48 juta. Laju pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2009 yaitu sebesar 6,01 % masih mempunyai peranan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah, karena mampu memberikan andil sebesar 19,72% atau Rp 77.495.016,46 juta.

2. Pendapatan Per Kapita Pendapatan regional per kapita merupakan salah satu tolak ukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendapatan regional per kapita, semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Dalam waktu lima tahun terakhir pendapatan regional per kapita Provinsi Jawa Tengah cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukan bahwa sub sektor perkebunan khususnya teh dapat menyerap tenaga kerja yang besar, dengan banyaknya penduduk Provinsi Jawa Tengah yang bekerja dapat meningkatkan pendapatan regional per kapita di Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan pendapatan regional per kapita di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Pendapatan Regional Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku

di Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009.

Tahun Pendapatan Per Kapita (Rp) ADH Berlaku

(ADHB))

ADH Konstan (ADHK 2000=100)

4.220.104,55 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

commit to user

pendapatan regional perkapita Provinsi Jawa Tengah mempunyai angka pertumbuhan yang positif yang berarti bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan. Pendapatan regional perkapita riil rata-rata adalah Rp 4.220.104,55 per tahun. Sedangkan menurut harga berlaku pendapatan regional per kapita rata-rata adalah Rp 8.369.348,27 per tahun.

3. Sarana dan Prasarana Ekonomi Sarana dan prasarana perekonomian merupakan faktor penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam perekonomian yang semakin berkembang diperlukan sarana dan prasarana yang semakin berkembang pula. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyadari hal ini dan merealisasikannya dengan pembangunan fasilitas-fasilitas antara lain fasilitas transportasi dan komunikasi. Panjang jalan di seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 menurut Badan Pusat Statistik dalam angka 2010 adalah 1.390,57 km panjang jalan nasional, 2.539,70 km jalan provinsi, dan 22.458,95 km panjang jalan kabupaten/kota. Jembatan yang sudah dibangun berjumlah 3.633 buah, terdiri dari 1.605 jembatan negara dan 2.028 jembatan provinsi. Pelabuhan yang ada yaitu Pelabuhan Tanjung Emas, Pelabuhan Tanjung Intan, dan Pelabuhan Tegal. Pembangunan fasilitas-fasilitas transportasi dan komunikasi akan membantu ekspor teh Provinsi Jawa Tengah berjalan dengan baik.

Dalam bidang komunikasi terdapat PT. Pos Indonesia yang melayani kebutuhan surat menyurat, wesel, dan paket pos. PT. Pos Indonesia keberadaannya semakin diperlukan dalam era informasi sebagai sarana penghubung dan komunikasi. Pada tahun 2009 di Provinsi Jawa Tengah sudah terdapat sebanyak 494 buah kantor pos yang terdiri dari 29 buah kantor pemeriksa dan 511 buah kantor cabang. PT. Telkom juga terdapat di Provinsi Jawa Tengah yang melayani hubungan komunikasi lewat telepon.

commit to user

ketersediaan sarana perekonomian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sarana tersebut, digunakan untuk menyalurkan hasil produksi sub sektor perkebunan terutama teh dari produsen ke konsumen. Guna menunjang laju perekonomiannya tersebut maka di Provinsi Jawa Tengah mempunyai beberapa sarana perekonomian seperti pasar, bank, pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan koperasi. Jumlah masing-masing dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 10. Sarana Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah, 2009

No

Jenis Sarana Perekonomian

Jumlah (unit)

1 Koperasi non KUD

25.077

2 Koperasi KUD

2931

3 Pasar tradisional

884

4 Pusat perbelanjaan

301 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah sudah memadai. Koperasi KUD maupun koperasi non KUD merupakan sarana perekonomian masyarakat yang jumlahnya terbesar dibandingkan sarana perekonomian lainnya. Hal ini menunjukkan cukup tingginya kesadaran masyarakat untuk berkoperasi. Jumlah pasar yang ada di Provinsi Jawa Tengah juga cukup besar yaitu 884 unit pasar tradisional dan 31 unit pusat perbelanjaan. Untuk lembaga keuangan yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah adalah bank sebanyak

56 unit dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebanyak 301 unit.

commit to user

sebagai penunjang dalam kegiatan perekonomian. Berikut ini tabel yang menunjukan jumlah sarana perhubungan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009. Tabel 11. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2009

No

Jenis Sarana Perhubungan

Jumlah (unit)

1 Mobil Pribadi

4 Pick Up

374.728

5 Sepeda Motor

8.076.324 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Banyaknya sarana perhubungan yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah membuat masyarakat tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan mobilitas untuk melakukan kegiatan perekonomian. Dalam kegiatan ekspor teh, sarana perhubungan mempunyai peranan penting dalam melakukan pemasaran teh, dimana membutuhkan pengangkutan yang seefektif dan seefisien mungkin sehingga teh masih dalam keadaan bagus ketika sampai ke konsumen. Adanya mobilitas yang baik maka akan semakin menambah jumlah konsumen yang berada di luar kota maupun luar negeri untuk membeli teh. Tabel 12. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Provinsi Jawa Tengah, 2009

No

Jenis Sarana Perhubungan

Jalan Kabupaten (Km)

1 Jenis Permukaan

a. Aspal

21.551,43

b. Kerikil

1.222,46

c. Tanah

800,14

d. Tidak dirinci

2.195,88

2 Kondisi Jalan

a. Baik

12.740,81

b. Sedang

6.563,56

c. Rusak

4.211,82

d. Rusak berat

2.253,71 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

commit to user

jalan, sebagian besar jalan di Provinsi Jawa Tengah sudah berupa aspal, begitu pula dengan kondisi jalan yang sebagian besar sudah dapat dikatakan baik, walaupun juga ada kondisi jalan yang rusak berat. Kondisi jalan yang baik dan lancar akan semakin memudahkan dalam melakukan pemasaran teh ke luar kota maupun ke luar negara sehingga risiko kerusakan produk teh dapat diperkecil.

4. Ekspor dan impor Investasi yang ditanamkan di berbagai sektor ekonomi berhasil meningkatkan produksi. Meningkatnya produksi akan lebih mendorong ekspor. Nilai ekspor yang dicapai Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 mencapai 180.530,30 milyar rupiah, turun menjadi 177.121,7 milyar rupiah pada tahun 2009. Kegiatan ekspor ke luar negeri sebesar 19,08% dari total nilai ekspor. Ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 adalah 721.348 kg dengan nilai ekspor 937.752 US$.

Nilai impor barang dan jasa masih di bawah kegiatan ekspor. Pada tahun 2009, nilai impor atas dasar harga berlaku mencapai 170.338,30 milyar rupiah, naik 5,51% dari tahun sebelumnya. Namun untuk nilai impor atas dasar harga konstan 2000 mengalami penurunan sebesar minus 0,64 % atau tercatat sebesar 78,131,40 milyar rupiah.