Keadaan Penduduk

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk maupun pertumbuhan penduduk perlu untuk diketahui karena dapat digunakan untuk mengetahui dan memperkirakan kebutuhan-kebutuhan masyarakat baik berupa kebutuhan akan pangan, Jumlah penduduk maupun pertumbuhan penduduk perlu untuk diketahui karena dapat digunakan untuk mengetahui dan memperkirakan kebutuhan-kebutuhan masyarakat baik berupa kebutuhan akan pangan,

Tabel 8. Perkembangan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2003 – 2007

Persentase Pertumbuhan Tahun

Jumlah Penduduk

2.073.521 0,19 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlahpenduduk di Kota Surakarta tahun 2004–2007 2.073.521 jiwa. Sedangkan untuk pertumbuhan penduduk Kota Surakarta dari tahun 2004 sampai tahun 2007 menunjukkan peningkatan sebesar 0,19%. Peningkatan penduduk tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan-kebutuhan hidup, khususnya kebutuhan pangan.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut kelompok umur merupakan suatu bentuk penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat diketahui jumlah penduduk usia belum produktif, jumlah penduduk usia produktif, dan jumlah penduduk usia tidak produktif. Berdasarkan umur penduduk dapat digolomgkan menjadi tiga kelompok, yaitu usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia tidak produktif (> 65 tahun). Jumlah penduduk di Kota Surakarta pada tahun 2007 adalah sebesar 515.372 jiwa yang terdiri dari laki-laki 246.132 jiwa dan perempuan 269.240 jiwa. Jumlah penduduk di Kota Surakarta berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2007

Kelompok

Jenis Kelamin

Prosentase Jumlah

Umur (th) Laki-laki

(%) 0-14

Perempuan

121.052 23,49 15-64

515.372 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Jumlah 246.132

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa prosentase penduduk usia produktif adalah 69,85% lebih banyak daripada prosentase penduduk usia belum produktif dan usia tidak produktif yaitu sebesar 30,15%. Dari jumlah penduduk usia produktif dan jumlah penduduk usia tidak produktif dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (Burden Dependency Ratio ). Angka Beban Tanggungan merupakan angka yang menunjukkan banyaknya penduduk usia tidak produktif yang harus ditanggung oleh tiap penduduk usia produktif. Berdasarkan perhitungan nilai Angka Beban Tanggungan (Lampiran 3), dapat diketahui besarnya Angka Beban Tanggungan di Kota Surakarta yaitu sebesar 43,17% yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Surakarta harus menanggung 43 penduduk usia tidak produktif.

Sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio (Lampiran 3) dapat diketahui nilai sex ratio di Kota Surakarta yaitu sebesar 91,42%, yang artinya setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 91 orang penduduk laki-laki.

Keadaan penduduk di Kota Surakarta yang sebagian besar merupakan penduduk usia produktif dapat memberikan gambaran akan kebutuhan pangan yang tinggi karena pada usia-usia produktif umumnya banyak melakukan kegiatan-kegiatan sehingga diperlukan adanya tenaga untuk menunjang aktivitas yang dapat diperoleh dari berbagai bahan pangan. Oleh karena itu, dengan banyaknya penduduk usia produktif makan akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan pangan.

3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di suatu masyarakat memberikan gambaran mengenai kemajuan suatu masyarakat. Dengan semakin banyaknya penduduk yang mengenyam pendidikan dan semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin majulah masyarakat tersebut. Tingkat Tingkat pendidikan di suatu masyarakat memberikan gambaran mengenai kemajuan suatu masyarakat. Dengan semakin banyaknya penduduk yang mengenyam pendidikan dan semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin majulah masyarakat tersebut. Tingkat

Tabel 10. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007

Persentase (%) Tidak sekolah

Tingkat Pendidikan

Jumlah (jiwa)

3,48 Belum tamat SD

13,74 Tidak tamat SD

7,83 Tamat SD

21,52 Tamat SLTP

21,74 Tamat SLTA

23,29 Tamat Akademi/ PT

100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

penduduk di Kota Surakarta cukup baik karena sebagian besar penduduk mengenyam pendidikan sampai 9 tahun, sesuai dengan program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Penduduk yang tidak sekolah dan tidak tamat SD sedikit sekali hanya 11,31% saja dan sisanya sudah tamat SD hingga Tamat Akademi/ PT. Dengan tingkat pendidikan yang cukup baik tersebut, maka akan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat khususnya dalam hal gizi dan kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka keinginan untuk perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan akan meningkat. Apabila keinginan akan perbaikan gizi meningkat, maka kebutuhan akan bahan pangan dan bahan makanan yang mempunyai kandungan zat-zat gizi tinggi juga akan meningkat, misalnya telur ayam yang banyak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Masyarakat di Kota Surakarta memiliki mata pencaharian yang beragam. Keberagaman tersebut disebabkan antara lain karena perbedaan latar belakang sosial ekonomi masyarakat, keterampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, modal yang tersedia dan Masyarakat di Kota Surakarta memiliki mata pencaharian yang beragam. Keberagaman tersebut disebabkan antara lain karena perbedaan latar belakang sosial ekonomi masyarakat, keterampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, modal yang tersedia dan

Tabel 11. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007

Persentase (%) Petani sendiri

Mata Pencaharian

Jumlah (jiwa)

0,11 Buruh tani

2,18 Buruh industri

18,60 Buruh bangunan

3,82 PNS/POLRI/TNI

100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa mata

pencaharian penduduk di Kota Surakarta yang terbanyak adalah lain-lain, misalnya pegawai swasta dengan presentase 40,49%. Sedangkan untuk penduduk yang bermatapencaharian di sektor pertanian hanya sedikit sekali yaitu sebesar 0,11%. Berdasarkan informasi dari Departemen Pertanian Kota Surakarta, penduduk yang bermatapencaharian sebagai peternak hanya sedit sekali walaupun penduduk yang memelihara binatang ternak juga cukup banyak, akan tetapi umumnya hanya memelihara 2-8 ekor saja dan hanya dijalankan sebagai hobi serta hasilnya untuk dikonsumsi sendiri. Hal ini dikarenakan sebagian besar tanah di Kota Surakarta dipergunakan untuk perumahan dan kegiatan-kegiatan perekonomian sehingga penyediaan lahan untuk kegiatan pertanian maupun peternakan sangat sedikit sekali. Dengan semakin banyaknya penduduk yang bekerja, maka diharapkan pendapatan per kapita penduduk juga akan meningkat. Apabila pendapatan per kapita meningkat maka dapat mempengaruhi pola konsumsi dari seseorang sehingga kebutuhan akan pangan yang lebih baik juga akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan kebutuhan bahan pangan dan bahan makanan yang pencaharian penduduk di Kota Surakarta yang terbanyak adalah lain-lain, misalnya pegawai swasta dengan presentase 40,49%. Sedangkan untuk penduduk yang bermatapencaharian di sektor pertanian hanya sedikit sekali yaitu sebesar 0,11%. Berdasarkan informasi dari Departemen Pertanian Kota Surakarta, penduduk yang bermatapencaharian sebagai peternak hanya sedit sekali walaupun penduduk yang memelihara binatang ternak juga cukup banyak, akan tetapi umumnya hanya memelihara 2-8 ekor saja dan hanya dijalankan sebagai hobi serta hasilnya untuk dikonsumsi sendiri. Hal ini dikarenakan sebagian besar tanah di Kota Surakarta dipergunakan untuk perumahan dan kegiatan-kegiatan perekonomian sehingga penyediaan lahan untuk kegiatan pertanian maupun peternakan sangat sedikit sekali. Dengan semakin banyaknya penduduk yang bekerja, maka diharapkan pendapatan per kapita penduduk juga akan meningkat. Apabila pendapatan per kapita meningkat maka dapat mempengaruhi pola konsumsi dari seseorang sehingga kebutuhan akan pangan yang lebih baik juga akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan kebutuhan bahan pangan dan bahan makanan yang