Hasil Analisis dan Pembahasan Penelitian

B. Hasil Analisis dan Pembahasan Penelitian

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model fungsi permintaan telur ayam di Kota Surakarta adalah sebagai berikut : Ln Qd = - 8,948 – 0,820 Ln X 1 + 0,944 Ln X 2 + 0,455 Ln X 3 – 0,948 Ln

X 4 + 1,526 Ln X 5 + 0,287 Ln X 6

Keterangan : Qd : Permintaan telur ayam (Kg/Tahun)

X 1 : Harga telur ayam ras (Rp/Kg)

X 2 : Harga telur itik (Rp/Kg)

X 3 : Harga daging ayam ras (Rp/Kg)

X 4 : Harga beras (Rp/Kg)

X 5 : Jumlah penduduk (Jiwa)

X 6 : Pendapatan per kapita per tahun (Rp/Tahun)

2. Pengujian Model

Untuk menganalisis hubungan antara permintaan telur ayam di Kota Surakarta dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya digunakan model regresi linier berganda dalam bentuk fungsi double logarithmic. Agar dapat memperoleh hasil regresi yang terbaik maka harus memenuhi kriteria statistik sebagai berikut :

a. 2 Koefisien Determinasi (R )

Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar sumbangan variable-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variable tidak bebasnya. Berdasarkan hasil dari analisis diperoleh nilai

adjusted 2 R sebesar 0,984. Hal ini menunjukkan bahwa 98,4% permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dijelaskan oleh variabel

bebas yang digunakan dalam model yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti., sedangkan sisanya sebesar 1,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model, misalnya: selera, status sosial, pendidikan, ekspektasi.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 24. Hasil Analisis Varian Variable-Variabel yang Berpengaruh

Terhadap Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta. Model

Jumlah

df Kuadrat

F Hitung Signifikasi

Kuadrat Rata-Rata

15 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3 Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa

Total 0,569

signifikasi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-varabel bebas yang diamati yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang diteliti secara individual tehadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 25. Hasil Analisis Uji t Masing-Masing Variabel Bebas

Variabel

Koefisien

t hitung Signifikasi

regresi

Harga telur ayam ras (X ***

Harga telur itik (X ***

Harga daging ayam ras (X ***

Harga beras (X ***

Jumlah penduduk (X ***

Pendapatan perkapita (X **

2,162 0,063 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 3

Jumlah toko roti (X ns

Keterangan :

*** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 99% ** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 95% ns : tidak signifikan

Berdasarkan uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, dan jumlah penduduk dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata secara individu terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta pada tingkat signifikasi 95%. Berikut penjelasan mengenai masing-masing pengaruh dari variabel bebas tehadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta:

1. Harga Telur Ayam Ras Menurut Firdaus (2008), permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Selain itu hukum permintaan menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan atas barang tersebut, dan sebaliknya.

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai koefisien regeresi parsial dari harga telur ayam ras adalah -0,820. Hal ini berarti apabila harga telur ayam ras naik sebesar 1%, maka permintaan telur ayam akan menurun sebesar 0,820%. Nilai koefisien regresi parsial tersebut menunjukkan bahwa apabila harga telur ayam naik, maka permintaan telur ayam menurun. Tanda negatif menunjukkan bahwa antara harga telur ayam ras dengan permintaan telur ayam mempunyai hubungan terbalik.

Menurut Herlambang (2002), semakin sedikit produk pengganti suatu produk, maka akan semakin inelastis permintaannya. Telur ayam permintaannya bersifat inelastis (nilai kurang dari nol) karena untuk makanan yang membutuhkan campuran telur dalam proses pembuatannya, biasanya menggunakan telur ayam atau telur itik. Hal ini dikarenakan jenis telur yang banyak dimanfaatkan maupun dikonsumsi adalah telur Menurut Herlambang (2002), semakin sedikit produk pengganti suatu produk, maka akan semakin inelastis permintaannya. Telur ayam permintaannya bersifat inelastis (nilai kurang dari nol) karena untuk makanan yang membutuhkan campuran telur dalam proses pembuatannya, biasanya menggunakan telur ayam atau telur itik. Hal ini dikarenakan jenis telur yang banyak dimanfaatkan maupun dikonsumsi adalah telur

2. Harga Telur Itik Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai koefisien regeresi parsial dari harga telur itik adalah 0,944. Hal ini berarti apabila harga telur itik naik sebesar 1%, maka permintaan telur ayam akan meningkat sebesar 0,944%. Telur itik merupakan barang pengganti dari telur ayam karena mempunyai kegunaan yang sama serta sama-sama mempunyai kandungan protein hewani. Selain itu, jenis telur yang banyak yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah telur ayam, telur itik, dan telur puyuh. Sedangkan jenis telur yang biasanya digunakan untuk campuran kue adalah telur ayam dan telur itik. Oleh karena itu, apabila harga telur itik mengalami kenaikan, maka permintaan telur ayam akan meningkat karena masyarakat akan beralih ke barang lain yang harganya lebih murah dengan kegunaan yang sama.

3. Harga Daging Ayam Ras Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai koefisien regeresi parsial dari harga daging ayam ras adalah 0,455. Hal ini berarti apabila harga daging ayam ras naik sebesar 1%, maka permintaan telur ayam akan meningkat sebesar 0,455%. Hal ini dikarenakan pada umumnya masyarakat menggunakan daging ayam ras untuk lauk pauk saja. Daging ayam ras harganya lebih murah dibandingkan dengan harga daging yang lain misalnya daging sapi.

4. Harga Beras Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai koefisien regeresi parsial dari harga beras adalah -0,948. Hal ini 4. Harga Beras Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai koefisien regeresi parsial dari harga beras adalah -0,948. Hal ini

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai koefisien regeresi parsial dari jumlah penduduk adalah 1,526. Hal ini berarti apabila jumlah penduduk naik sebesar 1%, maka permintaan telur ayam akan meningkat sebesar 1,526%. Nilai koefisien regresi parsial pada variabel jumlah penduduk tersebut paling besar karena jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap permintaan telur ayam karena dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan pangan akan meningkat. Selain itu, dengan meningkatnya jumlah penduduk maka konsumsi perkapita penduduk termasuk konsumsi perkapita untuk telur ayam juga akan meningkat karena kebutuhan pangan meningkat. Selain itu, dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh yang salah satunya dapat diperoleh dari telur ayam, dapat meningkatkan permintaan telur ayam.

6. Pendapatan Perkapita

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai koefisien regeresi parsial dari pendapatan perkapita adalah 0,287. Hal ini berarti apabila pendapatan perkapita naik sebesar 1%, maka permintaan telur ayam akan meningkat sebesar 0,287%. Telur ayam merupakan sumber protein hewani yang harganya lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya misalnya daging. Telur ayam merupakan barang normal yang apabila harga telur ayam meningkat, maka permintaan telur ayam akan menurun. Akan tetapi perubahan jumlah telur ayam yang diminta lebih kecil daripada perubahan dari pendapatan. Selain itu, untuk membeli telur ayam, masyarakat atau konsumen tidak perlu menyisihkan pendapatan dengan jumlah yang besar karena harga dari telur ayam lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lain (misalnya, daging). Oleh karena itu, perubahan pendapatan hanya menyebabkan perubahan yang kecil pada jumlah permintaan telur ayam.

7. Jumlah Toko Roti Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel jumlah toko roti tidak berpengaruh nyata secara signifikan karena nilai dari uji t adalah 0,063 > 0,05. Oleh karena itu, dalam fungsi permintaan variabel jumlah toko roti tidak dimasukkan dalam fungsi permintaan.

d. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh dapat diketahui dari nilai standar koefisien regresi. Semakin besar nilai standar koefisien regresi maka semakin besar pengaruh variabel bebas tersebut terhadap permintaan telur ayam. Nilai standar koefisien regresi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 26. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta

Variabel Standar Koefisien Peringkat

Regresi

1 Harga telur itik (X 2 )

Jumlah penduduk (X 5 )

10,768

2 Harga beras (X 4 )

3,503

3,098

Harga telur ayam ras (X 1 )

0,943

Harga daging ayam ras (X 3 )

0,762

Pendapatan perkapita (X 6 )

0,386

7 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 4

Jumlah toko roti (X 7 )

0,017

Telur ayam merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam dan menjadi salah satu bahan makanan yang akrab dalam kehidupan sehari- hari karena hampir tiap orang mengkonsumsinya. Harga telur ayam yang lebih murah (± Rp 9.500 – Rp 12.000/kg) dibandingkan harga sumber protein hewani lainnya (daging ayam ± Rp 22.000/kg, daging sapi ± Rp 65.000/kg) serta kandungan gizi telur ayam yang lengkap khususnya protein hewani menyebabkan telur ayam dijadikan sebagai sumber protein hewani yang banyak dicari dibandingkan sumber protein hewani lainnya. Telur ayam sering digunakan atau dimanfaatkan untuk lauk pauk, bahan baku masakan, dan bahan campuran pembuatan kue maupun makanan. Apalagi dalam pembuatan kue/roti, telur ayam merupakan salah satu bahan utama yang harus ada dalam proses pembuatan kue. Telur ayam juga banyak digunakan dalam campuran pembuatan masakan misalnya, nasi goreng, mie goreng, cap cay, gudeg, dan lain-lain. Penjelasan mengenai pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk menggambarkan potensi banyaknya konsumen yang membeli suatu barang. Oleh karena itu, dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan juga akan meningkat khususnya kebutuhan akan pangan karena setiap orang membutuhkan pangan untuk pertumbuhan dan pemenuhan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Telur ayam merupakan salah satu bahan makanan yang banyak mengandung protein hewani dan dapat digunakan sebagai lauk pauk, masakan, maupun kue. Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, jumlah penduduk mempunyai pengaruh terbesar dalam permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Hal ini dikarenakan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan pangan maupun bahan makanan akan meningkat. Oleh karena itu, jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap permintaan telur ayam.

Selain itu, dengan meningkatnya jumlah penduduk maka konsumsi perkapita penduduk termasuk konsumsi perkapita untuk telur ayam juga akan semakin meningkat karena kebutuhan pangan meningkat. Selain itu, dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh yang salah satunya dapat diperoleh dari telur ayam, dapat meningkatkan permintaan telur ayam.

Menurut Soekartawi (1993), peningkatan jumlah penduduk berarti menyebabkan perubahan struktur umur. Oleh karena itu, bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proporsional dengan pertambahan jumlah barang yang diminta. Untuk permintaan telur ayam juga mengalami perubahan karena konsumsi telur ayam antara orang dewasa dengan anak-anak maupun remaja berbeda Menurut Sediaoetama (2000), kebutuhan protein harian yang direkomendasikan secara konsisten terus menurun dengan semakin bertambahnya umur. Kebutuhan protein untuk anak-anak usia 0-1 Menurut Soekartawi (1993), peningkatan jumlah penduduk berarti menyebabkan perubahan struktur umur. Oleh karena itu, bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proporsional dengan pertambahan jumlah barang yang diminta. Untuk permintaan telur ayam juga mengalami perubahan karena konsumsi telur ayam antara orang dewasa dengan anak-anak maupun remaja berbeda Menurut Sediaoetama (2000), kebutuhan protein harian yang direkomendasikan secara konsisten terus menurun dengan semakin bertambahnya umur. Kebutuhan protein untuk anak-anak usia 0-1

Selain itu, berdasarkan laporan penelitian Setiawan (2006), terjadinya perubahan struktur penduduk telah berdampak pada meningkatnya kebutuhan protein hewani baik pada tingkatan individu maupun masyarakat. Oleh karena itu dengan meningkatnya jumlah penduduk akan sangat berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

2. Harga Telur Itik Telur itik merupakan salah satu jenis telur unggas yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia selain telur ayam. Kandungan protein pada telur itik lebih banyak terdapat pada bagian kuning telur 17% sedangkan bagian putihnya 11%. Protein telur mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi dapat diketahui bahwa harga telur itik mempunyai urutan kedua dalam mempengaruhi permintaan telur ayam. Hal ini dikarenakan telur itik mempunyai kegunaan yang sama seperti pada telur ayam karena sama-sama dapat digunakan sebagai bahan baku masakan, lauk pauk, dan campuran pembuatan kue dan makanan.

Sebagai bahan baku masakan, telur itik dapat digunakan sebagai bahan pelengkap pada masakan gudeg sebagai pengganti dari telur ayam. Telur itik juga dapat digunakan sebagai campuran pembuatan kue, misalnya bolu kukus maupun campuran dalam pembuatan berbagai jenis makanan yang membutuhkan telur dalam pengolahannya. Selain kesamaan dari manfaat telur itik juga Sebagai bahan baku masakan, telur itik dapat digunakan sebagai bahan pelengkap pada masakan gudeg sebagai pengganti dari telur ayam. Telur itik juga dapat digunakan sebagai campuran pembuatan kue, misalnya bolu kukus maupun campuran dalam pembuatan berbagai jenis makanan yang membutuhkan telur dalam pengolahannya. Selain kesamaan dari manfaat telur itik juga

Telur itik merupakan barang pengganti dari telur ayam karena mempunyai kegunaan yang sama serta sama-sama mempunyai kandungan protein hewani. Selain itu, jenis telur yang banyak yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah telur ayam, telur itik, dan telur puyuh (Astawan, 2008). Sedangkan jenis telur yang biasanya digunakan untuk campuran kue adalah telur ayam dan telur itik. Oleh karena itu, apabila harga telur ayam mengalami kenaikan, maka masyarakat akan beralih ke barang lain yang harganya lebih murah dengan kegunaan yang sama.

3. Harga Beras Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, harga beras dalam mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta menempati urutan ketiga. Beras merupakan makanan pokok dari masyarakat dan telur ayam merupakan bahan makanan yang digunakan masyarakat sebagi pelengkap (lauk pauk). Menurut Soekartawi (1993), beras merupakan barang normal yang selalu mengikuti kaidah hukum permintaan yang menyatakan bahwa makin tinggi harga, makin berkurang permintaan.

Pada masyarakat Indonesia beras merupakan makanan pokok sehingga apabila harga beras mengalami kenaikan maka pengeluaran akan lebih digunakan untuk membeli beras. Sedangkan apabila pendapatan tetap dan harga beras naik maka akan menyebabkan penurunan daya beli sehingga akan menyebabkan penurunan jumlah pembelian telur ayam. Oleh karena itu apabila terjadi kenaikan harga beras, maka permintaan telur ayam akan menurun karena beras merupakan barang pelengkap yang mempunyai hubungan negatif dengan telur ayam.

4. Harga Telur Ayam Ras

Harga merupakan salah satu faktor utama yang sangat diperhatikan oleh konsumen untuk mengambil keputusan dalam pembelian suatu barang. Oleh karena itu, apabila di dalam suatu pasar menjual sejenis barang yang mempunyai manfaat atau kegunaan yang sama, maka konsumen akan lebih memilih untuk membeli barang yang harganya lebih murah. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai dari standar koefisien regresi variabel harga telur ayam ras mempunyai urutan keempat dalam mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Harga dari telur ayam sendiri cenderung berfluktuasi karena Kota Surakarta bukan merupakan sentra produksi telur ayam sehingga untuk memenuhi permintaan telur ayam, Kota Surakarta mendatangkan telur ayam dari kota-kota di sekitar Surakarta misalnya Karanganyar, Klaten, dan Sragen. Sedangkan jumlah telur ayam yang didatangkan ke Surakarta jumlahnya tidak menentu sehingga menyebabkan harga berfluktuasi. Apabila jumlah telur ayam yang masuk ke Surakarta banyak maka harga dari telur ayam menurun, dan sebaliknya. Jumlah yang tidak menentu tersebut dikarenakan waktu produksi telur ayam yang berbeda-beda antara peternakan yang satu dengan peternakan yang lain.

Banyaknya kegunaan telur ayam sebagai bahan baku pengolahan berbagai jenis makanan dan masakan dan pentingnya keguanaan telur ayam dalam proses pembuatan kue menyebabkan berfluktuasinya harga telur ayam tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan telur ayam. Selain itu untuk mengendalikan harga pada saat hari raya karena biasanya permintaan telur ayam akan meningkat, maka pemerintah mengadakan pasar murah dengan menjual berbagai kebutuhan pangan maupun kebutuhan pokok salah satunya telur ayam. Telur ayam tersebut dibeli oleh pemerintah (Dinas Pertanian) sesuai dengan harga beli dari peternak, akan tetapi dijual ke masyarakat dengan harga yang lebih Banyaknya kegunaan telur ayam sebagai bahan baku pengolahan berbagai jenis makanan dan masakan dan pentingnya keguanaan telur ayam dalam proses pembuatan kue menyebabkan berfluktuasinya harga telur ayam tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan telur ayam. Selain itu untuk mengendalikan harga pada saat hari raya karena biasanya permintaan telur ayam akan meningkat, maka pemerintah mengadakan pasar murah dengan menjual berbagai kebutuhan pangan maupun kebutuhan pokok salah satunya telur ayam. Telur ayam tersebut dibeli oleh pemerintah (Dinas Pertanian) sesuai dengan harga beli dari peternak, akan tetapi dijual ke masyarakat dengan harga yang lebih

Menurut Herlambang (2002), semakin sedikit produk pengganti suatu produk, maka akan semakin inelastis permintaannya. Telur ayam permintaannya bersifat inelastis karena untuk makanan yang membutuhkan campuran telur dalam pembuatannya biasanya menggunakan telur ayam dan dapat diganti dengan menggunakan telur itik. Hal ini dikarenakan jenis telur yang banyak dimanfaatkan oleh konsumen adalah telur ayam, telur itik, dan telur puyuh. Oleh karena itu, konsumen atau masyarakat tidak mempunyai banyak alternatif pengganti untuk bahan campuran pembuatan kue maupun makanan yang membutuhkan bahan campuran telur sehingga walaupun terjadi kenaikan harga, maka jumlah permintaan telur ayam tidak akan berkurang banyak.

5. Harga Daging ayam Ras Sedangkan harga daging ayam ras mempunyai urutan kelima dalam mempengaruhi permintaan telur ayam karena daging ayam ras biasanya digunakan sebagai lauk pauk dan bahan campuran masakan selain mempunyai kandungan gizi yang sama yaitu protein hewani. Masyarakat lebih memilih daging ayam ras sebagai barang pengganti dari telur ayam khususnya untuk lauk pauk karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan harga daging lainnya (daging sapi dan daging kambing). Dalam pembuatan kue, daging ayam hanya digunakan sebagai pelengkap (isi roti) sehingga jumlah yang dibutuhkan tidak sebanyak telur ayam yang merupakan bahan dasar pembuatan kue.

6. Pendapatan Perkapita Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, pendapatan perkapita berada pada urutan keenam dalam mempengaruhi permintaan telur ayam. Pada pendapatan yang terbatas biasanya 6. Pendapatan Perkapita Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, pendapatan perkapita berada pada urutan keenam dalam mempengaruhi permintaan telur ayam. Pada pendapatan yang terbatas biasanya

Telur ayam merupakan salah satu jenis makanan yang banyak mengandung protein hewani dan harganya yang lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya misalnya daging. Selain itu, telur ayam merupakan barang normal yang apabila harga telur ayam meningkat, maka permintaan telur ayam akan menurun. Akan tetapi perubahan jumlah telur ayam yang diminta lebih kecil daripada perubahan dari pendapatan. Selain itu, untuk membeli telur ayam, masyarakat atau konsumen tidak perlu menyisihkan pendapatan dengan jumlah yang besar karena harga dari telur ayam lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lain (misalnya, daging). Oleh karena itu, perubahan pendapatan hanya menyebabkan perubahan yang kecil pada jumlah permintaan telur ayam.

7. Jumlah Toko Roti Sedangkan untuk variabel jumlah toko roti pengaruhnya paling rendah terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Hal ini dikarenakan sebagian besar toko roti dalam memenuhi kebutuhan telur ayam untuk proses pembuatan kue/roti, memesan langsung ke peternak karena harganya lebih murah dibandingkan dengan membeli di pasar. Oleh karena itu, jumlah permintaan dari sebagian 7. Jumlah Toko Roti Sedangkan untuk variabel jumlah toko roti pengaruhnya paling rendah terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Hal ini dikarenakan sebagian besar toko roti dalam memenuhi kebutuhan telur ayam untuk proses pembuatan kue/roti, memesan langsung ke peternak karena harganya lebih murah dibandingkan dengan membeli di pasar. Oleh karena itu, jumlah permintaan dari sebagian

Pada permintaan telur ayam di Kota Surakarta variabel yang paling berpengaruh adalah jumlah penduduk karena dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan-kebutuhan juga meningkat khususnya kebutuhan pangan. Permintaan telur ayam juga mengalami peningkatan karena telur ayam merupakan salah satu bahan pangan yang hampir tiap orang mengkonsumsinya dan telur ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang harganya lebih murah daripada sumber protein hewani lainnya, misalnya daging. Oleh karena itu, agar permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat terpenuhi maka kelancaran dalam pendistribusian perlu diperhatikan. Hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan maupun penambahan sarana serta prasarana yang dapat mendukung kelancaran distribusi.

3. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik maka dilakukan pegujian asumsi klasik yang meliputi Multikolinieritas, Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas.

a. Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan keadaan adanya korelasi antar variabel bebas dalam model regresi. Sedangkan untuk model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel bebas. Oleh karena itu, untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai matrik Pearson Correlation (PC<0,8). Hasil dari analisis diperoleh nilai matrik Pearson Correlation tidak ada yang lebih besar dari 0,8 (nilai matrik Pearson Correlation yang terbesar adalah 0,732). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas di antara variabel-variabel bebas.

b. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan suatu keadaan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W). Sedangkan kriteria pengujian yang digunakan adalah :

1. Angka D-W dibawah angka -2 berarti terdapat autokorelasi positif,

2. Angka D-W diantara angka -2 sampai +2 berarti tidak terdapat autokorelasi, dan

3. Angka D-W diatas angka +2 berarti terdapat autokorelasi negatif. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin Watson yaitu sebesar 1,510 sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada di antara -2 sampai +2.

c. Heteroskedastisitas

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan diagram scatterplot. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui pada diagram scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 dan sumbu Y. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa pada model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif jumlah unit barang yang dibeli akibat adanya perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Untuk mengetahui nilai elastisitas dari masing-masing variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat diketahui dari nilai koefisien regresi masing-masing variabel penduganya karena salah satu ciri menarik dari model logaritma berganda adalah nilai koefisien regresi bi menunjukkan nilai elastisitasnya.

Hasil analisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 27. Nilai Elastisitas Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Variabel

Nilai elastisitas

Harga

Silang Pendapatan

Harga telur ayam ras (X 1 )

Harga telur itik (X 2 ) 0,944

0,455 Harga beras (X 4 )

Harga daging ayam ras (X 3 )

0,287 Sumber: Diadopsi dari Lampiran 3

Pendapatan per kapita (X 6 )

Nilai elastisitas permintaan tersebut dapat dijelaskan berikut ini :

a. Elastisitas Harga Menurut Firdaus (2008), angka elastisitas harga selalu bernilai negatif karena sifat variabel harga dan jumlah barang yang diminta bersifat terbalik. Berdasarkan hasil analisis diketahui besarnya nilai elastisitas harga telur ayam ras sebesar -0,820. Nilai elastisitas bertanda negatif menunjukkan bahwa variabel harga telur ayam mempunyai hubungan terbalik dengan permintaan telur ayam. Artinya jika harga telur ayam naik 1% maka permintaan telur ayam akan turun sebesar 0,820%, begitu juga sebaliknya. Menurut Herlambang (2002), nilai elastisitas yang kurang dari satu menunjukkan bahwa persentase perubahan jumlah produk yang diminta lebih kecil dari presentase perubahan faktor yang mempengaruhinya. Permintaan telur ayam bersifat inelastis karena nilai koefisien elastisitasnya kurang dari 1, yang artinya bahwa persentase perubahan jumlah yang diminta lebih kecil dari perubahan harga.

Hal ini disebabkan karena telur ayam merupakan salah satu bahan makanan yang mempunyai banyak manfaat/kegunaan yaitu dapat digunakan untuk bahan utama campuran pembuatan kue maupun makanan yang membutuhkan telur dalam proses pengolahannya. Untuk bahan campuran pembuatan makanan yang membutuhkan telur, telur ayam dapat diganti dengan menggunakan Hal ini disebabkan karena telur ayam merupakan salah satu bahan makanan yang mempunyai banyak manfaat/kegunaan yaitu dapat digunakan untuk bahan utama campuran pembuatan kue maupun makanan yang membutuhkan telur dalam proses pengolahannya. Untuk bahan campuran pembuatan makanan yang membutuhkan telur, telur ayam dapat diganti dengan menggunakan

Telur ayam merupakan barang normal karena dengan adanya kenaikan harga pada telur ayam menyebabkan menurunnya permintaan telur ayam. Telur ayam merupakan bahan makanan yang paling praktis digunakan dan tidak memerlukan pengolahan yang sulit dan banyak digunakan untuk lauk pauk, campuran untuk makanan (misalnya, sosis), campuran untuk masakan (misalnya, cap cay, gudeg, nasi goreng, dan lain-lain), serta merupakan bahan dasar pembuatan roti.

Selain itu, telur ayam merupakan sumber protein hewani yang harganya lebih murah dibandingkan sumber protein hewani lainnya, misalnya daging sehingga untuk pemenuhan protein hewani masyarakat lebih memilih telur ayam. Telur ayam juga mempunyai daya simpan yang cukup lama (± 7 hari) sehingga masyarakat/ konsumen tidak perlu membeli telur ayam sedikit demi sedikit. Oleh karena itu, kenaikan harga telur ayam ras tidak akan berpengaruh banyak terhadap jumlah permintaan telur ayam.

b. Elastisitas Silang Dari hasil analisis diketahui bahwa besarnya elastisitas silang dari harga telur itik adalah 0,944. Artinya, jika harga telur itik naik 1% maka permintaan telur ayam akan naik sebesar 0,944%, begitu juga sebaliknya. Nilai elastisitas silang dari harga daging ayam ras adalah sebesar 0,455. Hal ini berarti bahwa jika harga daging ayam ras naik 1%, maka permintaan telur ayam akan naik sebesar 0,455%. Tanda b. Elastisitas Silang Dari hasil analisis diketahui bahwa besarnya elastisitas silang dari harga telur itik adalah 0,944. Artinya, jika harga telur itik naik 1% maka permintaan telur ayam akan naik sebesar 0,944%, begitu juga sebaliknya. Nilai elastisitas silang dari harga daging ayam ras adalah sebesar 0,455. Hal ini berarti bahwa jika harga daging ayam ras naik 1%, maka permintaan telur ayam akan naik sebesar 0,455%. Tanda

Nilai elastisitas silang dari telur itik lebih besar dibandingkan nilai elastisitas silang dari daging ayam ras. Hal ini dikarenakan telur itik dapat digunakan sebagai barang pengganti dari telur ayam yaitu dapat digunakan sebagai lauk pauk, bahan campuran makanan dan masakan, serta dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan roti/ kue serta banyak mengandung protein hewani. Telur itik digunakan sebagai pengganti dari telur ayam karena jumlah telur yang banyak tersedia atau dijual di pasar adalah telur ayam ras serta telur itik, sedangkan untuk telur ayam kampung yang tersedia di pasar sedikit karena produksi yang tidak kontinue dan jumlah telur yang dihasilkan juga sedikit sehingga tidak mampu untuk memenuhi permintaan. Sedangkan daging ayam ras lebih banyak digunakan sebagai barang pengganti telur ayam untuk lauk pauk maupun bahan untuk masakan.

Menurut Firdaus (2008), apabila nilai elastisitas silang >0 maka merupakan barang substitusi, sedangkan apabila nilai elastisitas silang <0 maka merupakan barang komplementer. Sedangkan untuk elastisitas silang dari harga beras adalah -0,948. Hal ini berarti jika harga beras naik sebesar 1% maka permintaan telur ayam akan turun sebesar 0,948%, dan sebaliknya. Nilai elastisitas harga silang kurang dari nol (Ec<0) menunjukkan bahwa beras merupakan barang komplementer dari telur ayam.

Hal ini dikarenakan beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia dan telur ayam merupakan salah satu makanan pelengkap saat makan. Selain itu, untuk masakan tertentu misalnya nsi goreng, beras dan telur ayam digunakan secara bersama-sama. Oleh karena itu, apabila harga beras mengalami kenaikan, maka permintaan telur ayam akan menurun karena alokasi pengeluaran untuk membeli Hal ini dikarenakan beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia dan telur ayam merupakan salah satu makanan pelengkap saat makan. Selain itu, untuk masakan tertentu misalnya nsi goreng, beras dan telur ayam digunakan secara bersama-sama. Oleh karena itu, apabila harga beras mengalami kenaikan, maka permintaan telur ayam akan menurun karena alokasi pengeluaran untuk membeli

c. Elastisitas Pendapatan Dari hasil analisis diketahui besarnya elastisitas pendapatan adalah 0,287. Ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pendapatan sebesar 1% maka akan mengakibatkan bertambahnya jumlah permintaan telur ayam sebesar 0,287% begitu juga sebaliknya. Angka elastisitas pendapatan bertanda positif menunjukkan bahwa telur ayam termasuk barang normal.

Artinya apabila pendapatan meningkat maka permintaan telur ayam juga akan meningkat. Akan tetapi persentase perubahan permintaan lebih kecil daripada perubahan pendapatan karena nilai elastisitasnya kurang dari satu. Nilai elastisitas pendapatan tersebut menunjukkan bahwa perubahan pendapatan hanya berpengaruh kecil terhadap jumlah telur ayam yang diminta. Hal ini dikarenakan telur ayam merupakan bahan makanan yang menjadi alternatif pertama untuk pemenuhan protein hewani karena harganya lebih murah dibandingkan sumber protein hewani lainnya sehingga perubahan pendapatan tidak berpengaruh besar terhadap permintaan telur ayam. Selain itu, biasanya telur ayam digunakan untuk lauk pauk, bahan campuran masakan, dan bahan campuran pembuatan kue maupun makanan sehingga telur ayam sudah menjadi bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat.