Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul Analisis Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta ini diduga ada beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Variabel-variabel tersebut adalah harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti yang ada di Kota Surakarta.

1. Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta

Permintaan telur ayam adalah banyaknya semua telur ayam yang masuk di Kota Surakarta selama satu tahun. Pada penelitian ini peneliti mengambil banyaknya jumlah permintaan telur ayam yang diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. Besarnya permintaan telur ayam di Kota Surakarta setiap tahun dari tahun 1992-2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 16. Permintaan Telur Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-

2007 Tahun

Permintaan Telur Ayam Ras (Kg) Perkembangan (%) 1992

0,38 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa permintaan akan telur ayam ras di Kota Surakarta dari tahun 1992-2007 rata-rata adalah 2.894.474,98 kg/tahun. Sedangkan untuk rata-rata perkembangan permintaan telur ayam ras di Kota Surakarta mengalami peningkatan yaitu sebesar 10.999,00 kg/tahun atau 0,38%. Pada tahun 1998 terjadi penurunan permintaan yang cukup besar karena pada tahun 1997-1998 kondisi perekonomian Indonesia memburuk. Hal ini disebabkan adanya krisis moneter yang menyebabkan harga barang maupun jasa termasuk harga pangan mengalami peningkatan sedangkan di satu sisi pendapatan tetap (tidak berubah) sehingga menyebabkan permintaan akan telur ayam mengalami penurunan. Masyarakat/ konsumen lebih memilih membelanjakan uangnya untuk membeli kebutuhan pangan pokok, yaitu beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia.

Perkembangan permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Permintaan Telur Ayam Ras

Gambar 5. Grafik Perkembangan Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

2. Harga Telur Ayam Ras

Harga telur ayam ras dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram telur ayam ras. Data mengenai perkembangan harga telur ayam ras dari tahun 1992- 2007 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 17. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Indeks

Perkembangan Harga

(2002 = 100) (Rp/kg)

(Rp/kg) 1992

6.632,75 0,18 Sumber : Disperindagkop Kota Surakarta

Harga telur ayam ras yang dianalisis adalah harga setelah terdeflasi. Dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (2002=100) maka harga absolut (sebelum terdeflasi) dikonversikan menjadi harga relatif (setelah terdeflasi) yang dimaksudkan untuk menyesuaikan harga karena adanya pengaruh inflasi yang terjadi setiap tahun.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan harga telur ayam ras dari tahun 1992-2007 mengalami peningkatan sebesar 0,18% dengan rata-rata harga sebesar Rp 6.632,75. Pada tahun 1998 harga telur ayam ras mengalami peningkatan yang sangat tajam karena pada tahuntersebut terjadi krisis moneter yang menyebabkan harga-harga melambung tinggi. Naiknya harga tersebut juga berdampak terhadap usaha peternakan ayam karena harga pakan meningkat sehingga harga dari telur ayam itu sendiri juga meningkat. Akan tetapi mulai tahun

2000 harga telur ayam mengalami penurunan karena perekonomian Indonesia sudah mulai membaik sehingga harga-harga barang mulai stabil yang mengakibatkan harga telur ayam juga mengalami penurunan.

Perkembangan harga telur ayam ras di Kota Surakarta dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

10000 9000 8000 g 7000 6000

/K p 5000 R 4000

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

3. Harga Telur Itik

Harga telur itik yang dimaksud adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram telur itik. Data mengenai perkembangan harga telur itik dari tahun 1992-2007 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 18. Perkembangan Harga Telur Itik di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Indeks Harga

Perkembangan Konsumen

(Rp/kg)

(Rp/kg) 1992

11.225,30 0,02 Sumber : Disperindagkop Kota Surakarta Harga telur itik yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah terdeflasi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa harga

telur itik setelah terdeflasi selama tahun 1992-2007 mengalami perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 0,02% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 11.225,30 per kg.

Harga telur itik yang mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada tahun 1998 yaitu meningkat sebesar 9,14%. Hal ini disebabkan pada tahun 1998 terjadi krisis moneter yang melanda negara Indonesia sehingga menyebabkan harga barang maupun jasa mengalami peningkatan. Sedangkan harga terendah dari telur itik terjadi pada tahun 2000 dengan penurunan sebesar 9,89%. Hal ini dikarenakan perekonomian sudah mulai membaik dan harga-harga mulai stabil sehingga harga telur itik menurun.

Berdasarkan pengamatan harga telur itik lebih mahal dibandingkan dengan harga telur ayam ras karena pada pembudidayaan itik lebih sulit dibandingkan dengan ayam ras. Hal ini disebabkan itik agar mau bertelur kondisi lingkungan harus sesuai, apabila ada perubahan sedikit saja pada lingkungan maka itik tidak mau bertelur. Menurut Prasetyo (2006), masa produksi telur yang ideal adalah selama 1 tahun; lantai litter dialasi campuran pasir dan kapur dan ditutup dengan kulit pada jerami; kepadatan

4 ekor/m 2 (50-100 ekor/kandang). Sedangkan menurut Menteri Negara Riset dan Teknologi (2005), untuk peternakan ayam ras telur dapat

dipanen 3 kali dalam sehari; kandang dibuat dengan lantai yang ditutup dengan kulit padi/jerami; satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur. Selain itu, tidak seperti ayam yang bertelur tiap 5-6 bulan.

Perkembangan harga telur itik di Kota Surakarta dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

p /Kg R 8000

Tahun

Harga sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 7. Grafik Perkembangan Harga Telur Itik di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

4. Harga Daging Ayam Ras

Harga daging ayam ras yang dimaksud adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram daging ayam ras. Data mengenai perkembangan harga daging ayam ras dari tahun

1992-2007 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 19. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Indeks

Perkembangan Harga

(2002 = 100) (Rp/kg)

(Rp/kg) 1992

10.342,84 -0,86 Rata-rata

12.772,08 -1,25 Sumber : Disperindagkop Kota Surakarta

Harga daging ayam ras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah terdeflasi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa harga daging ayam ras setelah terdeflasi selama tahun 1992-2007 mengalami perkembangan yang menunjukkan penurunan dengan rata-rata sebesar 1,25% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 12.772,08 per kg.

Kenaikan harga daging ayam ras yang tertinggi yaitu terjadi pada tahun 2001 sebesar 14,34%. Hal ini disebabkan produksi daging ayam dari daerah penghasil menurun sehingga jumlah daging ayam yang masuk ke Kota Surakarta juga menurun. Sedangkan harga daging ayam pada

tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 20,55%. Hal ini dikarenakan tahun 2002 mengalami penurunan sebesar 20,55%. Hal ini dikarenakan

Perkembangan harga daging ayam ras di Kota Surakarta dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Harga Sebelum Terdeflasi

Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

5. Harga Beras

Harga beras yang dimaksud adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram beras. Data mengenai perkembangan harga beras dari tahun 1992-2007 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 20. Perkembangan Harga Beras di Kota Surakarta Tahun

1992-2007 Tahun

Indeks

Perkembangan Harga

Harga

Harga

Setelah (%) Konsumen

(2002 = 100) (Rp/kg)

(Rp/kg) 1992

2.327,18 - 1993

2.271,18 -2,33 1994

2.215,55 -9,31 1996

2.531,68 -1,87 2000

2.246,96 -11,84 2001

2.344,33 -6,94 Rata-rata

2.404,37 0,04 Sumber : Disperindagkop Kota Surakarta Harga beras yang diteliti adalah beras jenis IR 64. Berdasarkan tabel

di atas dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan harga beras dari tahun 1992-2007 menunjukkan peningkatan sebesar 0,04% per tahun dengan rata-rata harga Rp 2.404,37 per kg. Penurunan harga yang terbesar yaitu pada tahun 2000 sebesar 11,84%. Hal ini dikarenakan produksi beras meningkat (produksi tahun 1999 = 15.428 kw dan produksi tahun 2000 = 17.304 kw) sehingga harga beras mengalami penurunan. Sedangkan peningkatan harga beras yang paling besar adalah pada tahun 2005 yaitu sebesar 15,43%. Hal ini dikarenakan pada bulan Oktober 2005 terjadi kenaikan BBM yang rata-rata sebesar 200% serta adanya kenaikan pupuk dan pestisida dengan rata-rata kenaikan sebesar 30% (Munawir, 2006). Oleh karena itu, hal ini menyebabkan kenaikan harga beras.

Perkembangan harga beras di Kota Surakarta dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

p /Kg 2500 R 2000

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 9. Grafik Perkembangan Harga Beras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

6. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk yang menetap di Kota Surakarta. Data mengenai perkembangan jumlah penduduk dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Perkembangan (%)

-0,09 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah penduduk di Kota Surakarta menunjukkan

penurunan sebesar 0,09%. Sedangkan rata-rata jumlah penduduk adalah 535.518,56 jiwa. Pada tahun 2004 terjadi penurunan jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sebesar 8,34%. Penurunan ini menurut data dari BPS disebabkan pada tahun 2004 jumlah penduduk yang pergi lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk yang datang dengan jumlah masing-masing penduduk yang pergi 8.757 jiwa dan jumlah penduduk yang datang 8.680 jiwa. Jumlah penduduk yang pergi lebih banyak karena adanya penduduk yang pindah ke luar kota untuk mencari pekerjaan penurunan sebesar 0,09%. Sedangkan rata-rata jumlah penduduk adalah 535.518,56 jiwa. Pada tahun 2004 terjadi penurunan jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sebesar 8,34%. Penurunan ini menurut data dari BPS disebabkan pada tahun 2004 jumlah penduduk yang pergi lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk yang datang dengan jumlah masing-masing penduduk yang pergi 8.757 jiwa dan jumlah penduduk yang datang 8.680 jiwa. Jumlah penduduk yang pergi lebih banyak karena adanya penduduk yang pindah ke luar kota untuk mencari pekerjaan

Selain itu, penyebab lainnya adalah adanya kesalahan dalam pencatatan, seperti pada saat registrasi banyak penduduk yang tidak tercatat atau melaporkan kejadian demografi yang dialaminya seperti kematian, kelahiran, maupun kepindahan (Out Migran).

Perkembangan jumlah penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Tahun Jumlah Penduduk

Gambar 10. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

7. Pendapatan Perkapita

Perkembangan pendapatan per kapita di Kota Surakarta selama tahun 1992-2007 tersaji dalam tabel berikut ini:

Tabel 22. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Indeks

Pendapatan Perkembangan Implisit

Pendapatan

Perkapita (%) PDRB

100) (Rp) (Rp)

5.634.101,49 1,22 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan pendapatan per kapita di Kota Surakarta dari tahun 1992- 2007 menunjukkan peningkatan sebesar 1,22% atau Rp 68.736,04 per tahun.

Peningkatan pendapatan per kapita ini disebabkan karena kegiatan perekonomian di Kota Surakarta menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbaikan maupun penambahan jumlah sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah untuk memperlancar kegiatan perekonomian misalnya, perbaikan jalan raya, Peningkatan pendapatan per kapita ini disebabkan karena kegiatan perekonomian di Kota Surakarta menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbaikan maupun penambahan jumlah sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah untuk memperlancar kegiatan perekonomian misalnya, perbaikan jalan raya,

Perkembangan pendapatan perkapita di Kota Surakarta dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

p 6000000 R 5000000

Tahun

Pendapatan perkapita Sebelum Terdeflasi Pendapatan perkapita Setelah Terdeflasi

Gambar 11. Grafik Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

8. Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta

Jumlah toko roti yang dimaksud adalah jumlah keseluruhan toko roti yang ada di Kota Surakarta. Perkembangan jumlah toko roti di Kota Surakarta dari tahun 1992-2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 23. Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun 1992-2007

Tahun Jumlah Toko Roti (unit) Perkembangan (%) 1992

12,93 Sumber : Disperindagkop Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan jumlah toko roti di Kota Surakarta menunjukkan peningkatan sebesar 12,93%. Sedangkan rata-rata jumlah toko roti di Kota Surakarta adalah 99,06 unit. Peningkatan jumlah toko roti ini salah satunya dikarenakan adanya pembinaan mengenai usaha pembuatan roti/ kue kepada masyarakat yang diadakan oleh Disperindagkop Kota Surakarta sehingga masyarakat dapat meningkatkan kemampuan khususnya ketrampilan dalam usaha pembuatan kue/roti . Dengan bekal ketrampilan tersebut maka dapat mendorong masyarakat untuk membuka usaha pembuatan roti.

Selain faktor tersebut Kota Surakarta yang dikenal sebagai kota kuliner karena hampir di setiap sudut kota banyak dijumpai pedagang Selain faktor tersebut Kota Surakarta yang dikenal sebagai kota kuliner karena hampir di setiap sudut kota banyak dijumpai pedagang

Perkembangan jumlah toko roti di Kota Surakarta dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Jumlah Toko Roti

Gambar 12. Grafik Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun 1992-2007