Kajian Cerita Pendek Undangan Menari Karya Taufan Sukma dengan Menggunakan Struktural Semiotik

b. Tahapan Alur

1) Permulaan

Namanya sederhana, gendhis. Nama itu cukup mewakili wajahnya,manis. Sehingga banyak gus-gus kolega bapaknya yang sudah tertarik melamar sekali pun si manis belunm begitu matang. Manis wajahnya gendhis diturunkan dari ibunya yaitu sulis. Dulu si ibu seorang

santriawati yang sempat menjadi pujaan para santri, sebelim gus nur, sang guru, menikahinya di usia yang baru belasan tahun.

2) Pertikaian

Gendhis menerima surat dari kelurahan untuk menawarinya menari. Tapi bapaknya yang mengira itu adalah undangan-undangan untuk menari,dengan tegas mewanti-wanti agar tidak berangkat.

3) Perumitan

Gendhis di tahan bersama teman-temannya, dia dibawa keruangan kosong. Di pisah antara laki-laki dan perempuan. Masing-masing orang di jaga tiga sampai empat petugas CPM. Lalu disuruh melepaskan seluruh pakaian mereka sampai semuanya bugil. Mereka di tanyai berulang-ulang di siksa terus menerus dan di orek-orek seluruh anggota tubuh mereka.

4) Klimaks

Dalam pandang yang berkunang-kunang, dia masih bisa melihat para sipir itu melucuti seragamnya. Telanjang, selepas itu. Gendhis tak ingat lagi. Dia hanya merasa seperti sesembahan yang di sembahkan kepada sang raja. Manakala raja sudah puas sisanya untuk anak buahnya. Selebihnya hanya satu yang dikeluhkan gendhis : sakit teramat sangat di selengkangannya.

5) Akhir

Gendhis di pulangkan kerumahnya dan serombongan teman dan temannya yang di tangkapnya telah bebas.

selang beberapa saat kemudian, Gendhis pergi meninggalkan rumahnya. Menghampiri takdirnya sendiri. Hidup telah mengajarinya banyak hal. Tentang swenang-wenang dan tentang benteng yang harus dibangunnya. Ia hanya mau percaya kepada dirinya sendiri. Sepenuhnya.

6) Jenis-Jenis Konflik

a) Konflik Manusia dengan Manusia

Sebuah tamparan telak mengenai pipi kiri Gendhis. Gendhis kaget setengah mati. Rasa panas di pipinya tidak apa-apa sebanding kekagetannya.

kamu sudah tidak suci lagi, kan?”

pak!” Sulis menyela

dari semalam bapak bapak sudah punya pirasat, kamu akan pulang hari ini. Dan sejujurnya, bapak tak ingin kamu pulang…”

pak!” suara Sulis seketika tercekat.

b) Konflik Manusia dengan Tuhan

Gendhis yang membantu jiwanya, setidaknya masih mau mengucap syukur kepada Tuhan untuk satu hal itu. Pada kutipan diatas terjadi hubungan konflik manusia dengan tuhan.

7) Tokoh atau Perwatakan

Dalam cerpen undangan menari karya taufan sukma melukiskan keadaan seorang tokoh gendhis yang cantik dan lugu yang memiliki hobi menari, sayangnya dia terlalu berburu mengambil keputusan tanpa mendengarkan nasihat kedua orangtuanya, akhirnya Gendis mengikuti sekelompok gus-gus kolega atau anggota CPM dalam suatu kelompok yang konon katanya aka nada komunitas menari, ternyata itu hanya fiktif belaka yang akhirnya para wanita tersebut di sekap dan siksa. Tokoh dalam cerpen tersebut adalah :

a) Gendhis

Memiliki sifat egois tidak mau menuruti kedua orangtuanya, akibatnya dia salah mengikuti sebuah komunitas menari, sedangkan Gendhis wanita lugu.

b) Sulis (Ibunya Gendhis)

Memiliki sifat bijaksana dan khwatir terhadap anaknya.

c) Gus Nur (Ayahnya Gendhis)

Memiliki sifat bijaksana dan baik.

d) Gus Ilham (Calon Suami Gendhis)

Tidak konsisten akan pilihannya.

e) Pak Lurah

Bijaksana

f) Anggota CPM

Jahat atau antagonis

g) Kepala sipir

Jahat atau antagonis

h) Gus Hafidz

Jahat

i) Gus Idham

Jahat

8) Latar Dalam Cerpen Tersebut

a) Tempat atau Ruang

(1) Kelurahan

Gendhis menceritakan pengalaman itu pada semua orang yang dijumpainya setelah usai menari. Dan kini dia dipanggil ke kelurahan.

(2) Kamar kosong

Rombongan itu digiring kesebuah kamar kosong.

(3) Lapangan

Sebagaimana hari-hari biasa, pada suatu pagi Gendhis dan para tahanan wanita lainnya disuruh berbaris di lapangan.

(4) Ruang pemeriksaan

Setelah kejadian itu, segala sesuatu kembali kesemula, tak ada bedanya. Berkumpul di ruang pemeriksaan.

(5) Kamar tahanan

Tak ada lagi tangis. Cukup senyum sekedarnya untuk menimpali pembicaraan teman-teman sekamarnya menjelang tidur.

b) Waktu

(1) Petang

Jarum jam menunjuk angka empat. Hari mulai petang.

(2) Pagi

Pada suatu pagi Gendhis dan temannya dikumpulkan di lapangan.

(3) Malam

Gendhis cukup senyum sekedarnya untuk menimpali pembicaraan teman-temannya sebelum menjelang tidur.

9) Gaya Plot

Cerpen disini menggunakan jenis plot simple plot / single plot. Karena cerpen disini memiliki satu alur cerita dan satu konflik yang bergerak dari awal sampai akhir. Simple plot ini bersifat circural, dimana alur cerita bergerak dari awal sampai akhir. Sedangkan simple plot disini menggunakan tipe linear. Yang dimaksud dengan linear adalah mengalir secara garis lurus bergerak dari awal sampai akhir. Jenis konflik disini ada dua yaitu konflik manusia dengan manusia dan konflik manusia dengan Tuhannya.

a) Jenis Plot

Simple plot/ Single plot

(1) Titik Kisah

Titik kisah dalam cerpen tersebut menggunakan pandangan persona orang ketiga

“Dia” serba tahu. Pengarang mengetahui watak dan karakter tokoh dan pada cerpen ini jelas sekali si pengarang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya ia, dia, mereka.

2. Lapis Makna (Ekstrinsik)

a) Pembayangan Apa yang Akan Terjadi ( Foreshadowing ) Pada Peristiwa Ke 28

aku bukan hanya telah kotor, tidak suci lagi tidak perawan lagi.” Dari penggalan cerita tersebut bayangan yang akan terjadi memungkinkan kedua orang tua gendhis yang telah membesarkannya hingga dewasa, tetapi sayangnya gendhis tidak mematuhi kedua orang tuanya sehingga dia masuk kejalur yang salah. Kekecewaan kedua orang tuanya melihat gendhis yang sudah tidak perawan lagi, bahkan telah merengkuk calon seorang bayi dari hasil pemerkosaan para sipir. Dan memungkinkan gendhis akan diusir atau bahkan dia yang akan pergi tanpa di usir oleh kedua orang tuanya. Karena malu akan aib sendiri. Dan menjalani hidupnya sendiri.

1) Tegangan (Subpance)

Berdasarkan isi cerpen tersebut banyak peristiwa yang menegangkan yang terdapat kutipan pada paragraf , sebagai berikut :

(a) Pada paragraf ke 6 terjadi ketegangan

sini duduk dulu….” Kata pak lurah,

ini segera disini, terus dikumpulkan. Ditumpuk disini.

Sekalian menunggu teman-teman lainnya”.

Entah kenapa,suasana terasa begitu tegang.

Tidak ada yang mencoba bicara. semua diam.

Pada peristiwa atau paragraph ke 6 dan 7 sudah ada tanda-tanda ketegangan dari hati gendhis dan teman-temannya. Berdasarkan kutipan diatas bahwa disini terjadi peristiwa tegangan, adanya interaksi antara tokoh satu dengan tokoh lainnya.

b) Pada paragraf atau peristiwa ke 10 muncul ketegangan.

Pada peristiwa ke sepuluh terdapat kutipan yang menegangkan kutipannya sebagai berikut. “Sebuah tamparan telah mengenai pipi kiri gendhis.gendhis kaget setengah hati”. Dari kutipan ini adanya interaksi atau unsur kekerasan yang terjadi pada peristiwa itu.

c) Ketegangan terjadi pada peristiwa ke 16

Sebuah pandangan yang tentunya tak biasa bagi gendhis. sebuah benda besar menghadang dengan sumawa. penis itu menegang laki-laki itu merangsek. Tak ada yang bisa di lakukan gendhis selain meronta dan memberontak, suasana begitu tegang. Berdasarkan kutipan diatas ada kutipan yang menegangkan tokoh gendhis yang akan diperkosan oleh laki-laki itu, sampai gendhis merontak dan membrontak kepada laki-laki tersebut.

d) Ketegangan yang terjadi pada peristiwa ke 23

Dengan kalimat sejulur tangan sudah menggaet puting susunya dari belakang lewat ketiaknya. Sedangkan sebelah tangannya lagi terasa sedang memainkan bulu-bulu kemaluannya”. Kalimat yang terujar pada kutipan diatas, seorang laki-laki yang mencoba ingin memperkosa gendis.

e) Ketegangan terjadi pada peristiwa ke 23

Pintu kamar dibuka dengan cepat. Cukup mengagetkan seorang laki-laki tua yang yang mulai kehilangan tegak tubuhnya mengeluarkan suara serak,” berapa kali kamu melayani para sipir itu?”

Pada kutipan diatas ada hentakan yang sangat mengagetkan sehingga tokoh gendhis merasa cemas, kaget dan takut.

f) Ketegangan terjadi pada peristiwa ke 25

kau sudah tidak suci lagikan?!”. “tak!” sulis mulai mencela suasana mulai menegang. Pada kutipan ini terjadi peristiwa antara anak dengan ibunya, dan ibu nya mulai bertanya-tanya kepada anaknya, dari kalimat “Kau sudah tidak suci lagikan?!” dari kalimat inilah timbul rasa ketegangan dari hati gendhis.

g) Ketegangan terjadi pada peristiwa ke 27

aku bukan hanya telah kotor, tidak suci lagi, tidak perawan lagi. Tidak hanya itu. Bapak tau? Diperutku ini kini telah meringkup calon seorang bayi. Anak haram tentunya. Dan bapak tak perlu mengusirku. Tak perlu membuangku. Aku yang akn pergi.” Berdasarkan kutipan diatas dikemukakan oleh tokoh gendhis yang mengakui segala kesalahannya, apa yang sedang dia alami sekarang, dirinya sedang mengandung anak haram, tentunya orangtua pasti akan terkejut ketika seorang anaknya apalagi hanya satu-satunya ternyata badannya sudah kotor dengan aib.

2) Nada ( Feeling )

Pandangan pengarang terhadap cerpennya ingin memberikan pengalaman pada masa revolusi adanya penyiksaan terhadap kaum wanita dalam konteks sejarah tragedy 1965, proses pe-liyan-nan terhadap mereka itu diawali dengan cerita tentang keterlibatan perempuan-perempuan Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) sebuah ormas yang secara ideologis (dianggap) dekat dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Dalam cerpen ini terdapat bentuk-bentuk pelecehan seksual lain, terutama yang dilakukan secara verbal. Pendek kata, kisah hidup para tapol, perempuan selama di dalam penjara hamper identik dengan kekerasan seksual: sebuah pengalaman yang untuk menuturkannya butuh perjuangan psikologis yang sangat berat.

Berbagai tuturan tentang kekerasan seksual yang pernah dialami oleh para mantan tapol perempuan itu memiliki tingkat kengerian yang nyaris. Dalam cerita ini perempuan adalah satu bentuk artikulasi ingatan masa lalu yang kelam, tragis dan traumatis. Propaganda hanya mengandung sedikit kebenaran, selebihnya adalah kebohongan.

Sedangkan ingatan memang tak mungkin sepenuhnya akurat, tapi kebenaran yang dikandungnya tak mungkin bias dihancurkan. Propogandan memang bisa berubah menjadi “memori social”, tetapi keberlangsungannya sangat tergantung pada kekuatan rezim kekuasaan yang menopangnya. Dalam cerpen ini selain adanya unsur kekerasan, pelecehan dan sebagainya. Sehingga para wanita disekap, ditipu, disiksa, diperkosa hingga seorang tokoh gendhis yang salah satunya dari para wanita hingga mengandung seorang bayi. Bagaimana dengan nasib dia dan orang tuanya tentunya sangat sedih dan kecewa. Dibawah ini ada kutipan dari alur peristiwa yang mengisahkan para tokoh dalam percakapan atau peristiwa yang terjadi.

Dalam menganalisis cerpen ini bukan hanya menganalisis sesuai dengan sikap pengarang terhadap suatu objek yang di ceritakan tetapi kami mencoba menentukan nada sesuai dengan nada yang terjadi pada sebuah alur cerita yang ada pada cerpen ini atau bisa dikatakan seorang pembaca dalam membaca suatu cerpen secara langsung.

a) Pada peristiwa ke 10

Plak! Sebuah tamparan telah mengenai pipi kiri Gendhis. Gendhis kaget setengah mati. Berdasarkan kutipan diatas terjadinya nada Plak! Sebuah tamparan yang pastinya terbayang nada yang keluar dari tamparan sangat keras.

b) Pada peristiwa ke 14

Ada barang bagus rupanya” kalimat itu meluncur dari bibir berkumis tebal itu sebari tangan kekalnya menepuk tangan Gendhis dengan keras. Puk! Pada kutipan ini juga terjadi suara hentakan nada Plak!.

c) Pada peristiwa ke 22

koe pengen bebas?” Gendhis diam saja dan secara otomatis beberapa tamparan menyapa pipinya. Itulah kutipan yang bisa menjadi gambaran bagaimana nada bisa dirasakan oleh pembaca dan sikap pengarang terhadap suatu objek yang diceritakan.

Nada yang di ceritakan oleh pengarang terhadap objek, nada terkandung pada alur cerita sebuah cerpen karya Taufan Sukma. Dalam setiap alur peristiwa terjadi hentakan nada misalnya nada yang sangat menegangkan yang terjadi pada peristiwa ke 10, 14, dan 22. Intonasi yang terujar dari para tokoh antagonis yang identik dengan peran jahatnya.

3) Suasana (Tone)

Perasaan yang timbul setelah membaca cerpen tersebut timbul rasa marah, benci, gemas, sedih dan terdapat pada kutipan yang telah tertulis dibawah atau suasana yang terjadi dalam cerita pendek yang berhubungan dengan perasaan sedih, senang terhadap tokoh dalam cerita misalnya :

a) Pada peristiwa ke 7

Entah kenapa suasana begitu tegang tidak ada yang mencoba bicara. Semua diam. Pada kutipan diatas timbul suasana tegang, hening, rasa takut.

b) Pada peristiwa ke 9

Suasana sempat sedikit gaduh, sampai sang CPM itu masuk ruangan dengan menghentakan sepatu larasnya dengan cukup keras tepat di depan pintu. Pada kutipan diatas adanya suasana yang terjadi seperti sedikit gaduh, dan rasa tegang terhadap para tahanan yang disekap oleh para sipir di dalam tahanan.

c) Pada peristiwa ke 25

Gendhis diam. Tak menengok. Hanya mata yang sesaat melotot, lalu nanar dan memerah. Pada peristiwa yang ada pada kutipan ini ada kata “DIAM” menunjukan suasana sunyi.

d) Peristiwa ke 26

Suasana sempat senyap. Hening dalam beberapa ketukan.

Pada kutipan diatas ada sangat jelas sekali adanya kutipan “suasana sempat senyap” menunjukan adanya suasana yang hening atau sunyi.

e) Peristiwa ke 27

Gendhis masih tetap diam. Gendhis mematung. Tak ada tetes air yang meleleh dan raut muka cantiknya yang kuyu. Wajahnya tetap dingin. Datar. Dalam kutipan ini juga terjadi suasana sepi terdiam, mematung tidak ada kata yang terujar dari gendhis.

f) Peristiwa ke 29

Selang beberapa saat kemudian, Gendhis benar-benar pergi. Menghampiri takdirnnya sendiri. Hidup telah mengajariya beberapa hal tentang kesewenang-wenangan dan tentang benteng yang harus di bangunnya. Ia hanya mau percaya pada dirinya sendiri. Sepenuhnya.

Pada kutipan ini bisa diangga puncak cerita atau klimaks suasana yang timbul begitu mengarukan, terasa sedih, kecewa dan putus asa, hanya saja tokoh gendhis merasakan akibatnya sendiri karena tidak patuh tehadap orangtuanya, dari pihak lain seperti orangtuanya pasti merasakan kesedihan dan kekecewaan terhadap anaknya yang sejak kecil dirawat dan dibesarkannya, dan mengingat masa kecil gendhis yang sosoknya anak yang lugu, manis, dan suka menari dimana dia suka dimanapun itu tempatnya, tetapi karena dia tidak menuruti orangtua nya hingga akhirnya gendhis mengikuti sekelompok orang yang tenyata kerjanya menyiksa dan selalu melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya terhadap kaum wanita, bagaimana mereka di lakukan sebagai mana orang yang tidak punya harga diri, suasana terasa begitu geram dan menegangkan. Tetapi akhir cerita ini terasa sangat menyedihkan ketika gendhispunya inisiatif akan meninggalkan rumah tanpa diusir oleh kedua orangtua nya.

4) Tema

Cerita ini bertemakan tentang pelecehan dan penyiksaan.

5) Amanat

Amanat yang ingin disampaikan pengarang adalah kita dalam melakukan suatu perbuatan pikirkanlah terlebih dahulu apakah perbuatan kita itu baik atau buruk. Jangan sampai mengabaikan nasihat dari orang tua kita sendiri. Karena merekalah kita ada, dan jangan sekali-kali membantah orang tua, apalagi melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan orang tua atau tanpa ridho mereka.

(b) Hubungan tema dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik (Semiotik)