Kontribusi sektor pertanian dalam ketimpangan pendapatan di Koridor

4.5. Kontribusi sektor pertanian dalam ketimpangan pendapatan di Koridor

  Ekonomi Sumatera

  4.5.1. Ketimpangan Pendapatan dengan Analisis Koefisien Variasi Tertimbang Williamson

  Hasil perhitungan koefisien variasi tertimbang (CVw) dari tahun 2002 sampai tahun 2013 berdasarkan harga konstan 2000. Tabel 4.52. menunjukkan CVw dengan migas dan tanpa migas. Dengan migas, pada tahun 2008 terjadi peningkatan indeks CVw yaitu sebesar 0,51 yang pada tahun sebelumnya hanya sebesar 0,48. Sedangkan tanpa migas, terjadi beberapa kali peningkatan indeks CVw yaitu pada tahun 2006, 2007 dan 2009. Kemudian ada beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari tabel tersebut yaitu (1) Selama kurun waktu 2002 – 2013 baik dengan maupun tanpa migas, terlihat jelas bahwa terlihat jelas terjadi penurunan indeks CVw. Di tahun 2002 dengan migas, indeks CVw sebesar 0,53 kemudian terus turun sampai 0,44. Sedangkan tanpa migas dari 0,63 menjadi 0,35 (2) Apabila migas di perhitungkan Indeks CVw relatif lebih tinggi dibandingkan jika tanpa migas. Dan Hasil perhitungan koefisien variasi tertimbang (CVw) dari tahun 2002 sampai tahun 2013 berdasarkan harga konstan 2000. Tabel 4.52. menunjukkan CVw dengan migas dan tanpa migas. Dengan migas, pada tahun 2008 terjadi peningkatan indeks CVw yaitu sebesar 0,51 yang pada tahun sebelumnya hanya sebesar 0,48. Sedangkan tanpa migas, terjadi beberapa kali peningkatan indeks CVw yaitu pada tahun 2006, 2007 dan 2009. Kemudian ada beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari tabel tersebut yaitu (1) Selama kurun waktu 2002 – 2013 baik dengan maupun tanpa migas, terlihat jelas bahwa terlihat jelas terjadi penurunan indeks CVw. Di tahun 2002 dengan migas, indeks CVw sebesar 0,53 kemudian terus turun sampai 0,44. Sedangkan tanpa migas dari 0,63 menjadi 0,35 (2) Apabila migas di perhitungkan Indeks CVw relatif lebih tinggi dibandingkan jika tanpa migas. Dan

  Tabel 4.52. Koefisien Variasi Tertimbang

  Koefisien Variasi Tertimbang (CVw)

  Tahun

  Dengan Migas

  Tanpa Migas

  4.5.2. Ketimpangan Pendapatan dengan Analisis Dekomposisi Sektoral Takahiro Akita mengembangkan lebih lanjut dari formula Indeks Williamson

  dengan cara mendekomposisi pendapatan nasional sebagai penjumlahan nilai tambah sektoral menjadi per kapita sektoral. Nilai tambah PDRB dibagi menjadi tiga sektor, yaitu sektor pertanian, industri, dan jasa. Keunggulan dari formula dekomposisi sektoral ini, yaitu bisa mengetahui sektor mana yang menyebabkan ketimpangan pendapatan dan berapa besar peran masing-masing sektor terhadap indeks ketimpangan secara keseluruhan.

  Untuk mengestimasi koefisien variasi tertimbang (CVw) untuk masing- masing sektor dan juga untuk menghitung koefisien kovariasi (COVw) antar sektor digunakan pendapatan per kapita sektoral. Pada Gambar 4.14. menunjukkan koefisien variasi untuk sektor pertanian relatif lebih kecil, hal ini berarti kedua sektor tersebut telah dikembangkan secara merata di KES. Sektor industri dan jasa memiliki nilai CVw yang relatif lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sektor tersebut belum dikembangkan secara merata. Dan terlihat sektor pertanian cenderung mengalami penurunan. Sedangkan untuk sektor industri dan jasa tidak terlihat tren menurun atau meningkat, kedua sektor tersebut relatif stabil. Sektor industri berkisar 0,26 – 0,83 sedangkan sektor jasa berkisar 0,23 – 0,41.

  Ketimpangan sektor pertanian

  Ketimpangan sektor industri

  Ketimpangan sektor jasa

  Ketimpangan antara sektor pertanian dan industri

  Ketimpangan antara sektor pertanian dan jasa

  Ketimpangan antara sektor industri dan jasa

  Ketimpangan pendapatan

  Gambar 4.14. Koefisien Variasi dan Kovariasi dengan Migas

  Ketimpangan sektor pertanian

  Ketimpangan sektor industri

  Ketimpangan sektor jasa

  Ketimpangan antara sektor pertanian dan industri

  Ketimpangan antara sektor pertanian dan jasa

  Ketimpangan antara sektor industri dan jasa

  Ketimpangan pendapatan

  Gambar 4.15. Koefisien Variasi dan Kovariasi tanpa Migas

  Hasil perhitungan koefisien kovariasi tertimbang (COVw) dapat memperlihatkan kondisi pembangunan regional selama ini. Dari ketiga nilai koefisien kovariasi tertimbang yaitu antara sektor pertanian dan industri (COV12), sektor pertanian dan jasa (COV13) dan sektor industri dan jasa (COV23) yang memiliki nilai koefisien kovariasi tertinggi yang relatif tinggi yaitu sektor industri dan jasa. Bernilai positif koefisien kovariasi tertimbang antara sektor industri dan jasa (COV23) Hasil perhitungan koefisien kovariasi tertimbang (COVw) dapat memperlihatkan kondisi pembangunan regional selama ini. Dari ketiga nilai koefisien kovariasi tertimbang yaitu antara sektor pertanian dan industri (COV12), sektor pertanian dan jasa (COV13) dan sektor industri dan jasa (COV23) yang memiliki nilai koefisien kovariasi tertinggi yang relatif tinggi yaitu sektor industri dan jasa. Bernilai positif koefisien kovariasi tertimbang antara sektor industri dan jasa (COV23)

  Untuk kontribusi masing-masing sektor ekonomi dalam ketimpangan pembangunan selain menggunakan CVw dan COVw tetapi juga pada kontribusi sektor pertanian dalam PDRB. Gambar 4.16. dan 4.17. menunjukkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB. Pada Gambar 4.16. menunjukkan kontribusi sektor ekonomi dengan memperhitungkan migas. Dari grafik tersebut menunjukkan baik sektor pertanian maupun industri cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2002, sektor pertanian dan industri berkontribusi masing-masing sebesar 20,20 dan 50,70 persen kemudian menjadi sebesar 19,02 dan 41,15 persen pada tahun 2013. Berbeda dengan kontribusi sektor jasa yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2002, sektor jasa berkontribusi sebesar 29,10 persen menjadi 39,84 persen pada tahun 2013.

  Gambar 4.16. Kontribusi Sektoral terhadap PDRB dengan Migas (persen) Sumber: BPS, data diolah

  Pada Gambar 4.17. tanpa memperhitungkan migas tidak banyak perbedaan dengan memperhitungkan migas. Di mana sektor pertanian dan industri cenderung mengalami penurunan sedangkan sektor jasa terus meningkat. Namun, sektor Pada Gambar 4.17. tanpa memperhitungkan migas tidak banyak perbedaan dengan memperhitungkan migas. Di mana sektor pertanian dan industri cenderung mengalami penurunan sedangkan sektor jasa terus meningkat. Namun, sektor

  Gambar 4.17. Kontribusi Sektoral terhadap PDRB tanpa Migas (persen) Sumber: BPS, data diolah

  Dengan menggunakan persamaan (3), diperoleh gambaran sektor mana yang menyebabkan ketimpangan pendapatan. Tabel 4.53. menunjukkan hasil analisis dekompisisi sektoral dengan migas. Selama tahun 2002 – 2013, sektor pertanian merupakan sektor yang paling kecil kontribusinya dalam ketimpangan. Sedangkan kontribusi paling besar disumbang oleh sektor industri.

  Namun, kontribusi sektor pertanian dan industri cenderung relatif stabil. Kontribusi sektor pertanian berkisar 1,4 – 13,3 persen, dan sektor industri berkisar 32,7 – 67,9 persen. Namun, berbeda dengan sektor jasa yang cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2002, sektor jasa hanya berkontribusi hanya sebesar 3,14 persen kemudian meningkat menjadi 18,08 persen pada tahun 2013.

  Tabel 4.53. Kontribusi Sektoral terhadap Koefisien Variasi Tertimbang dengan Migas

  SCOV23 Total

  Keterangan:

  SCV1 = Kontribusi CVw untuk sektor pertanian SCV2 = Kontribusi CVw untuk sektor industri SCV3 = Kontribusi CVw untuk sektor jasa SCOV12 = Kontribusi COVw antara sektor pertanian dan industri SCOV13 = Kontribusi COVw antara sektor pertanian dan jasa SCOV23 = Kontribusi COVw antara sektor industri dan jasa

  Kemudian pada Tabel 4.54. tanpa memperhitungkan migas, sektor pertanian masih menjadi sektor yang paling kecil kontribusinya dalam ketimpangan dan sektor industri yang masih bertahan menjadi sektor paling besar kontribusinya. Kontribusi sektor pertanian relatif stabil yaitu berkisar 0,94 – 9,04 persen. Sedangkan kontribusi sektor industri cenderung mengalami peningkatan, pada tahun 2002 berkontribusi sebesar 15,52 persen kemudian menjadi 26,92 persen pada tahun 2013. Begitu juga dengan sektor jasa cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2002, sektor jasa hanya berkontribusi sebesar 0,98 persen kemudian meningkat signifikan menjadi 14,88 persen pada tahun 2013.

  Tabel 4.54. Kontribusi Sektoral terhadap Koefisien Variasi Tertimbang tanpa Migas

  SCOV23 Total