Cara-cara Menggerakkan Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Saat ini Dalam Rangka

xcix percobaannya. Kejahatan Pasal. 293 ini, bukan tindak pidana formal, tetapi tindak pidana materiil, di mana unsur akibat, yaitu dilakukannya perbuatan cabul atau perbuatan cabul dilakukan terhadapnya, adalah merupakan unsur penentu untuk terwujud secara sempurnanya kejahatan ini. Si pembuat yang menggerakkan ini tidak ditentukan jenis kelaminnya, boleh lelaki atau perempuan. Juga si pembuat tidak disebutkan dewasa atau belum dewasa. Jadi, boleh orang sudah dewasa dan boleh juga orang yang belum dewasa. Hal ini berbeda dengan Pasal 292 homoseksual yang menyaratkan pembuat haruslah lelaki dewasa atau perempuan dewasa sedangkan temannya berbuat cabul adalah perempuan belum dewasa atau lelaki belum dewasa.

2. Cara-cara Menggerakkan

Memberi uang atau barang adalah menyerahkan uang atau barang dengan maksud untuk dimiliki atau menjadikan miliknya. Setelah perbuatan dilakukan, maka uang atau barang yang diberikan akan menjadi milik orang yang diberi. Menjanjikan memberi uang atau barang, ada persamaan dengan memberi uang atau barang dalam arti untuk dijadikan milik. Perbedaannya pada memberikan, setelah perbuatan di- lakukan, uang dan atau barang telah beralih kekuasaannya pada barang yang diberi. Akan tetapi, pada perbuatan menjanjikan, telah c perbuatan dilakukan, uang atau barang itu belum diserahkan, dan akan diserahkan kemudian, tidak pada saat janji diucapkan. Di dalam perbuatan menjanjikan harus dapat memberi kepercayaan kepada orang yang menerima janji, dan kepercayaan yang terbentuk inilah yang menyebabkan orang lain itu yang in casu belum dewasa dengan sukarela melakukan perbuatan cabul atau dilakukan perbuatan cabul terhadapnya. Menyalahgunakan perbawa yang timbul dari hubungan keadaan, maksudnya ialah daya pengaruh yang terpancar dari kewibawaan yang timbul dan dimiliki oleh seseorang karena hubungan yang ada antara si pembuat dengan orang yang digerakkan korban dalam kehidupan sosial. Misalnya hubungan antara seorang dosen dengan mahasiswamahasiswinya, hubungan antara anak majikan dengan pembantu rumah tangga, hubungan antara istri majikan dengan sopir suaminya. Kewibawaan terhadap orang lain yang dimiliknya inilah yang dapat digunakan untuk menggerakkan orang yang ada di bawah pengaruhnya untuk melakukan perbuatan cabul. Misalnya, dosen minta dicium oleh mahasiswinya yang belum dewasa atau agar mahasiswi mau dipeluk dan dicium oleh si dosen, anak majikan minta agar pembantu rumah tangganya mau dipegang buah dadanya. Penyesatan misleiding adalah suatu perbuatan yang se- ngaja dilakukan untuk mengelabui atau mengelirukan anggapan, ci pengertian, pengetahuan, atau pendirian orang dengan segala sesuatu yang isinya tidak benar, sehingga orang lain itu menjadi salah atau keliru dalam berpendirian. Isi penyesatan selalu tentang segala sesuatu yang isinya tidak benar atau palsu. Sifat isi penyesatan mengenai segala sesuatu yang tidak benar, adalah mutlak. Karena jika isinya benar, maka bukan penyesatan namanya. Dalam kekeliruan ini terkandung unsur kepercayaan penuh akan segala sesuatu yang isi sesungguhnya tidak benar itu. Kepercayaan inilah yang menyebabkan orang yang tersesat melakukan perbuatan yang dikehendaki oleh si pembuat. Dalam hal upaya perbuatan menggerakkan, dengan dan dalam kekeliruan ini dia berbuat sesuai dengan kehendak orang yang melakukan penyesatan, yang tanpa penyesatan orang itu tidak akan melakukan perbuatan, yang in casu melakukan perbuatan cabul atau dilakukan perbuatan cabul terhadap dia. Contohnya, seorang dukun cabul dengan gerakan–gerakan seolah-olah kemasukan roh suci, dan dengan mulut yang komat–kamit meminta agar gadis di hadapannya yang minta pertolongan untuk mendapatkan jodoh memperbolehkan dukun tersebut meremas buah dada dan vaginanya, kemudian menyetubuhinya. Padahal semua itu adalah akal–akalan si dukun cabul. Gadis itu percaya, bahwa ucapan si dukun adalah ucapan roh suci, maka dia menuruti apa yang diminta roh suci yang dipercayanya, cii padahal sesungguhnya semua itu adalah permintaan dukun cabul itu sendiri.

3. Orang Belum Dewasa yang Baik Tingkah Lakunya