The Constitutional Approach The State Control Approach

clxxi anak-anak dibawah umur. Ada beberapa pendekatan ‘approach’ 129 yang dilakukan oleh berbagai negara di dunia untuk mengatasi persoalan penyalahgunaan internet ini, termasuk di dalamnya adalah pedofilia yaitu:

a. The Constitutional Approach

Pendekatan ini membuat konstitusi negara sebagai faktor penentu dari penangulangan kejahatan pedofilia. Semua negara-negara didunia belum mengaturnya secara umum dalam konstitusinya, sehingga sering terjadi konflik dalam pelaksanaan sanksi terhadap pelaku pedofilia.

b. The State Control Approach

Pendekatan ini diadopsi oleh pemerintahan yang percaya bahwa mereka berhak dan bahkan bertanggung jawab untuk campur tangan secara langsung dan menempatkan kendali atas kejahatan kesusilaan. Negara yang melakukan adalah jepang. Negara diyakini memiliki hak dan tanggungjawab atas warganya agar tidak diintervensi oleh pihak luar. Sehubungan dengan adanya perbedaan pendapat, apakah abortus, meninggalkan menelantarkan orang yang perlu pertolongan, penghinaan dan perjualan dimasukkan ke dalam delik kesusilaan atau tidak, patut dicatat bahwa di Jepang delik-delik tersebut Sehubungan dengan adanya perbedaan pendapat, apakah delik abortus, meninggalkanmenelantarkan orang yang perlu pertolongan, penghinaan dan perjudian dimasukkan ke dalam delik kesusilaan atau tidak, bahwa di Jepang delik-delik tersebut diatur dalam 129 Roger Darlington, Should The Internet be Regulated ?, http:www.rogerdarlington.co.uk regulation.html clxxii bab-bab tersendiri, yaitu dalam Bab XXIX tentang Crimes of Abortion, Bab XXX tentang Crimes of Abandonment, Bab XXXIV tentang Crimes Against Reputation dan Bab XXIII tentang Crimes Concerning Gambling and Lotteries. Hal yang menarik di Jepang ialah, bahwa delik perkosaan dan perbuatan tidak senonoh cabul yang dilakukan dengan kekerasan merupakan delik aduan Pasal 180 KUHP Jepang. Perkosaan Rape di Jepang dibatasi hanya pada persetubuhan hubungan seksual dengan kekerasan atau intimidasi ancaman menakut-nakuti terhadap wanita: a. yang usianya tidak kurang dari 13 tiga-belas tahun atau di bawah 13 tiga belas tahun lihat Pasal 177; atau b. yang kehilangan kesadaran atau tidak mampu melawan loss of consciousness or inability to resist; lihat Pasal 178 KUHP Jepang. Terhadap perkosaan ada ancaman pidana minimal 2 dua tahun penjara. Di Korea, Seperti halnya dengan KUHP Jepang, di Korea pun ada bab tersendiri mengenai kejahatan Abortion Bab 27, Abandonment Bab 28, Reputation Bab 33 dan mengenai Gambling and Lotteries Bab 23. Memperhatikan isi Bab 32 di atas terlihat, bahwa semuanya ber- hubungan dengan perbuatan persetubuhan hubungan seksual sexual intercourse dan perbuatan cabultidak senonoh indecent act. Akan tetapi, tidak disebut dan tidak dimasukkan sebagai delik kesusilaan clxxiii pads Bab 22 Crimes Against Morals. Sama halnya dengan di Jepang, di Korea pun delik perkosaan merupakan delik aduan Pasal 306. Hal yang menarik di Polandia juga perbuatan tidak senonohcabul terhadap orang yang tidak waras Pasal 169. dan perbuatan tidak senonoh dengan menyalahgunakan hubungan kebergantungan Pasal 170 serta pemerkosaan Pasal 168 tidak termasuk dalam daftar delik kesusilaan di atas, tetapi termasuk dalam Bab 22 mengenai Offences Against Liberty Tindak Pidana terhadap Kemerdekaan. Delik perkosaan diancam dengan pidana minimal 3 tiga tahun perampasan kemerdekaan dan merupakan delik aduan.

c. The Statutory Approach