Kejahatan Butir 3, mempunyai unsur-unsur:

xc Istilah disetubuhi haruslah terhadap perempuan. Menurut pengertian demikian, maka tidaklah mungkin menyetubuhi terhadap kaum lelaki. Terhadap kaum lelaki hanya dapat dilakukan perbuatan cabul, dan bukan perbuatan menyetubuhi. Unsur kesalahan kejahatan ini sama dengan Pasal 287 ayat 1. Pasal ini terdiri dari dua bentuk, yakni: 1 kesengajaan, berupa diketahuinya umurnya belum lima belas tahun, dan 2 culpa, berupa sepatutnya harus diduganya bahwa belum pantas untuk disetubuhi. Ukuran belum pantas untuk disetubuhi dilihat dari ciri- ciri fisik anak tersebut. Misalnya muka dan bentuk tubuhnya masih kelihatan anak kecil, belum tumbuh buah dadanya atau belum tumbuh bulu kemaluannya, dan lain sebagainya. Bisa juga ditambah dengan ciri-ciri psikis yang tampak dari sifat dan kelakuannya. Misalnya masih suka menangis atau merengek– rengek meminta sesuatu, atau masih suka bermain–main seperti umumnya anak yang belum berumur lima belas tahun lainnya.

3. Kejahatan Butir 3, mempunyai unsur-unsur:

Unsur-unsur Objektif dari kejahatan Butir 3 adalah a. Perbuatannya membujuk; b. Objeknya orang yang umurnya belum lima belas tahun; atau jika umurnya tidak jelas belum waktunya untuk dikawin; c. untuk melakukan perbuatan cabul, dilakukan perbuatan cabul; atau bersetubuh di luar perkawinan. Unsur–unsur subjektif yaitu diketahuinya umurnya belum lima belas tahun, atau xci jika tidak jelas umurnya yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin. Perbuatan membujuk, asal katanya verleiden Belanda, yang pada umumnya Moeljatno dan Andi Hamzah menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan membujuk. Soesilo selain menerjemahkan dengan membujuk juga dengan mengoda, tetapi Sianturi menerjemahkan dengan menjerumuskan. 113 Membujuk verleiden adalah perbuatan mempengaruhi ke- hendak orang lain agar kehendak orang itu sama dengan kehen- daknya. Membujuk adalah menarik kehendak orang yang bersifat mengiming–imingi. Sifat mengiming–imingi lebih tepat, berhubung orang yang dibujuk adalah anak-anak, yang secara psikis masih lugu atau polos yang lebih mudah dipengaruhi kehendaknya daripada orang dewasa. Memberikan permen, boneka lucu, atau sedikit uang misalnya Rp 5.000,00 sudah cukup dapat menarik kehendak seorang anak, yang tidak mungkin dapat menarik atau mempengaruhi kehendak orang dewasa. Karena itu membujuk verleiden menurut Pasal 290 berbeda sifat dengan perbuatan menggerakkan bewegen pada penipuan Pasal 378, walaupun pada dasarnya sama yakni mempengaruhi kehendak orang lain. Selain itu, ada juga perbedaan dengan perbuatan 113 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 85 xcii menggerakkan pada penipuan Pasal 378 yang ditujukan pada semua orang baik pada orang dewasa maupun anak. Membujuk di sini Pasal 290 tidak ditentukan bagaimana caranya. Oleh karena itu, sifatnya lebih luas jika dibandingkan dengan perbuatan menggerakkan pada penipuan Pasal 378 yang disebutkan caranya. Karena membujuk di Pasal 290 tidak disebutkan caranya, cara itu pada kejadian konkretnya tidak terbatas, bisa dengan meminta begitu saja dengan perkataan yang lemah lembut, atau memberikan sesuatu, atau janji-janji, cara–cara mana tidak boleh dengan menekan. Sebab jika dengan cara menekan kehendak, sifat membujuknya menjadi hilang, karena pada menekan kehendak seperti ancaman kekerasan atau akan membuka rahasia, kehendak orang yang ditekan menjadi tidak bebas. Sementara itu, pada perbuatan membujuk ini terkandung sifat keleluasaankebebasan bagi orang yang dibujuk, yakni apakah orang yang dibujuk akan menuruti kehendak pembujuk ataukah tidak. Misalnya dengan memberi permen, seorang lelaki minta pada seorang anak perempuan untuk memegang dan menggosok- gosok penisnya dalam hal ini teknik memberi permen adalah salah satu cara dari membujuk. Si pembuat subjek hukum kejahatan yang melakukan perbuatan ini tidak harus lelaki, demikian juga tidak harus sudah dewasa. Secara pasti orang yang dibujuk harus anak yang belum xciii berumur lima belas tahun, atau jika umurnya tidak jelas, belum waktunya dikawin belum pantas untuk disetubuhi. Perbuatan membujuk harus diarahkan agar orang yang dibujuk melakukan tiga perbuatan, yaitu: 1 dia melakukan perbuatan cabul; 2 dia membiarkan pasif dilakukan perbuatan cabul terhadap dirinya; dan 3 bersetubuh di luar perkawinan dengan si pembuat yang membujuk. Perbuatan–perbuatan ini dilakukan atas suka rela anak itu. Di antara tiga perbuatan ini, hanya yang pertama yang merupakan perbuatan aktif murni dari anak itu. Sebaliknya, perbuatan yang kedua, justru sama sekali dia tidak berbuat sesuatu apapun, merupakan perbuatan pasif murni. Sementara itu, perbuatan yang ketiga bersetubuh sesunguhnya lebih condong ke arah perbuatan pasif, yakni dia disetubuhi, sedangkan perbuatan menyetubuhi dilakukan oleh sipembuat yang membujuk, dan si pembuat pastilah lelaki. Kejahatan Pasal 290 merupakan tindak pidana materiil agar dapat terwujud secara sempurna, tidak cukup dari perbuatan membujuk saja, seperti pada tindak pidana formil. Akan tetapi, dari wujud perbuatan itu diperlukan pula telah timbulnya suatu akibat yang dilarang unsur akibat konstitutif yang in casu anak yang umurnya belum lima belas tahun itu telah melakukan salah satu dari tiga perbuatan itu apabila kejahatan membujuk telah selesai dilakukan, tetapi anak itu tidak xciv menjalankan salah satu di antara tiga perbuatan yang dimaksudkan, belum terjadi tindak pidana secara sempurna, tetapi yang terjadi adalah percobaannya, yang juga dapat dipidana Pasal 290 jo 56 dan Pasal 57 KUHP. Seperti pada kejahatan Pasal 285, Pasal 286, Pasal 287, Pasal 289, kejahatan pada Pasal 290 ini diberikan dasar pemberat pidananya di dalam Pasal 291, yaitu apabila dari perbuatan dalam Pasal itu perbuatan cabul, maupun menyetubuhi menimbulkan akibat luka-luka berat korban diperberat maksimum dua belas tahun penjara atau kematian korban diperberat menjadi maksimum lima belas tahun penjara. Pasal 292 KUHP Pasal 292 mengatur perbuatan cabul sesama kelamin homoseksual, yang berbunyi : Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Apabila rumusan di atas dirinci, maka terdapat unsur-unsur unsur-unsur Objektifnya yaitu perbuatannya merupakan perbuatan cabul, Si pembuatnya oleh orang dewasa; Objeknya: pada orang sesama jenis kelamin yang belum dewasa. Unsur-unsur Subjektif diketahuinya belum dewasa; atau seharusnya patut diduganya belum dewasa. xcv Sama seperti perzinaan untuk kejahatan ini diperlukan dua orang yang terlibat. Kalau pada perzinaan terjadi antara dua orang lain jenis tetapi pada perbuatan cabul menurut pasal tersebut terjadi antara dua orang sesama kelamin. Lelaki dengan lelaki atau perempuan dengan perempuan sering disebut dengan lesbian. Karena perzinaan disyaratkan terjadinya persetubuhan sedangkan perbuatan cabul menurut pasal tersebut tidak mungkin terjadi persetubuhan maka tidak mungkin persetubuhan terjadi menurut arti yang sebenarnya jika dilakukan antara sesama jenis kelamin. Perbuatan cabul menurut Pasal 292 adalah sama pengertiannya dengan perbuatan cabul tanpa persetu- buhan yang telah diterangkan pada pembicaraan yang lalu. Walaupun terjadi antara dua orang sesama jenis kelamin, tetapi yang menjadi subjek hukum kejahatan si pembuatnya dan dibebani tanggung jawab pidana adalah siapa yang di antara lua orang itu yang telah dewasa, sedangkan yang lain haruslah belum dewasa. Jadi tidak mungkin terjadi kejahatan menurut Pasal 292 ini bila dilakukan sesama jenis kelamin antara dua orang yang keduanya sudah dewasa, atau keduanya sama-sama belum dewasa. Pembebanan tanggung jawab pada pihak orang vang telah dewasa adalah wajar karena rasio dibentuknya kejahatan ini adalah untuk melindungi, kepentingan hukum orang yang belum dewasa dari perbuatan–perbuatan yang melanggar kesusilaan umum. xcvi Mengenai kriteria belum dewasa, dapat dilihat menurut umur. Belum dewasa menurut Pasal 292 ini sama dengan belum dewasa menurut Pasal 330 BW yakni belum berumur 21 tahun dan belum pernah menikah. Orang yang sudah pernah menikah dianggap fiksi sudah dewasa walaupun umurnya belum 21 tahun. Unsur kesalahan ada dua macam yang satu ialah berupa 1 kesengajaan yakni diketahuinya temannya sesama jenis berbuat cabul itu belum dewasa; dan 2 berupa culpa, yakni sepatutnya harus diduganya belum dewasa. Mengenai sepatutnya harus diduga berdasarkan keadaan fisik dan psikis ciri–ciri orang belum dewasa atau yang umurnya belum 21 tahun. Pasal 293 KUHP Pasal 293 mengatur Menggerakkan Orang Belum Dewasa untuk Melakukan Perbuatan Cabul, yang berbunyi : 1. Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalahgunakan perbawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkah lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang belum ke- dewasaannya, diketahui atau selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. 2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya yang dilakukannya itu. 3. Tenggang waktu tersebut dalam Pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-masing Sembilan bulan dan dua belas bulan. Rumusan tentang kejahatan menggerakkan orang yang belum dewasa untuk berbuat cabul, terdapat dalam ayat 1, yang apabila xcvii dirinci terdapat unsur-unsur objektif dan subjektif. Jika dirinci unsur- unsur objektif terdiri dari: a. Perbuatannya menggerakkan; b. cara- caranya memberi uang atau barang, menjanjikan memberi uang atau barang, menyalahgunakan perbawa yang timbul dari hubungan keadaan dan penyesatan. c. objeknya: orang yang belum dewasa; d. yang baik tingkah lakunya; d. untuk melakukan perbuatan cabul dan dilakukan perbuatan cabul dengannya. Unsur-unsur subjektif diketahuinya atau selayaknya harus diduganya tentang belum kedewasaannya. Ketika membicarakan kejahatan membujuk orang yang umurnya belum lima belas tahun untuk melakukan perbuatan cabul, Pasal 290 ayat 3 di atas, telah dibicarakan tentang peringatan membujuk verleiden yang mempunyai arti yang sama tapi mempunyai sifat yang lain dengan perbuatan menggerakkan bewegen.

1. Perbuatan Menggerakkan