ISI KLAUSULA ARBITRASE KLAUSULA ARBITRASE SEBAGAI PERJANJIAN 1. ARTI KLAUSULA ARBITRASE

ketiga dengan persetujuan pihak yang melakukan perjanjian arbitrase tersebut.

3. ISI KLAUSULA ARBITRASE

Para pihak pada waktu membahas perjanjian perlu dengan cermat menyusun klausula arbitrase yang komprehensif. Klausula tersebut tidak harus panjang dan rumit tetapi harus memuat komitmen yang jelas terhadap arbitrase serta pernyataan tentang sengketa apa yang diselesaikan secara arbitrase agar menjadi efektif. Secara umum, klausula – klausula arbitrase akan mencakup : 46 a. komitmenkesepakatan para pihak untuk melaksanakan arbitrase; b. ruang lingkup arbitrase ; c. apakah arbitrase akan berbentuk arbitrase institusional atau ad hoc. Apabila memilih bentuk ad hoc, maka klausula tersebut harus merinci metode penunjukan arbiter atau majelis arbitrase; Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penunjukan arbiter adalah umur, pengalaman, pengetahuan dan latar belakangnya di bidang yang dipersengketakan serta latar belakang bidang hukum yang menjadi pekerjaannya. Seandainya para pihak tidak memilih arbitrase ad hock tetapi arbitrase institusional maka menunjuk badan arbitrase yang sudah ada sebagai tempat penyelesaian sengketa dengan menyebutkan badan arbitrase mana yang dimaksud. d. aturan prosedural yang berlaku ; e. tempat dan bahasa yang digunakan dalam arbitrase ; Tempat arbitrase turut menentukan mengenai terlibatnya pengadilan nasional dalam proses arbitrase baik dalam membantu lancarnya proses arbitrase tersebut maupun intervensi pengadilan, manakala terjadi hal – hal yang bertentangan undang – undang atau pelaksanaan putusan arbitrase nantinya. Sedangkan penentuan bahasa menjadi penting mengingat penterjemahan segala hal dalam proses arbitrase, bila dilakukan dalam lebih dari satu bahasa, akan memperpanjang waktu dan menambah biaya. f. pilihan terhadap hukum substantif yang berlaku bagi arbitrase ; Mengingat sistem hukum nasional yang beragam, seharusnya di dalam klausul pilihan hukum disebutkan secara tegas dan tertulis hukum mana yang akan berlaku atas perjanjian tersebut. 46 Gary Goodpaster,Felix Oentoeng Soebagjo dan Fatmah Jatim, 1995, Arbitrase di Indonesia : Beberapa Contoh Kasus dan Pelaksanaan dalam Praktik, dalam Arbitrase di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, hal.25. g. klausula – klausula stabilitasi dan hak kekebalan imunitas , jika relevan. Karena hukum dalam suatu yuridiksi dapat berubah setiap saat, para pihak kadangkala menuntut adanya klausul stabilisasi yang menetapkan majelis arbitrase untuk mengabaikan perubahan– perubahan pasca kontrak dalam undang – undang negara tersebut. Hal ini melindungi kepentingan para pihak dari perubahan– perubahan hukum yang mungkin sangat mempengaruhinya. Bilamana salah satu pihak yang mengadakan kontrak adalah pemerintah atau badan lembaga pemerintah, para pihak sebaiknya mempertimbangkan penambahan suatu klausul yang menetapkan pelepasan hak kekebalan pemerintah yang sesuai bagi pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase, dan pelepasan hak kekebalan yang sama terahdap penyitaan atau eksekusi. 4. KOMPETENSI ARBITRASE DAN PENGADILAN Mengenai kompetensi arbitrase dan pengadilan diatur dalam Pasal 3 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 menyebutkan bahwa Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase. Selanjutnya Pasal 11 ayat 1 menekankan lagi bahwa adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri. Ayat 2 kemudian menyebutkan, Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase, kecuali dalam hal – hal tertentu yang ditetapkan dalam undang – undang ini. Campur tangan pengadilan dalam hal – hal tertentu tersebut adalah diperkenankan sepanjang tindakan tersebut untuk memperlancar proses arbitrase, pelaksanaan putusan arbitrase, atau putusan arbitrase telah diambil berdasarkan salah satu hal – hal berikut. Pertama, putusan tidak sesuai dengan perjanjian; kedua, putusan dijatuhkan berdasarkan dokumen palsu; ketiga, ditemukan dokumen yang bersifat menentukan yang disembunyikan pihak lawan; keempat, putusan diambil dari hasil tipu muslihat Pasal 70.

C. PROSPEK EKONOMI DAN BISNIS ARBITRASE ONLINE 1. PROSPEK YURIDIS ARBITRASE ONLINE DI INDONESIA