PENGATURAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

secara online yang sistemnya ternyata cacat, akses terhadap database yang ternyata sangat minim. 24 Sengketa dapat timbul karena perbedaan penafsiran baik mengenai bagaimana cara melaksanakan klausul–klausul perjanjian maupun tentang apa isi dari ketentuan – ketentuan di dalam perjanjian, ataupun disebabkan hal – hal lainnya.Secara umum, orang tidak akan mengutarakan pendapat yang mengakibatkan konflik terbuka. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan timbulnya konsekuensi yang tidak menyenangkan, di mana seseorang pribadi atau sebagai wakil kelompoknya harus menghadapi situasi rumit yang mengundang ketidaktentuan sehingga dapat mempengaruhi kedudukannya. Masyarakat dalam menyelesaikan sengketa dapat ditempuh melalui cara–cara formal maupun informal. Penyelesaian sengketa secara formal berkembang menjadi proses adjudikasi 25 yang terdiri atas proses melalui pengadilan dan arbitrase serta proses penyelesaian–penyelesaian konflik secara informal yang berbasis pada kesepakatan pihak– pihak yang bersengketa melalui konsultasi, negosiasi, mediasi dan konsiliasi.

2. PENGATURAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Di Indonesia sulit untuk mendapatkan pengaturan yang memadai lengkap mengenai penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa selanjutnya disingkat APS . Dalam Pasal 1 angka 10 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 disebutkan bahwa : “Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.” 26 24 Paustinus Siburian, 2004, Arbitrase Online, Jakarta : Djambatan, hal.5. 25 Adjudikasi merupakan proses penyelesaian sengketa untuk menjamin suatu bentuk ketertiban umum yang tertuang dalam undang – undang baik secara eksplisit maupun implisit. 26 Gatot Sumartono, 2006, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, hal.4. Dalam Pasal 1 tidak memberikan penjelasan lebih lanjut apa dan bagaimana prosedur APS. Tidak disebutkan pengertian dari konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan penilaian ahli. Padahal masing – masing cara penyelesaian tersebut seharusnya diatur secara rinci untuk menghindari kesalahan subjektivitas di dalam penafsiran. Dari 82 Pasal dalam Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 hanya ada 1 Pasal yaitu pasal 6 yang hanya menjelaskan proses penyelesaian sengketa melalui APS. Hal ini sangat mungkin menimbulkan kebingungan di dalam praktik. Misalnya, dalam Pasal 6 ayat 2 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 disebutkan bahwa : “Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 empat belas hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis.” Tidak ada penjelasan lebih jauh tentang apa yang dimaksud dengan pertemuan langsung itu. Jadi, secara subjektif dapat ditafsirkan bahwa yang dumaksud dengan penyelesaian sengketa dengan cara bertemu secara langsung tersebut disebut negosiasi. 27 Seharusnya ada penjelasan lebih rinci apa yang dimaksudkan dengan pertemuan langsung agar tidak menimbulkan penafsiran ganda. Undang– Undang Nomor 30 Tahun 1999 direvisi untuk dijelaskan lebih rinci mengenai alternatif penyelesaian sengketa karena hanya dibahas dalam satu pasal saja yaitu Pasal 6 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999. 3. CARA – CARA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA 3.1. KONSULTASI