Analisis sidik ragam di Kabupaten Semarang
Tabel 1. Analisis sidik ragam di Kabupaten Semarang
Sumber Ragam
df Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F hitung Prob
2.19 Ns 0.108 Pupuk x Varietas
0.60 Ns 0.785 Sisaan
Total (Corrected)
Dari Tabel 1 menggambarkan pengaruh Pada Tabel 3 rata-rata produksi ubi varietas ubi terhadap hasil/produksi ubi
varietas Cilembu paling rendah, hal ini berbeda sangat nyata (P<0,01). Sedangkan
kemungkinan disebabkan oleh faktor bibit. pengaruh jenis pupuk tidak menunjukkan
Bibit yang digunakan bukan berasal dari bibit perbedaan yang nyata. Antara varietas dan
pucuk, di samping itu pada umur 1 minggu pupuk, ternyata tidak ada interaksi, berarti
setelah tanam mengalami kematian sekitar keempat varietas ubi jalar yang dicoba
50%, selanjutnya dilakukan penyulaman mempunyai respon yang sama terhadap jenis
sehingga pertumbuhannya mengalami pupuk yang digunakan.
kelambatan jika
dibandingkan dengan
3 varietas lainnya. Menurut hasil penelitian Dari masing-masing perlakuan varietas Wargiono dalam Hermato (1989) ternyata dan pupuk, ternyata varietas Satsumaimo untuk keperluan produksi bibit, bibit ubi jalar mempunyai hasil rata-rata paling tinggi, yang berasal dari pucuk menunjukkan hasil sedang varietas Cilembu hasil rata-ratanya lebih baik jika dibandingkan dengan bibit dari rendah, kemudian hasil tertinggi adalah
bukan pucuk.
Varietas lokal AC (Tabel 2). Pada tabel tersebut disimpulkan rata-rata 4 varietas ubi
Kemudian pengaruh jenis pupuk terhadap yang diuji dengan analisis sidik ragam
produksi ubi jalar segar di Kabupaten ternyata sangat berbeda nyata. Rata-rata
Semarang seperti tampak pada Tabel 4. Dari produksi tertinggi adalah varietas Satsumaimo
Tabel 4 tersebut, berdasarkan jenis pupuk (34,315 ton/ha). Varietas ini setiap yang dicoba menunjukkan bahwa tidak ada tanamannya menghasilkan rata-rata hampir 1
perbedaan yang nyata terhadap produksi ubi kg, dengan jumlah rata-rata ubi per tanaman
jalar segar yang dihasilkan. Hasil ubi lebih dari 3-5 ubi, sedang varietas lainnya
tertinggi adalah berasal dari perlakuan rata-rata 2-3 ubi per tanaman. Sedang untuk
pemupukan petani (P4) yang dapat varietas lokal ”AC” dan Malothok masing-
menghasilkan 27,990 ton/ha ubi jalar segar, masing menghasilkan 24,497 ton/ha dan
sedang pemberian pupuk anorganik sesuai 25,697 ton/ha, kedua varietas tersebut
dengan rekomendasi (P1) serta kombinasi produksinya tidak berbeda nyata. Kemudian
pupuk anorganik dan organik (P2) hasilnya untuk melihat produksi dari varietas Cilembu
hampir sama yaitu 26,396 ton/ha dan hanya menghasilkan rata-rata 18,116 ton/ha
26,361 ton/ha ubi jalar segar. seperti tampak pada Tabel 3.
Tabel 2. Hasil analisis produktivitas ubi jalar di Kabupaten Semarang No Varietas Ubi Jenis Pupuk Hasil Ubi Segar
Indek Panen
(ton/ha)
9 Lokal Ac
10 Lokal Ac
P2
24,762 abcdef
11 Lokal Ac P3
22,504 bcdef 1.47
12 Lokal Ac
30,709 abc 1.37 Huruf yang sama dibelakang angka hasil ubi = tidak beda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
16 Malotok
P4
Tabel 3. Rata-rata produksi berdasarkan varietas di Kabupaten Semarang No
Varietas
Jumlah Observasi
Hasil (ton/ha)
3 Lokal Ac 12 24..497 b
4 Malotok
12 25.679 b
5.1467 huruf yang sama dibelakang angka hasil ubi = tidak beda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
LSD 5%
Tabel 4. Rata-rata produksi berdasarkan pemupukan di Kabupaten Semarang No
Jenis Pupuk
Jumlah Observasi
Hasil (ton/ha)
5.147 huruf yang sama dibelakang angka hasil ubi = tidak beda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
LSD 5%
Hal tersebut di atas mengandung ubi jalar, yaitu varietas Sableh, Malothok dan pengertian apabila terjadi kelangkaan pupuk
Satsumaimo diperoleh produksi ubi segar anorganik (Urea, TSP & NPK), maka dosis
lebih tinggi dibanding varietas lokal yaitu pupuk anorganik tersebut dapat dikurangi
sebesar 16.633; 16.492 dan 17.464 kg/ha, setengah dari cara pemupupukan yang
sedangkan varietas Cilembu diperoleh dianjurkan ditambahkan pupuk organik produksi yang tidak berbeda, yaitu 14.356 sebanyak 2 ton/ha. Hasil produksi dengan
kg/ha.
perlakuan pemupukan tersebut akan setara Pemilihan varietas dengan genetik yang dengan pemberian pupuk anorganik sesuai rekomendasi. Produksi ubi jalar di lebih unggul pada budidaya ubi jalar akan
diperoleh produksi lebih tinggi, meningkatkan Kecamatan Sumowono bila hanya dipupuk
dengan pupuk organik saja, hasilnya paling produktivitas dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
rendah yaitu 21,861 ton/ha.
petani.
Pengaruh Perlakuan Varietas dan
Pada Tabel 6, produksi ubi jalar empat
Pemupukan Terhadap Produksi Ubi Jalar di Kabupaten Temanggung
varietas introduksi meningkat dengan perbaikan paket pemupukan pada respon yang
Hasil analisis sidik ragam Pengaruh berbeda. Perbaikan paket pemupukan P2, P3 Perlakuan Varietas dan Pemupukan Terhadap
dan P4 mampu meningkatkan ukuran panjang, Produksi Ubi Jalar di Kabupaten Temanggung
diameter dan produksi ubi jalar serta disajikan pada Tabel 5. Pada Tabel tersebut
meningkatkan indeks panen empat varietas tampak bahwa dari berbagai varietas ubi jalar
introduksi dibandingkan pemupukan P1 yang yang ditanam, dengan 4 dosis pupuk yang
biasa dilakukan petani.
dicobadan interaksinya, ternyata hasilnya berbeda sangat nyata.
Perbaikan pemupukan P2 memberikan kenaikan ketersediaan hara N, P dan K tanah Table 5 menggambarkan bahwa keempat
sehingga meningkatkan pertumbuhan, varietas yang dicoba mempunyai respon yang
panjang, diameter dan produksi ubi jalar. berbeda terhadap ke empat dosis pupuk yang
Penggantian 50% dosis pupuk anorganik dicoba. Rata-rata produktivitas ubi varitas
(pemupukan P2) dengan pupuk organik Belan, Menthak dan Siungu berturut-turut
sebanyak 2 ton per hektar meningkatkan 13.249, 13.173 dan 12.537 kg/ha. Penerapan
pertumbuhan dan produksi ubi jalar dibanding paket pemupukan yang biasa dilakukan
pemupukan P1, tetapi tidak meningkatkan petani, yaitu tanpa pemupukan atau dipupuk
produksi dibanding pemupukan P2 meskipun dengan dosis 50 kg urea dan 1.000 kg pupuk
angkanya menunjukkan kenaikan. kandang per hektar, tiga varietas introduksi
Tabel 5. Produksi ubi jalar berdasar varietas pada tingkat pemupukan petani di Kabupaten Temanggung
No
Varietas
Produksi ubi jalar (kg /ha)
1 Cilembu nn (V1) 14.356 n ss s
2 Sableh ab (V2) 16.633
3 Malothok (V3) 16.492 b
4 Satsumaimo (V4) 17.464 ab
5 Siungu (V5) 12.537 d
6 Belan cd (V6) 13.249
7 Menthak cd (V7) 13.175 huruf yang sama dibelakang angka hasil = tidak beda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 6..Produksi ubi jalar varietas introduksi pada tingkat pemupukan yang berbeda di Kabupaten Temanggung
Tingkat Pemupukan
Varietas
P4 Cilembu (V1)
14.355 I 19.102 ef 20.058 e 18.227 fg Sableh (V2)
16.633 h 23.487 cd 24.297 bc 22.267 d Malothok (V3)
16.492 h 24.628 bc 25.569 ab 22.581 d Satsumaimo (V4)
17.464 gh 25.671 ab 26.263 a 24.475 bc huruf yang sama dibelakang angka hasil = tidak beda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
Pada Tabel 7 perbedaan paket basah ubi jalar dan brangkasan menyebabkan pemupukan tidak hanya menyebabkan perbedaan indeks panen. Paket pemupukan perbedaan ukuran panjang, diameter dan
P2, P3 dan P4 menyebabkan peningkatan produksi ubijalar ke empat varietas, tetapi
indeks panen, artinya bahwa perbaikan juga menyebabkan perbedaan produksi pemupukan merubah imbangan produksi brangkasan (bagian tanaman di atas tanah)
ubijalar dan brangkasan yang mengarah ke dengan respon berbeda. Perbedaan produksi
produksi ubijalar lebih tinggi.
Tabel 7. Produksi dan indek panen ubi jalar di Kabupaten Temanggung No
Varietas Ubi
Paket Pupuk
Produksi Ubi (t/ha)
Indek Panen
24.475 bc 1,88 huruf yang sama dibelakang angka hasil = tidak beda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
16 Satsumaimo
P4
Penggantian seluruh pupuk anoganik menurunkan produksi ubi jalar varietas dengan pupuk organik (pemupukan P4)
Cilembu, Sableh, Malothok dan Satsumaimo Cilembu, Sableh, Malothok dan Satsumaimo
Dengan demikian apabila terjadi pemupukan P2 (anorganik). Respon empat
kelangkaan pupuk (pemberian pupuk varietas ubijalar introduksi terhadap
anorganik dapat dikurangi, dengan pemupukan P1, P2, P3 dan P4 relatif tidak
ditambah pupuk organik). berbeda, yaitu meningkat dari pemupukan P1
2. Hasil demplot di Kecamatan Jumo yang biasa dilakukan petani ke P2 dosis
rekomendasi pupuk anorganik dan P3 Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa dari 4 perlakuan varietas dan 4
pengantian 50 % dosis rekomendasi dengan pupuk organik dan kemudian turun pada P4
dosis pemupukan interaksi hasil sangat nyata, sehingga dari 4 varietas
penggantian 100% dosis pupuk anorganik dengan pupuk organik.
mempunyai respon yang berbeda terhadap dosis pemupukan. Varietas yang
Meskipun tidak meningkatkan produksi diintroduksi (Cilembu, Jepang, Malothok ubi jalar, penggantian 50 % sampai 100 %
dan Sableh) produksi ubi segar lebih pupuk anorganik dengan pupuk organik
tinggi dibanding dengan varietas lokal mempunyai keuntungan secara nyata, yaitu: 1)
(Siungu, Belan, Menthak). Penggantian Pupuk organik dapat disediakan ataupun
50 -100 % pupuk anorganik dengan dibuat petani dengan harga sangat murah,
pupuk organik tidak menurunkan bahkan memanfaatkan limbah peternakan dan
produksi. Varietas Satsumaimo juga pertanian yang dimiliki ataupun mudah
menghasilkan produksi ubi jalar yang didapatkan di sekitarnya; 2) Penggunaan
paling tinggi
pupuk organik akan meningkatkan kesuburan fisik, kimiawi dan biologi tanah dan tidak
Saran
merusak tanah; 3) Jaminan ketersediaan pupuk organik dapat diatur sendiri oleh petani,
Selanjutnya dari hasil penelitian tersebut sehingga agenda budidaya tanaman tidak
dapat disarankan sebagai berikut : terpengaruh dengan kasus kelangkaan pupuk
1. Perlu disosialisasikan dan dikembangkan yang sering terjadi; 4) Produk pertanian
varietas ubi Jepang (Satsumaimo) yang organik lebih aman dan sehat bagi konsumen
mempunyai potensi produksi cukup (Prasetyo et al., 2005).
tinggi, di samping jenis ubi lokal yang Berdasarkan panjang tanaman sampai
sudah ada.
umur 4 bulan, peningkatan produksi ubijalar
2. Perlu ditingkatkan anjuran penggunaan dapat dilakukan dengan memperpendek jarak
pupuk organik untuk mengurangi tanam, terutama untuk varietas Sableh,
ketergantungan pada pupuk anorganik Satsumaimo, Siungu, Belan dan Menthak
yang harganya semakin mahal, dengan jarak antar barisan tanaman tidak 100
ketersediaan terbatas, serta kurang ramah cm tetapi diperpendek menjadi 60 – 75 cm,
lingkungan. Penggunaan pupuk organik sehingga akan didapatkan populasi yang lebih
dapat menghasilkan produksi ubi jalar tinggi.
yang masih tetap tinggi karena dapat memperbaiki struktur/kesuburan tanah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penggunaan pupuk organik sekaligus mendukung konsep pengembangan
Kesimpulan
pertanian berkelanjutan. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh perlakuan varietas dan pemupukan
PUSTAKA
terhadap produksi ubi jalar dapat disimpulkan sebagai berikut :
Aritonang, I. 2000. Krisis Ekonomi: Akar Masalah Gizi. Penerbit Media Pressindo,
1. Hasil demplot di Kecamatan Sumowono
Yogyakarta.
Kabupaten Semarang bahwa varietas Satsumaimo (ubi Jepang) produksinya
Atmojo, S. M. 1995. Pengembangan Model tertinggi dan pemakaian pupuk anorganik
Identifikasi Keterjaminan Pangan di dengan dosis setengah dari rekomendasi
Propinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara ditambah
Timur. Media Gizi dan Keluarga. Nomor (2 ton/ha) memberikan hasil yang sama
XIX (2) : 1-16.
Badan Ketahanan Pangan, 2006. Fokus Nainggolan, K. 2006. Strategi Peningkatan Program Aksi Pemantapan Ketahanan
Ketahanan Pangan Nasional. Departemen Pangan. BPKP. Departemen Pertanian,
Pertanian. Badan Ketahanan Pangan. Jakarta.
Makalah Seminar Nasional pada Tanggal
1 Juni 2006 oleh HMI Fak Peternakan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah,
UNDIP, Semarang.
2005. Jawa Tengah dalam Angka Tahun Prasetyo, E., 2005. Pengaruh Faktor 2005. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Penawaran dan Permintaan Terhadap
Departemen Pertanian, 2002. Kebijakan Ketahanan Pangan Hewani Asal Ternak Pengembangan Pangan Lokal dan
di Jawa Tengah. Jurnal Sosial Ekonomi Makanan Khas Nusantara dalam
Peternakan. Vol I Nomor i Hal : 1 – 7. Pemantapan Ketahanan Pangan. Pusat
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie, 1986. Pengembangan Konsumsi Pangan Principles and Procedures of Statistics. Deptan. Jakarta. Second Edition. Mc. Graw- Hill
Hernanto F, 1989. Ilmu Usahatani. Penerbit International Book Company, Singapore. Panebar Swadaya, Jakarta.
Husodo, S. Y. 2003. Membangun
Kemandirian di bidang Pangan: Suatu Kebutuhan Bagi Indonesia. Jurnal Ekonomi Rakyat. Artikel Tahun 2 No.6
September 2003
KAPASITAS PENYEDIAAN PAKAN UNTUK USAHA TERNAK SAPI BERBASIS TANAMAN PANGAN DI WILAYAH MARJINAL KABUPATEN BLORA (The carrying capacity for cattle farming based on food croping in marginal areas of Blora)