Kambing sebelum (kiri) dan setelah perlakuan (kanan)

Gambar 6. Kambing sebelum (kiri) dan setelah perlakuan (kanan)

Dari sisi nutrisi ternak, dengan hanya Panen rata-rata 1,84 kg per ekor. Angka mengkonsumsi jerami, maka asupan energi

Kematian (Deplesi) juga menurun menjadi kambing praktis didominasi karbohidrat dan

4,19%, dan FCR 1,57, sehingga memberikan serat kasar, sementara asupan protein dan

IP 338 (Tabel 5).

lemak dapat dipastikan relatif kecil. Walaupun demikian, pertumbuhan hariannya cukup

Peningkatan pertumbuhan diduga disebabkan oleh tingginya nafsu makan, yang

tinggi. Mekanisme keseimbangan nutrisi ini menunggu penelitian lebih detail bersama

diakibatkan oleh senyawa-senyawa hidrobensena pelepas hidrogen bebas dari

dengan pengkajian akan mutu daging yang dihasilkan.

ekstrak temu ireng maupun temu lawak, terutama α-pipene, β-pipene, myrcene, dan

Aplikasi pada Ayam Pedaging

ocimene yang telah banyak Aplikasi senyawa hidrobensena pada

didokumentasikan. Senyawa-senyawa lain seperti ar-curcumene, ar-turmerone,

ayam pedaging tidak dilakukan dengan kontrol, karena diantara para peternak ayam

turmerone (Spilling et al., 2004), eudesmol, dehydrocurdione, curdione, curcumenol

pedaging memiliki standard baku yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan

(Zwaving and Bos, 1991), curcumanolides, turmerol, curcumenone dan dehydrocurdione

kemitraannya. Standard tersebut meliputi umur panen 35 hari, dengan bobot panen 1,7

(Jarikasem et al., 2001), yang belum banyak diteliti, diduga juga memiliki peran besar,

kg/ekor, angka kematian (deplesi) 5%, rasio konversi pakan menjadi daging (FCR) 1,7,

mengingat senyawa-senyawa ini memiliki sifat yang mirip. Di samping itu, pelepasan

dan IP 300. bahan makanan ke jaringan tubuh yang

Aplikasi senyawa-senyawa hidrobensena dibantu oleh xanthorhizol juga menjadi rantai pendek pada ayam sebanyak 81.597

penentu efektivitas penggunaan pakan, ekor, dengan berat DOC rata-rata 41,87 gram

sehingga disamping pertumbuhannya lebih didapatkan bahwa senyawa hidrobensena

cepat, efisiensi penggunaan pakannya pun secara efektif mempercepat pertumbuhan

lebih tinggi, sebagaimana ditunjukkan oleh ayam pedaging di berbagai lokasi, dari 35 hari

lebih rendahnya nilai FCR (Tabel 5). menjadi antara 33,27 hari dengan Bobot

Tabel 5. Performansi lapangan ternak ayam pedaging selama periode Januari - Pebruari 2007

Jumlah Jml ayam Berat DOC Umur Pnn Bobot Pnn

Lokasi FCR IP Ptnak

(kg/ekor) Deplesi

Boja 6 11,083 41.3 33.58 1.71 3.88 1.58 310 Sukorejo 8 14,130 42.01 33.19 1.75 3.47 1.58 323

Salatiga 6 11,048

41.61 33.13 1.88 4.48 1.57 345 Ungaran 9 9,663 43.85 33.23 1.95 3.74 1.55 365 Solo 6 13,050 41.17 33.22 1.91 4.65 1.59 344 Kudus 7 10,863 41.76 33.28 1.87 4.95 1.55 345

Lebih rendahnya kadar gula dan lemak xanthorhizol juga telah didokumentasikan dalam darah oleh sebab tingginya siklus

memiliki daya anti inflamasi yang tinggi, pelepasan gula dan minyak ke jaringan tubuh

sehingga dapat meredam sakit dan juga mengurangi risiko stress, terutama karena

mempercepat kesembuhan. Semua itu tekanan fisik, maupun perubahan cuaca.

berakibat pada lebih rendahnya risiko Kedua macam stress ini memainkan peran

kematian pada ayam, sebagaimana dominan pada kematian ayam pedaging,

ditunjukkan dengan rendahnya angka disamping faktor penyakit. Lebih lanjut,

kematian.

Gambar 7. Peran bakteriostatik alami hidrobensena rantai pendek, dengan diameter penghambatan 2,1 cm

Faktor lain yang dapat meningkatkan gumboro, ND, bahkan flu burung. Karena, efisiensi pakan dan menurunkan kematian

disamping mengakibatkan kematian, juga adalah kemampuan bakteriostatik pada menimbulkan kerugian karena ayam yang senyawa-senyawa hidrobensena. Serangan E.

terserang ”tidak mati” sehingga tetap Coli, sudah menjadi salah satu masalah paling

mengkonsumsi pakan, namun pertambahan serius dalam industri peternakan ayam

berat badannya relatif kecil. Akumulasi E. pedaging. Bagi peternak, serangan E. coli

coli tidak hanya ditemukan pada usus, tetapi menimbulkan kerugian yang lebih besar

di bagian rongga, yang mengindikasikan dibanding penyakit-penyakit lain seperti di bagian rongga, yang mengindikasikan dibanding penyakit-penyakit lain seperti

butir pada minggu keempat. Sementara pada ayam yang umurnya lebih tua, baik yang

Keberadaan bakteri E. coli pada usus berumur 78 minggu maunpun 98 minggu, mengakibatkan efisiensi pakan menjadi perubahan berat telurnya relatif lebih kecil, rendah karena tingginya gumpalan ”nanah” berturut turut dari 54, 659 gram per butir dan pada usus yang menurunkan efisiensi 52,877 gram per butir pada minggu pertama, penyerapan makanan. Sedang akumulasi sisa menjadi 55,705 gram per butir dan 53,878 serangan coli di rongga mengakibatkan ayam gram per butir pada minggu keempat, atau sesak bernafas, sistem pernafasan terganggu, keduanya kurang dari 2% (Tabel 6). dan bila akumulasi telah tinggi dapat

mengakibatkan kematian. Senyawa Variasi perubahan yang lebih kecil hidrobensena rantai pendek dapat menahan

ditemukan pada perubahan tebal cangkang serangan coli sebagaimana terlihat pada

atau kulit telur, yang semua perubahannya pengujian laboratoris pada Gambar 7.

selama empt minggu perlakuan dibawah 2%. Perubahan tertinggi juga ditemukan pada

Aplikasi pada Ayam Petelur

ayam yang berumur 42 minggu, yang Aplikasi senyawa hidrobensena pada

mengalami perkembangan dari 407,41 µm ayam petelur efektif meningkatkan mutu telur,

pada minggu pertama, menjadi 415,35 µm baik ukuran, ketebalan cangkang maupun

pada minggu keempat. Sementara ayam yang warna telur. Perubahan berat telur paling

umurnya lebih tua, perubahannya berkisar tinggi terjadi pada ayam berusia 42 minggu,

antara 1,80% - 1,85% yang saling tidak yang sampai akhir minggu keempat teramati

berbeda nyata (Tabel 6). sebesar 5% lebih, yaitu 57,947 gram pada

Tabel 6. Perubahan berat dan tebal kulit telur berbagai umur ayam petelur pada empat mingggu pertama penggunaan senyawa hidrobensena

Parameter Umur Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 % Perubahan

5.10 a Berat Telur

78 Minggu b 54,659 54,919 55,614 55,705 1.91 (gram)

98 Minggu *) 52,877 53,129 53,614 53,878 1.89 b

1.95 Tebal Kulit

98 Minggu z *) 370,38 372,85 376,26 377,18 1.84

Keterangan: *) Perlakuan Force Molting pertama Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan saling berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% pada masing-masing kategori dan satu urutan aflabet

Interaksi yang signifikan ditemukan dan 78 minggu telah dimulai pada minggu antara perkembangan berat telur dengan

pertama, dan berlangsung sampai minggu ketebalan cangkang pada ketiga umur ayam,

ketiga, atau dua minggu. Sedang ayam umur selama empat minggu pengamatan. Berat telur

98 minggu baru meningkat pada minggu ayam umur 42 minggu telah menunjukkan

kedua, dan hanya berlangsung selama satu peningkatan pada minggu pertama perlakuan,

minggu. Pada minggu ketiga dan keempat, sementara ayam umur 78 minggu dan 98

perubahan ketebalan kulit telur ayam di ketiga minggu peningkatan berat telur baru dimulai

kelompok umur hanya kurang dari 0,2% minggu kedua. Sementara peningkatan selama satu minggu, dan tidak saling berbeda ketebalan cangkang, ayam umur 42 minggu

nyata (Gambar 8).

78 minggu 98 minggu

Minggu 4 Gambar 8. Perkembangan berat telur dan ketebalan kulit telur ayam petelur selama 4 minggu

Minggu 1 Minggu 2

perlakuan hidrobensena rantai pendek

Perubahan mutu telur yang lain adalah sementara pada ayam umr 98 minggu, warna kulit telur yang menjadi lebih gelap,

perubahan baru teramati pada hari ke 8 terutama ditemukan pada ayam berumur 78

perlakuan. Temuan ini mengundang penelitian dan 98 minggu (Gambar 9). Pada ayam yang

lebih lanjut untuk mengungkap pengaruh berumur 78 minggu perubahan warna telur ini

senyawa-senyawa hidrobensena rantai pendek telah teramati mulai hari keempat perlakuan,

dalam aktivitas pigmen kulit telur.

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

VARIASI PENGGUNAAN AGREGAT BENTUK PECAH DAN BENTUK BULAT PADA CAMPURAN ASPAL BETON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

6 148 2

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK PADA TERAS BERITA HEADLINE HARIAN UMUM GALAMEDIA

8 75 43