Tanggapan Penyandang Disabilitas tentang Pelayanan Publik Bidang Pendidikan dan Ketenagakerjaan

C. Tanggapan Penyandang Disabilitas tentang Pelayanan Publik Bidang Pendidikan dan Ketenagakerjaan

Pemerintah sering kali kurang ma ksimal dalam melakukan pela yanan pub lik terutama dalam bidang pend idikan dan ketenagakerjaan. Pada bidang pendidikan p emerintah telah menge luarkan kebijakan tentang sekolah inklusi sebagai pelengkap sekolah luar biasa yang lebih dulu d icetuskan. Tetapi dalam kenyataannya sekolah inklusi masih menem ui kendala pada pengad aan fasilitas penu njang dari sekolah inklu si tersebut. Sehingga sekolah inklusi yang ad a kesulitan menerima murid d engan jenis kecacatan tertentu. Seperti yang diungkapkan Martini (40 tahu n) yang b erprofesi sebagai guru SLB berikut ini :

“Sering kali se kola h inklusi di Solo itu kesu litan dalam hal fasilitas penunjang. M isalkan p embangunan gedu ng seko lah yang d isertai dengan lantai yang landai agar pengguna kursi roda dapat lancar menggunakan kursi rodanya. Ad a lagi p engad aan huruf braile ya ng kurang memadai, proposal pengadaa n huruf braile ditanggapi dengan lambat oleh pemerintah, padahal siswa selak (akan) ujian.” (wawancara,2 Novemb er 2012)

Di bid ang ketenagakerjaan, penyandang d isabilitas merasa pemerinta h masih kurang m aksimal dalam men yelenggarakan pelayana n publik di bid ang Di bid ang ketenagakerjaan, penyandang d isabilitas merasa pemerinta h masih kurang m aksimal dalam men yelenggarakan pelayana n publik di bid ang

“Untuk masalah pekerjaan, saya merasa masih sangat minim sekali. Soalnya keban yakan saya dan teman-teman itu cuma jadi tukang pijat, pemain kesenian saja mas. Saya perna h melamar pekerjaan pad a pabrik kertas, ketika wawancara saya langsung ditolak dengan alasan tidak bisa melihat alias buta. Tapi ada juga yang bisa masuk menjadi pegawai negeri tetapi masih sangat sedikit.” (W awancara,3 Novemb er 2012)

Demikian juga d iungkapkan Sri Pujiyanti (35 tahun) yang berprofesi sebagai guru SLB. Ia mengungkapkan b ahwa pen yandang disabilitas juga berhak bekerja secara formal seperti menjadi PNS tidak hanya sebagai pemusik dan tukang pijat. Ku tip an wawancaranya adalah sebagai berikut :

“Saya su dah menjadi PNS sejak 6 tahun yang lalu, tetap i saya masih kasihan dengan teman-teman sa ya yang masih kerja serab utan. Ad a yang sebagai tukang pijat, pemusik, bahkan masih ada yang menganggur. Saya rasa pemerintah perlu membuat lapangan kerja baru agar para difabel bisa bekerja. Dulu saya ju ga pernah ditolak dalam melamar pekerjaan. Untuk masalah itu, pemerintah harus bisa memberi masu kan-masukan pad a setiap p erusahaan agar bisa menerima kaum difabel .” (wawancara,2 Novemb er 2012)

Dari hasil pembahasan, d apat diketahui bahwa menurut penyandang disabilitas pemerintah sud ah baik tetapi kurang maksimal dalam memberikan pelayanan p ublik masih diperlu kan banyak evaluasi. Pemerintah seb agai pelayan publik seharusnya lebih dapat mengakomodir aspirasi d ari penyandang cacat. Selama ini pemerintah sebatas hanya menciptakan kebija kan-kebijakan yang mendu kung kaum difabel tidak sampai pada imp lementasi yang maksimal. Perlu asan lapangan kerja bagi kaum difab el Dari hasil pembahasan, d apat diketahui bahwa menurut penyandang disabilitas pemerintah sud ah baik tetapi kurang maksimal dalam memberikan pelayanan p ublik masih diperlu kan banyak evaluasi. Pemerintah seb agai pelayan publik seharusnya lebih dapat mengakomodir aspirasi d ari penyandang cacat. Selama ini pemerintah sebatas hanya menciptakan kebija kan-kebijakan yang mendu kung kaum difabel tidak sampai pada imp lementasi yang maksimal. Perlu asan lapangan kerja bagi kaum difab el