Dimensi sarana dan prasarana

4. Dimensi sarana dan prasarana

Dimensi sarana dan prasarana ini dikembangkan berdasarkan aksesibilitas fisik p elayanan publik serta penelitian di lap angan mengenai aksesibilitas pen yandang d isabilitas dalam hal pela yana n publik bidang pendidikan d an ketenagakerjaan. Sarana dan p rasarana penunjang sangat menunjang aksesibilitas pad a bidang pendid ikan dan ketenagakerjaan. Pemerintah kota Surakarta telah membuat sarana dan prasarana yang senyaman tetap i masih sebatas dalam hal pembangunan fasilitas-fasilitas di tempat umum saja. Pemerintah kota

pendidikan dan ketenagakerjaan sering kali ged ung-gedung pendidikan dan kete nagakerjaan tidak dilengkap i d engan tangga ramp dan hand rail sehingga me nyulitkan penyandang disabilitas. Sebagai co ntoh seorang tuna netra bernama Sriatun (37 tahu n) yang berpro fesi seb agai wiraswasta berpendapat bahwa ia tidak mendap atkan alat bantu untuk berkomunikasi. Ia menjelaskan bahwa seorang tunanetra memerlukan komu nikasi secara au dio agar dapat saling bertukar info rmasi. Alat terseb ut berupa handphone yang bisa berbicara. Namun distribusinya tidak merata, tidak semua tunanetra mendapatkan alat tersebut.

“Sarana p rasarana yang selama ini diberikan sudah banyak. Tetapi kami kaum tunanetra kurang begitu dip erhatikan. Untuk bidang pendid ikan hanya sebatas alat braile saja. Saya pernah dijanjikan aka n mendapatkan handphone yang bisa berbicara tap i samp ai sekarang belum d apat sedangkan yang lain sudah d iberi. Padahal sa ya sangat membutuhkan alat terseb ut. Saya sampai sekarang tidak tahu alasannya sa ya tidak mendapat itu.” (Wawancara, 3 No vember 2012)

Pernyataa n Sriatun tadi d iperkuat oleh pernyataan Slamet Widodo (40 tahun) seba gai gu ru yang berpendapat bahwa pemerinta h hanya sebatas membangun pad a fasilitas-fasilitas di ruang publik atau di tempat umum, kurang pad a pemberian alat-alat bantu. demikian :

“Sarana dan prasarana dari pemerintah sud ah banya k dinikmati bagi kau m d ifab el. Sarana d an p rasarananya cu ma pembangunan fasilitas di tempat umum saja tidak diimbangi dengan pen yediaan alat b antu . Padahal saya sangat b utuh mas karena sa ya buta.” (Wawancara, 2

Pemerintah melalui Dinso snakertrans membenarkan b ahwa pemerintah masih hanya sebatas pada p embangunan fasilitas-fasilitas di temp at umum saja. Penyediaan alat bantu masih sangat kurang dikarenakan kurangnya partner kerja untu k p enyed iaan alat bantu tersebu t. Ku tip an wawancaranya sebagai berikut :

“Kami (pemerintah) kesulitan dalam mend apatkan partner kerja u ntuk pen yediaan alat b antu. Penyediaan alat bantu leb ih ke arah berso sial bukan keu ntungan. Padahal sekarang ini perusahaan-perusahaan bertujuan untuk

(Wawancara, 5 November 2012)

Dari hasil pembahasan, d apat d iketahui bahwa aksesibilitas penyandang disabilitas dalam p elayanan publik dimensi sarana dan prasarana penunjang tergolong kurang baik. Hal tersebut d ikarenaka n pemerintah kota Surakarta han ya sebatas membangun fasilitas-fasilitas di temp at umum saja tetapi tidak diimbangi dengan penyediaan alat bantu dan perawatan fasilitas. Dari hasil pembahasan d i atas, dapat diketahu i bahwa aksesibilitas

penyandang disabilitas dalam pelayanan p ublik bidang pendidikan dan ketenagakerjaan di kota Surakarta berbeda-beda tiap dimensi. Dari dime nsi- dimensi yang dijadikan acuan oleh peneliti, dua dimensi yaitu dimensi kognitif, dimensi perilaku menunju kkan akses yang b aik. Pada dimensi birokrasi ad ministratif juga menunjukkan akses yang b aik tetapi pad a aspek tersedianya saluran untuk menyalurkan aspirasi masih kurang baik.

kurang baik. Pada dimensi sarana dan prasarana pemerintah terlalu terfo kus pada pemb angunan sarana p en yand ang disabilitas pada fasilitas umum sehingga kurang memperhatikan aspek pemeliharaan dan penyediaan alat bantu yang membantu kehidupan penyandang disabilitas di bidang pendidikan d an ketenagakerjaan.