Sutta Upanisa

Sutta Upanisa

Ketika berdiam di Savatthi, Yang Luhur berkata: “Penghancuran kebusukan-kebusukan, para bhikkhu, adalah bagi seseorang

yang mengetahui dan melihat, Saya katakan, dan bukan untuk seseorang yang tidak mengetahui dan tidak melihat. Dengan mengetahui, dan melihat apa terjadinya penghancuran kebusukan-kebusukan? ‘Seperti inilah bentuk materi, seperti inilah kemunculan dari bentuk materi, seperti inilah berlalunya bentuk materi. Seperti inilah perasaan... pencerapan... bentukan- bentukan mental... kesadaran; seperti inilah munculnya kesadaran, seperti inilah berlalunya kesadaran’ – bagi seseorang yang mengetahui dan melihat ini, para bhikkhu, penghancuran kebusukan-kebusukan terjadi.

“Pengetahuan tentang penghancuran sehubungan dengan penghancuran itu memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk pengetahuan tentang penghancuran? ‘Pembebasan’lah seharusnya jawabannya.

“Pembebasan, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk pembebasan? ‘Hilangnya nafsu’lah seharusnya jawabannya.

“Hilangnya nafsu, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk hilangnya nafsu? ‘Ketidaktertarikan’lah seharusnya jawabannya.

“Ketidaktertarikan, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk ketidaktertarikan? ‘Pengetahuan dan visi tentang “Ketidaktertarikan, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk ketidaktertarikan? ‘Pengetahuan dan visi tentang

juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk pengetahuan dan visi tentang hal-hal sebagaimana adanya? ‘Konsentrasi’lah seharusnya jawabannya.

“Konsentrasi, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk konsentrasi? ‘Kebahagiaan’lah seharusnya jawabannya.

“Kebahagiaan, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk kebahagiaan? ‘Ketenangan’lah seharusnya jawabannya.

“Ketenangan, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk ketenangan? ‘Kegiuran’lah seharusnya jawabannya.

“Kegiuran, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk kegiuran? ‘Kegembiraan’lah seharusnya jawabannya.

“Kegembiraan, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk kegembiraan? ‘Keyakinan’lah seharusnya jawabannya.

“Keyakinan, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk keyakinan? ‘Penderitaan’lah seharusnya jawabannya.

“Penderitaan, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk penderitaan? ‘Kelahiran’lah seharusnya jawabannya.

“Dan apakah kondisi pendukung untuk kelahiran? ‘Eksistensi’lah seharusnya jawabannya.

“Apakah kondisi pendukung untuk eksistensi? ‘Kemelekatan’lah seharusnya jawabannya.

“Apakah kondisi pendukung untuk kemelekatan? ‘Nafsu keinginan’lah seharusnya jawabannya.

“Apakah kondisi pendukung untuk nafsu keinginan? ‘Perasaan’lah seharusnya jawabannya.

“Apakah kondisi pendukung untuk perasaan? ‘Kontak’lah seharusnya jawabannya.

“Apakah kondisi pendukung untuk kontak? ‘Landasan indra beruas enam’lah seharusnya jawabannya.

“Apakah kondisi pendukung untuk landasan indra beruas enam? ‘Mental- materi’lah seharusnya jawabannya.

“Apakah kondisi pendukung untuk mental-materi? ‘Kesadaran’lah seharusnya jawabannya.

“Apakah kondisi pendukung untuk kesadaran? ‘Bentukan-bentukan kamma’lah seharusnya jawabannya.

“Bentukan-bentukan kamma, para bhikkhu, juga memiliki sebuah kondisi pendukung, Saya katakan, dan bukan tanpa sebuah kondisi pendukung. Dan apakah kondisi pendukung untuk bentukan-bentukan kamma?

‘Ketidaktahuan’lah seharusnya jawabannya. “Demikianlah, para bhikkhu, ketidaktahuan adalah kondisi pendukung

untuk bentukan-bentukan kamma, bentukan-bentukan kamma adalah kondisi pendukung untuk kesadaran, kesadaran adalah kondisi pendukung untuk mental-materi, mental-materi adalah kondisi pendukung untuk landasan indra beruas enam, landasan indra beruas enam adalah kondisi pendukung untuk kontak, kontak adalah kondisi pendukung untuk perasaan, perasaan adalah kondisi pendukung untuk nafsu keinginan, nafsu keinginan adalah kondisi pendukung untuk kemelekatan, kemelekatan adalah kondisi pendukung untuk eksistensi, eksistensi adalah kondisi pendukung untuk kelahiran, kelahiran adalah kondisi pendukung untuk penderitaan, penderitaan adalah kondisi pendukung untuk keyakinan, keyakinan adalah kondisi pendukung untuk kegembiraan, kegembiraan adalah kondisi pendukung untuk kegiuran, kegiuran adalah kondisi pendukung untuk ketenangan, ketenangan adalah kondisi pendukung untuk kebahagiaan, kebahagiaan adalah kondisi pendukung untuk konsentrasi, konsentrasi adalah kondisi pendukung untuk pengetahuan dan visi tentang hal-hal sebagaimana adanya, pengetahuan dan visi tentang hal-hal sebagaimana adanya adalah kondisi pendukung untuk ketidaktertarikan, ketidaktertarikan adalah kondisi pendukung untuk hilangnya nafsu, hilangnya nafsu adalah kondisi pendukung untuk pembebasan, dan pembebasan adalah kondisi pendukung untuk pengetahuan tentang penghancuran (kebusukan- kebusukan).

“Para bhikkhu, sebagaimana ketika hujan turun dengan lebatnya pada beberapa puncak gunung, airnya mengalir turun mengikuti lereng, dan mengisi celah, selokan, dan anak sungai; yang terisi itu kemudian mengisi danau-danau; yang terisi itu kemudian mengisi sungai-sungai kecil; yang terisi itu kemudian mengisi sungai-sungai besar; dan sungai-sungai besar yang terisi itu kemudian mengisi samudra besar – dengan cara yang sama, para bhikkhu, ketidaktahuan adalah kondisi pendukung untuk bentukan- bentukan kamma, bentukan-bentukan kamma adalah kondisi pendukung untuk kesadaran, kesadaran adalah kondisi pendukung untuk mental- “Para bhikkhu, sebagaimana ketika hujan turun dengan lebatnya pada beberapa puncak gunung, airnya mengalir turun mengikuti lereng, dan mengisi celah, selokan, dan anak sungai; yang terisi itu kemudian mengisi danau-danau; yang terisi itu kemudian mengisi sungai-sungai kecil; yang terisi itu kemudian mengisi sungai-sungai besar; dan sungai-sungai besar yang terisi itu kemudian mengisi samudra besar – dengan cara yang sama, para bhikkhu, ketidaktahuan adalah kondisi pendukung untuk bentukan- bentukan kamma, bentukan-bentukan kamma adalah kondisi pendukung untuk kesadaran, kesadaran adalah kondisi pendukung untuk mental-