Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.9. Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Sementara rata-rata lama sekolah Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Sementara rata-rata lama sekolah

Tabel 2.22

Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Tahun

No. Uraian

12,15 12,30 12,42 Lama Sekolah

1. Angka Harapan

2 Rata-Rata Lama

Sumber: BPS RI, 2018

Angka Harapan Lama di Jawa Barat pada tahun 2017 mencapai 12,42 tahun atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya (12,30 tahun). Hal ini berarti bahwa secara rata-rata anak usia 7 tahun yang masuk jenjang pendidikan formal pada Tahun 2017 di Jawa Barat memiliki peluang untuk bersekolah selama 12,42 tahun atau setara dengan Diploma I.

Sementara untuk Rata-Rata Lama Sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Barat pada tahun 2017 mencapai 8,14 tahun atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya (7,95 tahun). Kondisi ini berarti bahwa rata-rata penduduk Jawa Barat baru mampu menempuh pendidikan sampai dengan kelas 1 SMP atau putus sekolah di kelas 2 SMP.

2.2.10. Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum disuatu tingkat pendidikan. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Angka partisipasi kasar merupakan perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/ SMP/ SMA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa. Angka partispasi kasar merupakan indikator yang Angka Partisipasi Kasar menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum disuatu tingkat pendidikan. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Angka partisipasi kasar merupakan perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/ SMP/ SMA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa. Angka partispasi kasar merupakan indikator yang

Tabel 2.23

Angka Partisipasi Kasar

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017 APK

109,42 108,09 107,54 APK SMP/MTs

APK SD/MI

89,58 88,8 APK SMA/MA/SMK 64,90

Sumber: BPS RI Tahun 2017, BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 dan Statistik Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat Tahun 2012-2016

Dari tabel di atas menunjukkan nilai APK pada tahun 2012 sampai 2017 mengalami fluktuasi untuk seluruh jenjang pendidikan. APK SD/MI tertinggi sebesar 109,42 di tahun 2015, terendah sebesar 103,28 di tahun 2012, APK SMP/MTs tertinggi sebesar 90,07 di tahun 2015, terendah sebesar 85,26 di tahun 2013. APK SMA/MA/SMK tertinggi sebesar 76,48 di tahun 2017, terendah sebesar 60,12 di tahun 2013.

2.2.11. Angka Partisipasi Murni

Angka partisipasi murni adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Angka partisipasi murni fungsinya hampir sama dengan APK, hanya saja APM merupakan indikator yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar dijenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.

Sedangkan nilai APM seluruh jenjang pendidikan selalu menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun. APM SD/MI sebesar 93,41 di tahun 2012, terus meningkat menjadi 98,06 di tahun 2017. APM SMP/MTs sebesar 73,54 di tahun 2012, terus meningkat menjadi 80,29 di tahun 2017. APM SMA/MA/SMK sebesar 51,24 di tahun 2012, terus meningkat menjadi 57,22 di tahun 2017.

Tabel 2.24

Angka Partisipasi Murni di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

97,82 98,05 APM SMP/MTs

APM SD/MI

79.55 79,76 80,29 APM SMA/MA/SMK 51,24

Sumber: BPS RI 2017, BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 dan Statistik Kesejahteraan

Rakyat Jawa Barat 2012-2016

2.2.12. Indeks Kesehatan Indeks Kesehatan terdiri dari variabel mortalitas, morbiditas, dan fertilitas. Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa indeks kesehatan Jawa Barat mengalami kenaikan selama tahun 2013-2017. Indeks kesehatan di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2013-2017 dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel 2.25

Indeks Kesehatan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017

TAHUN

NO INDIKATOR

81,17 – 1 Target Indeks Kesehatan

2 Realisasi Indeks Kesehatan 73,06 73.33 (ML) 73,66 (ML) 80,72 (MB)

Sumber: LKPJ Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016-2017, dan *): Metode Penghitungan Lama

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Indeks Kesehatan di Provinsi Jawa Barat terus meningkat dari tahun ke tahun, di tahun 2013 sebesar 73,06 dan meningkat terus sampai tahun 2017 menjadi 80,72. Tren positif ini menunjukkan semakin baiknya derajat kesehatan masyarakat Jawa Barat.

2.2.13. Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup mengindikasikan peluang bayi yang baru lahir akan mencapai usia harapan hidup hingga tahun tertentu. Tingkat kesehatan di suatu negara salah satunya dapat dilihat dari besarnya usia harapan hidup penduduknya.

Angka harapan hidup masyarakat Jawa Barat setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan masyarakat Jawa Barat semakin membaik. Pada tahun 2017 angka harapan hidup mencapai 72,47 tahun. Angka ini berarti bahwa setiap bayi yang lahir pada tahun 2017 memiliki harapan untuk hidup hingga usia mencapai 72,47 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup di Jawa Barat ini sangat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain semakin baiknya akses pelayanan kesehatan bagi semua kelompok masyarakat, meningkatnya perilaku hidup sehat oleh masyarakat luas, kondisi kesehatan lingkungan yang semakin membaik serta meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat Jawa Barat.

Tabel 2.26

Angka Harapan Hidup Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017 TAHUN

Angka Harapan 71,82 72,09 72,23 72,41 72,44 72,47 Hidup

Sumber: BPS RI, 2018

2.2.14. Jumlah Kematian Bayi

Jumlah kematian bayi di Provinsi Jawa Barat selama tahun 2012- 2017 masih mengalami fluktuasi, jumlah kematian bayi tertinggi sebesar 4.803 kasus di Tahun 2012, dan terendah sebesar 1.321 kasus di Tahun 2014. Adapun rasio kematian bayi sebesar 5,2 di tahun 2012 dan kondisi akhir di tahun 2016 sebesar 3,93. Jumlah kematian bayi di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.27

Jumlah Kematian Bayi Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 - 2017

Rasio Kematian TAHUN

Jumlah Kematian Bayi

Per Tahun

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2018

2.2.15. Jumlah Kasus Kematian Ibu

Jumlah kematian Ibu di Provinsi Jawa Barat berdasarkan data beberapa tahun terakhir sebagaimana disajikan pada tabel di bawah menunjukkan kecenderungan penurunan, terakhir pada Tahun 2017 menjadi 696 kasus. Jumlah kematian Ibu di Provinsi Jawa Barat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.28

Jumlah Kasus Kematian Ibu Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Jumlah kasus

696 778 Kematian Ibu/100.000 per kelahiran hidup

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2017

2.2.16. Persentase Balita Gizi Buruk

Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita, keadaan tubuh anak bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Gizi buruk adalah kondisi terparah dari kekurangan gizi menahun.

Tabel 2.29

Persentase Gizi Buruk Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017 TAHUN

Persentase Gizi Buruk (%) 0,85

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka 2012-2016

Upaya penanganan gizi buruk di Provinsi Jawa Barat selama beberapa tahun terkahir menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2012 balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 0,85 persen dan berhasil turun menjadi 0,62 persen pada Tahun 2017.

2.2.17. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Berdasarkan data BPS, dari 35.353.191 jiwa penduduk usia kerja ini 22.391.003 jiwa adalah angkatan kerja (terdiri dari yang bekerja dan mencari kerja) dan 12.962.188 jiwa bukan angkatan kerja (terdiri dari Berdasarkan data BPS, dari 35.353.191 jiwa penduduk usia kerja ini 22.391.003 jiwa adalah angkatan kerja (terdiri dari yang bekerja dan mencari kerja) dan 12.962.188 jiwa bukan angkatan kerja (terdiri dari

Tabel 2.30

Rasio Penduduk yang Bekerja Tahun 2012-2017 (jiwa)

No Kegiatan Utama

Laki-laki Perempuan Jumlah

A. Angkatan Kerja 20.150.094 20.620.610 21.006.139 20.586.356 21.075.899 14.709.096 7.681.907 22.391.003 1 Bekerja

18.321.108 18.731.943 19.230.943 18.791.482 19.202.038 13.531.806 7.019.769 20.551.575 2 Pengangguran Terbuka

1.177.290 662.138 1.839.428 B. Bukan Angkatan Kerja

Rasio Penduduk Yang Bekerja

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2012-2016 *) Indikator Statistik Terkini Provinsi Jawa Barat Tahun 2018

Sebagaimana data yang diolah pada tabel diatas, diketahui rasio penduduk yang bekerja di Jawa Barat pada tahun 2017 sebesar 91,78 persen. Angka ini meningkat dari tahun 2012 yang berjumlah 90,99 persen.

2.2.18. Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Untuk mengevaluasi hasil pembangunan perspektif gender digunakan beberapa indikator, diantaranya adalah Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Angka IPG menggambarkan kesenjangan atau gap pembangunan manusia antara laki- laki dan perempuan. IPG merupakan rasio antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perempuan dan laki-laki. Sedangkan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) mengukur partisipasi aktif laki-laki dan perempuan pada kegiatan ekonomi, politik dan pengambilan keputusan.

Tabel 2.31

Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Di Provinsi Jawa Barat 2012-2017

Sumber: Pembangunan Manusia Berbasis Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2013, 2015 dan 2016, dan *) LKPJ Provinsi Jawa Barat Tahun 2016-2017

Indeks Pembangunan Gender selama periode 2012 sampai 2017 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, terakhir berada pada posisi 89,18 di tahun 2017. Indeks Pemberdayaan Gender selama tahun 2012 sampai 2016, kecenderungan menunjukkan peningkatan dengan nilai 68,62 di tahun 2012 menjadi 70,04 di tahun 2017.

2.2.19. Keluarga Pra Sejahtera

Keberhasilan program Keluarga Berencana tidak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan lembaga atau organisasi masyarakat lainnya yang secara bersama-sama mensukseskan program dimaksud yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan tahapan atau tingkatan kesejahteraan keluarga, maka setiap keluarga dapat dikelompokan kepada 5 (lima) tahapan keluarga yaitu: Keluaraga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera Tahap I, Keluarga Sejahtera Tahap II, Keluarga Sejahtera Tahap III, dan Keluarga Sejahtera Tahap III plus. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera, Sejahtera I dan II di Jawa Barat Tahun 2012-2016 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.32

Jumlah Keluarga Pra Sejahtera I, II, III III Plus

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

1.083.117 1.114.337 Keluarga Sejahtera

Keluarga Pra Sejahtera

3.570.220 7.140.709 6.442.293 Keluarga Sejahtera

I 3.396.010

6.443.833 3.546.196 4.957.539 II, III, II Plus

Sumber: Provinsi Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2013-2017 dan LPPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2016

Keluarga Pra Sejahtera semakin menurun yaitu 1.114.337 pada tahun 2017, dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah 2.390.125. Di sisi lain, jumlah Keluarga Sejahtera I tahun 2017 sebanyak 6.442.293. Angka ini meningkat drastis bila dibandingkan tahun 2015 yang berjumlah 3.570.220. Adapun jumlah Keluarga Sejahtera II di tahun 2017 berjumlah 4.957.539, angka ini menurun drastis dari tahun 2015 yang berjumlah 6.443.833. Kondisi ini menunjukkan Keluarga Sejahtera II mengalami penurunan menjadi Keluarga Sejahtera I.

2.2.20. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat

Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat yang beberapa tahun terakhir diganti menjadi Survey Kepuasan Masyarakat oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi adalah pengukuran secara komprehensif kegiatan tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari penyelenggara pelayanan publik. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat terhadap pelayanan publik di Provinsi Jawa Barat disajikan pada tabel di bawah.

Tabel 2.33

Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

75 75 75 80,25 87,5 Sumber: LKPJ Provinsi Jawa Barat Tahun Tahun 2016-2017 Keterangan : menggunakan skala 1- 100 sesuai dengan Permendagri Nomor 86 Tahun

Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat

n.a

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat pada Tahun 2013 sampai dengan 2015 sebesar 75 dan mengalami peningkatan pada tahun-tahun berikutnya, terakhir mencapai

87 pada tahun 2017. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap publik yang dilakukan oleh pemerintah daerah semakin meningkat.

2.2.21. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah setiap tahun menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan selanjutnya akan diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), hasil opini BPK atas pengelolaan keuangan di Provinsi Jawa Barat pada kurun waktu 2012-2017 dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel 2.34

Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Barat Tahun 2012-2017

Opini BPK

Sumber: Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat 2012-2016

Hasil opini BPK atas pengelolaan keuangan di Provinsi Jawa Barat pada kurun waktu 2012-2017 menunjukkan prestasi yang baik yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

2.2.22. Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan

Indikator kualitas konsumsi pangan ditunjukkan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang dipengaruhi oleh keragaman dan keseimbangan konsumsi antar kelompok pangan. PPH biasanya digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan yang ideal di suatu wilayah.

Tabel 2.35

Skor PPH Kemandirian Pangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Skor PPH

Sumber: LKPJ Provinsi Jawa Barat Tahun 2016-2017

Data menunjukkan, skor PPH Jawa Barat tahun 2013 sebesar 74,90, menurun menjadi 74 di tahun 2014. Namun pada tahun-tahun berikutnya meningkat sehingga mencapai 84,30 di tahun 2017. Skor PPH ini menunjukkan tingkat keragaman konsumsi pangan di Jawa Barat.

2.2.23. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB

Indikator yang digunakan untuk mengetahui urusan pilihan bidang pertanian salah satunya dengan melihat Kontribusi sektor pertanian dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam wilayah tertentu dan dalam waktu tertentu (satu tahun). Dalam hal ini yang termasuk dengan sektor pertanian adalah tanaman pangan, palawija, kehutanan dan perkebunan.

Kontribusi Pertanian terhadap PDRB di Provinsi Jawa Barat mencakup sub sector Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian; Subsektor Kehutanan dan Penebangan Kayu; dan Subsektor Perikanan. Pada kurun waktu 2012 sampai dengan 2017, kontribusi sector ini mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2012 persentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 7,98 persen dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 8,09 persen. Namun pada tahun 2014 dan 2015 menurun masing-masing sebesar 8,72 persen 8,69 persen. Walau sempat meningkat di tahun 2016 meningkat menjadi 8,90 persen, kontribusi sektor pertanian kembali turun pada tahun 2017 menjadi 8,60 persen.

Tabel 2.36

Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB

Sumber: PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha 2012-2017

2.2.24. Kontribusi Pariwisata terhadap PDRB

Kontribusi Pariwisata terhadap PDRB Tahun 2014 sebesar 2,43 persen, di tahun 2015 tetap pada 2,43 persen, sedangkan di tahun 2016 naik menjadi 2,55 persen, dan di tahun 2017 menjadi sebsar 2,71 persen. Kontribusi Pariwisata terhadap PDRB di Provinsi Jawa Barat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.37

Kontribusi Pariwisata terhadap PDRB Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Kontribusi Pariwisata

2,55 2,71 Terhadap PDRB (%)

Sumber: LPPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 sampai dengan 2016, LKPJ Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

2.2.25. Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB

Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan kehutanan meliputi kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, bambu dan hasl hutan lainnya. Dicakup juga dalam kegiatan kehutanan adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak termasuk kegiatan reboisasi hutan yang dilakukan atas dasar kontrak.

Pada tahun 2012 kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB sebesar 0,10, di tahun 2013 menurun menjadi 0,09 persen dan di tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 menurun menjadi 0,07 persen.

Tabel 2.38

Kontribusi sektor Kehutanan terhadap PDRB di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Kontribusi sektor kehutanan

0,08 0,07 terhadap PDRB (%) Sumber: PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha 2012-2017

2.2.26. Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB

Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB adalah jumlah kontribusi PDRB dari sektor pertambangan dibagi dengan jumlah total PDRB dikalikan 100 persen. Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam kategori pertambangan adalah pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan batubara dan lignit, pertambangan bijih logam serta pertambangan lainnya. Kontribusi sector pertambangan terhadap PDRB dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel 2.39

Kontribusi sektor Pertambangan terhadap PDRB di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Kontribusi sektor pertambangan

1,53 1,43 terhadap PDRB (%) Sumber: PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2017

Berdasarkan data, pada tahun 2012 kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB Jawa Barat sebesar 3,27 persen dan terus menurun hingga mencapai 1,43 persen pada Tahun 2017.

2.2.27. Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB

Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB adalah jumlah kontribusi PDRB dari sektor perdagangan dibagi dengan jumlah total PDRB dikalikan 100 persen. Adapun kegiatan sektor perdagangan meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan eceran (penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi penjualan barang-barang tersebut. Baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan.

Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2012 kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB sebesar 15,91 persen dan cenderung mengalami pelambatan pada tahun-tahun berikutnya. Pada Tahun 2017, sektor perdagangan memberi kontribusi sebesar 15,10 persen. Angka ini sedikit meningkat dibanding tahun sebelumnya yang berada pada 15,08 persen.

Tabel 2.40

Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB

Sumber: PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2017

2.2.28. Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB

Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Walau demikian, kondisi 2 (dua) tahun terakhir menunjukkan penurunan kontribusi terhadap PDRB.

Kontribusi sektor industi terhadap PDRB kurun waktu 2012 sampai 2015 menunjukkan peningkatan, hingga mencapai 43,03 persen pada tahun 2015. Namun sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2017 mengalami penurunan menjadi sebesar 42,29 persen.

Pada kategori industri pengolahan, industri yang memiliki peranan terbesar adalah industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, kemudian diikuti oleh industri tekstil dan pakaian. Besarnya kontribusi sektor industri pengolahan tersebut menjadi pedang bermata dua bagi Jawa Barat. Di satu sisi industri pengolahan menjadi pendorong ekonomi Jawa Barat, di sisi lain kondisi tersebut membuat Jawa Barat bergantung pada industri pengolahan membuat Jawa Barat berisiko tinggi mengalami dampak besar jika terdapat gangguan finansial global yang mempengaruhi kinerja industri pengolahan.

Tabel 2.41

Kontribusi Sektor Industri terhadap PDRB di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017

Kontribusi sektor Industri

42,49 42,29 terhadap PDRB (%)

Sumber: PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha 2012-2017