Aspek Daya Saing Daerah
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Aspek daya saing daerah Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Aspek daya saing daerah
2.4.1. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Perbulan
Pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi rumah tangga maka semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi rumah tangga per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk.
Selain itu, pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk, dimana semakin rendah persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat perekonomian penduduk. Pada kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan.
Tabel 2.120
Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017
Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Sebulan (rupiah) Persentase Pengeluaran (%) Jenis
Pengeluara n
Sumber: Pola Konsumsi Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017
Berdasarkan data beberapa tahun terakhir dapat dilihat bahwa pengeluaran rata-rata perkapita sebulan penduduk Jawa Barat meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 rata-rata pengeluaran perkapita sebulan sebesar Rp. 729.315 terus meningkat sehingga mencapai sebesar Rp. 1.103.337 di tahun 2017.
Persentase pengeluaran untuk makanan tertinggi sebesar 51,01 persen di tahun 2017, terendah sebesar 47,48 persen di tahun 2015. Sedangkan pengeluaran untuk non makanan tertinggi sebesar 52,52 persen di tahun 2015, terendah sebesar 48,99 persen di tahun 2017.
2.4.2. Nilai Tukar Petani
Indikator kinerja daerah urusan pertanian provinsi Jawa Barat diukur melalui Nilai Tukar Petani (NTP). NTP merupakan indikator yang memberikan gambaran bagaimana kehidupan petani ditopang oleh usaha sektor pertaniannya. Nilai tukar petani memperlihatkan dua sisi kehidupan petani yaitu yang pertama sisi pendapatan petani yang menopang seluruh pembiayaan hidup rumah tangga petani dari hasil penjualan produk pertaniannya. Sisi yang kedua adalah sisi pengeluaran untuk kelangsungan rumah tangga petani.
Pengertian dari nilai NTP adalah sebagai berikut ini: NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik
lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya.
NTP = 100, berarti petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan
harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi
relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun, lebih kecil dari pengeluarannya .
NTP di Provinsi Jawa Barat selama tahun 2012-2017 diperlihatkan di tabel berikut ini.
Tabel 2.121
NTP di Provinsi Jawa Barat 2012-2017
104,31 104,92 Sumber: LKPJ Provinsi Jawa Barat Tahun 2016-2017, dan *) Indikator Statistik Terkini
Provinsi Jawa Barat Tahun 2018
NTP Provinsi Jawa Barat tahun 2015, 2016 dan 2017 tergolong lebih tinggi (3,48 poin, 2,66 poin dan 1,86) dibandingkan NTP Nasional pada NTP Provinsi Jawa Barat tahun 2015, 2016 dan 2017 tergolong lebih tinggi (3,48 poin, 2,66 poin dan 1,86) dibandingkan NTP Nasional pada
Fluktuatifnya perkembangan NTP menunjukkan harga-harga komoditas pertanian yang sangat kental dengan faktor musiman, harga meningkat apabila jumlah produksi sedang mengalami penurunan seperti pada musim kemarau, musim angin barat saat gelombang laut meningkat produksi ikan menurun, sebaliknya harga akan menurun apabila persediaan komoditas di sentra-sentra pertanian melimpah karena musim panen. Hal ini mengakibatkan take home pay petani tidak tetap untuk jumlah produksi yang diasumsikan sama seperti produksi pada tahun dasar 2007.
2.4.3. Angka Kriminalitas
Angka Kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu. Artinya dalam satu bulan rata-rata terjadi berapa tindak kriminalitas untuk berbagai kategori seperti curanmor, pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Indikator ini berguna untuk menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat.
Jumlah tindak pidana kriminalitas dan penyelesiaan tindak pidana kriminalitas di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel 2.122
Jumlah Tindak Pidana Kriminalitas
di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2016
No Uraian
Jumlah Tindak Pidana
24.461 23.777 Kriminalitas
Persentase Penyelesaiaan
52,82 49,17 Tindak Pidana Kriminalitas
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2017
Jumlah tindak pidana kriminalitas di Provinsi Jawa Barat sebanyak 23.485 kasus di tahun 2014, meningkat menjadi 24.461 kasus di tahun 2015, kemudian turun menjadi 23.777 kasus di tahun 2016 dan meningkat kembali di tahun 2017 menjadi 24.689 kasus.
Persentase penyelesaiaan tindak pidana kriminalitas di Provinsi Jawa Barat sebesar 50,64 persen di tahun 2014, naik menjadi 52,82 persen di tahun 2015, kemudian turun menjadi 49,17 persen di tahun 2016, naik kembali di tahun 2017 menjadi 60,84 persen. Persentase penyelesaiaan tindak pidana kriminalitas di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2014-2017 masih cukup rendah.
2.4.4. Jumlah Demo
Jumlah demonstrasi adalah jumlah demonstrasi yang terjadi dalam periode 1 (satu) tahun. Unjuk rasa atau demonstrasi ("demo") adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Aksi demontrasi yang aman dan tertib tentu tidak akan menimbulkan kerugian. Namun, demonstrasi akan merugikan banyak pihak apabila dilakukan secara anarkis dan berlebihan bahkan kerugian yang ditimbulkan dapat merugikan masyarakat secara luas.
2.4.5. Rasio Ketergantungan
Masalah ketenagakerjaan tidak hanya melihat dari TPT dan jumlah penduduk bekerja, namun perlu diperhatikan pula aspek kualitas ketenagakerjaan. Salah satunya adalah dengan memperhatikan rasio ketergantungan. Angka Beban Ketergantungan (Dependency ratio) merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tinggi persentase angka beban ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase angka beban ketergantungan yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan juga dapat dilihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur seperti tercermin angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan yang semakin besar bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitasnya.
Tabel 2.123
Angka Beban Ketergantungan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017
No Kelompok Umur (Tahun)
5,1 4 Angka Beban Ketergantungan
47,62 48,22 47,02 Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat Tahun 2012-2016, dan *) Indikator
Statistik Terkini Provinsi Jawa Barat Tahun 2018
Selama periode 2012-2017 angka beban ketergantungan cenderung mengalami penurunan. Angka beban ketergantungan di Jawa Barat sebesar 48,87 di tahun 2012, terus mengalami penurunan sampai tahun 2015 menjadi sebesar 47,62. Pada tahun 2016 meningkat menjadi 48,22, dan menurun lagi menjadi 47,02 pada tahun 2017. Arti dari angka 47,02 pada tahun 2017 adalah bahwa setiap 100 penduduk produktif masih menanggung beban sekitar 47 penduduk tidak produktif (di bawah umur 15 tahun dan 65 tahun ke atas).
2.4.6. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) merupakan indikator komposit yang menunjukan tingkat perkembangan demokrasi di suatu wilayah, tingkat capaian IDI diukur berdasarkan 3 (tiga) aspek, 11 (sebelas) Variabel, dan 28 (dua puluh delapan) Indikator demokrasi, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu perangkat daerah yang melaksanakan kegiatan penguatan aspek Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) di Jawa Barat. Manfaat Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) diantaranya: (1) Menunjukan tingkat perkembangan demokrasi di setiap provinsi di Indonesia, (2). Membantu perencanaan pembangunan politik tingkat provinsi, (3). Pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat dapat mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja provinsi di masa mendatang. Hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) dari Tahun 2013–2017 mengalami fluktuasi, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.124
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2017
68,78 Indonesia (IDI) Aspek Kebebasan Sipil
Indeks Demokrasi
73,61 Aspek Hak-Hak Politik
71,02 Aspek Lembaga
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
IDI
Gambar 2.12 Grafik Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2017
2.4.7. Indeks Kerukunan Umat Beragama
Indeks Kerukunan Umat Beragama adalah suatu kondisi hubungan umat beragama yang toleran, setara dalam menjalankan agama, serta berkerjasama dalam membangun Masyarakat, Bangsa dan Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dari definisi tersebut, alat ukur Indeks kerukunan umat beragama terdiri dari 3 Indikator Utama, yaitu (1).Toleransi, (2). Kesetaraan dan (3). Kerjasama. Indek Kerukunan Umat Beragama dapat digunakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan persoalan kerukunan umat beragama yang dapat menangkal intoleransi dan radikalisme.
Dari hasil survei Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Balitbang dan Diklat Kemenag RI, Indek Kerukunan Umat Beragama Provinsi Jawa Barat dari awal Tahun 2015 berada pada angka 72,6. Tahun 2016 mengalami penurunan sebanyak 9 Poin menjadi 63,39, dan Dari hasil survei Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Balitbang dan Diklat Kemenag RI, Indek Kerukunan Umat Beragama Provinsi Jawa Barat dari awal Tahun 2015 berada pada angka 72,6. Tahun 2016 mengalami penurunan sebanyak 9 Poin menjadi 63,39, dan
Tabel 2.125
Indeks Kerukunan Umat Beragama Provinsi Jawa Barat Tahun 2015-2017
Indeks Kerukunan 72,6
63,39
68,5
Kategori Rukun
Umat Beragama
Sumber: Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Balitbang dan Diklat Kemenag RI
Keseluruhan capaian pembangunan Provinsi Jawa Barat sebagaimana telah diuraikan pada bab ini, disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.126
Capaian Indikator Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1 Pertumbuhan PDRB Atas Harga
6.50 6.33 5.09 5.04 5.67 5,29 Konstan 2 Laju inflasi
Persen
3.86 9.15 7.6 2.73 2.75 3,63 3 PDRB per kapita
Persen
34,38 37,18 4 Indeks Gini
0,402 0,393 5 Pemerataan pendapatan versi Bank
Dunia − 40 Persen Terendah
16,44 16,86 − 40 Persen Menengah
36,68 37,00 − 20 Persen Tertinggi
70,05 70,69 7 Persentase penduduk miskin
9.89 9.61 9.18 9.57 8.77 7,83 8 Jumlah Penduduk Miskin
Persen
4.168.110 3.774.410 9 Garis Kemiskinan
324.992 354.679 10 Angka Melek Huruf
98,22 98,38 11 Angka Harapan Lama Sekolah
12,30 12,42 12 Angka Rata-rata lama sekolah
7,95 8,14 13 APK SD/MI
108,09 107,54 14 APK SMP/MTs
99,68 88,8 15 APK SMA/SMK/MA
67,56 76,48 16 APM SD/MI
98,20 98,05 17 APM SMP/MTs
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-114
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 18 APM SMA/SMK/MA
56,92 57,22 19 Jumlah Kematian Bayi
3.072 3.077 20 Rasio Kematian Bayi
5.2 4.6 4.19 4.09 3.93 n/a 21 Jumlah Kasus Kematian Ibu
Rasio
696 n/a 22 Angka Usia Harapan Hidup
72,44 72,47 23 Persentase Balita Gizi buruk
0.85 0.72 0.07 0.07 0.07 n/a 24 Jumlah Angkatan Kerja
Persen
21.075.899 22.391.003 25 Rasio penduduk yang bekerja
91,28 91,78 26 Indeks Pembangunan Gender
89,56 89,18 27 Indeks Pemberdayaan Gender
69,02 70,04 28 Keluarga pra sejahtera
1.083.117 1.114.337 Persentase KS I
7.140.709 6.442.293 Persentase KS II, III, Plus
3.546.196 4.957.539 29 Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
WTP WTP Pemerintah Daerah 31 Skor PPH
30 Opini BPK atas Laporan Keuangan
81 84,30 32 Kontribusi sektor pertanian terhadap
8,90 8,60 PDRB 33 Kontribusi Pariwisata Terhadap PDRB
2,60 2,71 34 Kontribusi sektor kehutanan terhadap
0,08 0,07 PDRB 35 Kontribusi sektor pertambangan
1,53 1,43 terhadap PDRB 36 Kontribusi sektor perdagangan
15,08 15,10 terhadap PDRB 37 Kontribusi sektor industri terhadap
42,49 42,29 PDRB (tanpa migas)
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-115
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
B. ASPEK PELAYANAN UMUM 1 Fokus Layanan Urusan Wajib 1.1 Pendidikan 1.1.1 Angka Partisipasi Sekolah
99,54 99,51 1.1.1.2 Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)
1.1.1.1 Sekolah Dasar (SD/MI)
65,82 66,62 (SMA/SMK/MA) 1.1.1.4 Perguruan Tinggi
1.1.1.3 Sekolah Menengah Atas
1.1.2 Rasio Guru Terhadap Murid
1.1.2.1 Rasio Guru Terhadap Murid Sekolah
17 20 Menengah Pertama
1.1.2.2 Rasio Guru Terhadap Murid Sekolah
14 19 Menengah Atas
1.1.2.3 Rasio Guru Terhadap Murid Sekolah
1.1.3 Angka Putus Sekolah
1.1.3.1 Sekolah Dasar (SD/MI)
0,10 0,08 1.1.3.2 Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)
0,48 0,52 1.1.3.3 Sekolah Menengah Atas
1,37 0,74 (SMA/SMK/MA) 1.1.3.4 Perguruan Tinggi
1.1.4 Angka Kelulusan
99,93 99,61 1.1.4.2 Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)
1.1.4.1 Sekolah Dasar (SD/MI)
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-116
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.1.4.3 Sekolah Menengah Atas
98,52 99,92 (SMA/SMK/MA)
1.1.5 Angka Melanjutkan Pendidikan
1.1.5.1 Sekolah Dasar (SD/MI)
75,9 79,86 1.1.5.2 Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)
102,67 103,81 1.1.5.3 Sekolah Menengah Atas
n.a n.a (SMA/SMK/MA)
1.1.5.4 Perguruan Tinggi
Persen
1.2 Kesehatan
1.2.1 Indeks Kesehatan
80,68 81,18 1.2.2 Rasio Posyandu per satuan balita
87 71 n.a 1.2.3 Rasio Puskesmas/Puskemas Keliling
Rasio
45.123 n.a per satuan penduduk 1.2.4 Rasio Rumah Sakit per satuan
144.891 n.a penduduk
1.3 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
1.3.1 Tingkat kemantapan jaringan jalan
98,01 98,17 dalam kondisi baik 1.3.2 Tingkat Kondisi Baik Jaringan Irigasi di
72,06 73,95 Daerah Irigasi Kewenangan Provinsi 1.3.3 Rumah Tangga Pengguna Air Minum
68,81 71,57 Bersih 1.3.4 Rumah Tangga Pengguna Air Minum
67,62 n.a Layak 1.3.5 Cakupan Pelayanan Air Minum
71,14 73,17 1.3.6 Persentase rumah tinggal bersanitasi
75,67 n.a 1.3.7 Cakupan Pelayanan Air Limbah
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-117
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.3.8 Cakupan Pelayanan Persampahan
1.4 Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman
92,78 93,12 1.4.2 Perbaikan Rumah Layak Huni
1.4.1 Cakupan Rumah Layak Huni
1.5 Ketenteraman dan Ketertiban Umum Serta Perlindungan Masyarakat
119.424 n.a 1.5.2 Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per
1.5.1 Jumlah Linmas
29 27 26 26 26 n/a 10.000 penduduk
rasio
1.6 Sosial
6,548,234 n.a 1.6.2 Jumlah PMKS yang memperoleh
1.6.1 Jumlah PMKS
643.618 710.539 bantuan sosial
5.350 n.a asuhan, panti jompo dan panti
1.6.3 Jumlah Sarana sosial seperti panti
1.7 Tenaga Kerja
60,65 63,34 1.7.2 Tingkat Pengangguran Terbuka
1.7.1 Tingkat Partisipasi angkatan kerja
8,89 8,22 1.7.3 Pencari Kerja yang Sudah Ditempatkan
49,80 n.a
(persen)
1.8 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1.8.1 Jumlah Perempuan di Lembaga
1.792.030 n.a Pemerintah
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-118
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.8.2 Persentase Partisipasi Perempuan di
29,99 n.a Lembaga Pemerintah 1.8.3 Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan
40,30 43,89 1.8.4 Perkembangan Perolehan Penghargaan
15 Kab/Kota Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA)
Jumlah
n.a
3 Kab/Kota
n.a
6 Kab/Kota
n.a
Tingkat Nasional
1.9 Pangan
ada ada 1.9.2 Ketersediaan Pangan Utama
1.9.1 Regulasi Ketahanan Pangan
Ada/Tidak Ada
224.161,71 n.a 1.9.3 Konsumsi Beras Per Kapita
Kg/jiwa/tahun
Kg/kapita /tahun
1.10.1 Persentase Luas Lahan Bersertifikat
37,19 n.a
1.11 Lingkungan Hidup
1.11.1 Persentase Tutupan Lahan yang
37,2 38,52 Berfungsi Lindung terhadap Luas Wilayah 1.11.2 Tingkat penurunan emisi gas rumah
11,45 12,56 kaca 1.11.3 Pencapaian status mutu sungai dan
56,12 96,55 waduk besar dengan tingkat cemar sedang
1.12 Administrasi Kependudukan dan pencatatan Sipil
1.12.1 Ketersediaan database kependudukan
ada/tidak ada
skala provinsi
1.13 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-119
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.13.1 Persentase PKK aktif
99,63 n.a 1.13.2 Persentase Ormas/LSM Aktif
1.14 Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
1,22 1,14 1.14.2 Cakupan peserta KB aktif
1.14.1 Rata-rata jumlah anak per keluarga
1.441.317 n.a
1.15 Perhubungan
122 n.a 1.15.2 Jumlah Pelabuhan Laut
1.15.1 Jumlah Terminal
10 10 10 10 10 n.a 1.15.3 Tingkat ketersediaan fasilitas
Jumlah
20,03 26,78 perlengkapan jalan provinsi
1.16 Komunikasi dan Informatika
1.16.1 Keberadaan website milik Pemerintah
Ada Ada Daerah 1.16.2 Jumlah pelaksanan pameran/expo
ada/tidak
1.17 Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
1.17.1 Persentase koperasi aktif
63,79 n.a 1.17.2 Penerima Manfaat Kredit Modal Usaha
14.868 11.996 1.17.3 Jumlah Pencetakan Wirausaha Baru
1.18 Penanaman Modal
105.348.264 107.056.423 1.18.2 Jumlah nilai investasi berskala
1.18.1 Total Investasi (PMDN/PMA)
Rp juta
30.360.212 38.390.647 nasional (PMDN)
Rp juta
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-120
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.18.3 Jumlah nilai investasi berskala
Rp juta
nasional (PMA)
1.19 Kepemudaan dan Olahraga
1.19.1 Indeks Pembangunan Pemuda
46,33 n.a
1.20 Statistik
Ada Ada 1.20.2 Buku PDRB Provinsi
1.20.1 Buku Provinsi Dalam Angka
ada/tidak
ada/tidak
1.21.1 Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis
Poin
Elektronik (SPBE) 1.21.2 Layanan Keterbukaan Informasi dan
Persen
Komunikasi Publik 1.21.3 Penyelesaian Sengketa Informasi di
Persen
Daerah 1.21.4 Indeks Kematangan KEamanan
Level
Informasi (IKKI) 1.21.5 Tingkat Ketersediaan Data dan
Persen
Infromasi Statistik Pembangunan
1.22 Kebudayaan
1.22.1 Jumlah Sarana penyelenggaraan seni
6 7 7 12 dan budaya 1.22.2 Jumlah benda, situs dan kawasan
2.522 n.a
cagar budaya yang dilestarikan
1.23 Perpustakaan
566.925 n.a tahun 1.23.2 Koleksi buku yang tersedia di
1.23.1 Jumlah pengunjung perpustakaan per
450.805 n.a perpustakaan daerah
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-121
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
1.24.1 Persentase perangkat daerah yang
50 55 60 70 75 n.a mengelola arsip secara baku 1.24.2 Jumlah kegiatan peningkatan SDM
Persen
4 4 4 16 18 n.a pengelola kearsipan
kegiatan
2 Fokus Layanan Urusan Pilihan 2.1 Kelautan dan Perikanan
198.884,39 2.1.2 Produksi Perikanan Tangkap di
2.1.1 Produksi Perikanan Tangkap
ton/tahun
- Perairan Umum
ton/tahun
1.141.748,52 2.1.4 Nilai Tukar Nelayan
2.1.3 Produksi Perikanan Budidaya
ton/tahun
113,17 2.1.5 Konsumsi Ikan Per Kapita
98.94 n.a
2.2.1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan
9,41 n.a pangan 2.3.2 Pertumbuhan subsektor tanaman
2.3.1 Pertumbuhan subsektor tanaman
3,88 n.a hortikultura 2.3.3 Kontribusi sektor perkebunan terhadap
2.4.1 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
81,28 n.a
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-122
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2.4.2 Kerusakan Kawasan Hutan
0,02 n.a
2.5 Energi dan Sumberdaya Mineral
97,87 99,87 2.5.2 Persentase Penertiban Pertambangan
2.5.1 Rasio Elektrifikasi
82,86 100 Tanpa Izin
3,34 13,42 2.6.2 Nilai ekspor bersih perdagangan
2.6.1 Laju Pertumbuah Ekspor
U$ Juta
14,187 n.a
2.7 Perindustrian
2.7.1 Persentase pertumbuhan industri
8,87 n.a
2.8 Transmigrasi
2.8.1 Persentase transmigran swakarsa
35,93 n.a
3 Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah 3.1 Perencanaan
Ada Ada RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda 3.1.2 Tersedianya dokumen perencanaan
3.1.1 Tersedianya dokumen perencanaan
ada/tidak
Ada Ada RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda 3.1.3 Tersedianya dokumen perencanaan
ada/tidak
Ada Ada RKPD yang telah ditetapkan dengan Perkada
ada/tidak
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-123
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 3.1.4 Persentase keselarasan penjabaran
99 n.a Program RPJMD ke dalam RKPD
3.2.1 Ketepatan waktu penetapan APBD
Tepat waktu/Tidak
Tepat waktu
Tepat waktu
Tepat waktu
Tepat waktu
Tepat waktu Tepat waktu
3.3 Kepegawaian serta Pendidikan dan pelatihan
3.4 Penelitian dan Pengembangan
3.5 Fungsi Lainnya 3.5.1 Pengawasan
3.5.1.1 Persentase Tindak Lanjut Temuan Terhadap Kab/kota %S
n.a n.a 3.5.1.2 Persentase Tindak Lanjut Temuan
Terhadap OPD %S
0 n.a n.a 3.5.1.3 Persentase Tindak Lanjut Temuan BPK % TS
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-124
NO INDIKATOR KINERJA DAERAH
SATUAN
CAPAIAN KINERJA
3.5.2 Sekretariat Daerah
3.5.2.1 Nilai LKjIP/LAKIP
CC CC CC BB A A 3.5.2.2 Peringkat, Skor dan Status Laporan
nilai
Peringkat 2 / n.a Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Peringkat/Skor/Status
Skor: (LPPD)
sangat tinggi
sangat tinggi
tinggi
3.5.3 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
1.126 1.043 3.5.3.2 Jumlah Ormas Aktif
3.5.3.1 Jumlah Ormas Terdaftar
25 24 20 45 44 3.5.3.3 Persentase Ormas Aktif
C. ASPEK DAYA SAING DAERAH
1 Pengeluaran Konsumsi Pangan Rumah
983.877 1.103.337 Tangga per Kapita 2 Pengeluaran Konsumsi Non Pangan
ribu rupiah
506.107 540.525 Rumah Tangga Per kapita 3 Nilai Tukar Petani
ribu rupiah
104,31 104,92 4 Jumlah Tindak Pidana Kriminalitas
23.777 n.a 5 Persentase Penyelesaiaan Tindak
49,17 n.a Pidana Kriminalitas 6 Rasio Ketergantungan
48,22 47,02 7 Indeks Demokrasi Indonesia
66,82 68,78 8 Indeks Kerukunan Umat Beragama
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-125