Laporan Kasus Pasien Maloklusi Klas III Skeletal

BAB 4 EFEK PERAWATAN TWIN BLOCK KLAS III

Perawatan maloklusi Klas III dengan Twin Block menghasilkan berbagai perubahan yang signifikan terhadap tercapainya keseimbangan fungsional wajah yang harmonis. 10,11,19,24 Efek tersebut selanjutnya akan lebih dideskripsikan pada kasus- kasus di bawah ini.

4.1 Laporan Kasus Pasien Maloklusi Klas III Skeletal

Seorang gadis berumur 8 tahun 2 bulan, menderita pola maloklusi Klas III skeletal ringan dengan konveksitas maksila mencapai -1 mm disertai oklusi lingual pada keempat insisivus atas. Kedua insisivus lateralis atas linguoversi. Retroklinasi insisivus atas diduga karena terdapat sudut naso-labial yang tumpul. 10 Gambar 15. Oklusi sebelum perawatan. 10 Perawatan pada masa gigi bercampur menghasilkan respon pertumbuhan yang positif. Pada akhir perawatan terjadi perkembangan konveksitas wajah menjadi +5 mm. Lip pads ditambahkan pada Twin Block rahang atas dengan skrup twin sagital Universitas Sumatera Utara untuk memperbaiki reaksi terhadap maksila. Hasilnya, proklinasi dari insisivus meningkat selama perawatan sejauh 6 mm, dari -1 mm menjadi 5 mm. 10 Gambar 16. A. Lengkung rahang atas sebelum perawatan B. Oklusi setelah perawatan C. Lengkung rahang atas setelah perawatan. 10 Perbaikan yang paling menguntungkan pada keseimbangan wajah, sebagian tergantung pada rotasi mandibula yang searah jarum jam disertai dengan rotasi yang signifikan dari sumbu fasial. Hal tersebut merubah sudut sumbu fasial dari 26 o saat sebelum perawatan, menjadi 19 o setelah perawatan, dan 22 o ketika dilakukan follow up 1 tahun 3 bulan kemudian. Perubahan yang sama juga didapatkan pada sudut bidang mandibula. Pergerakan mandibula ke bawah yang terjadi dapat memperbaiki profil wajah. Perawatan dengan menggunakan pesawat Twin Block yang terbalik ini, oklusi lingual terkoreksi setelah 5 bulan dan perawatan selesai setelah 12 bulan. Selanjutnya, perawatan juga diikuti dengan fase retensi hingga 12 bulan. Laporan terakhir menunjukkan keadaan oklusi pasien 1 tahun setelah lepas dari fase retensi, yaitu saat masa transisi pertumbuhan gigi-geligi permanen selesai. 10 A B C Universitas Sumatera Utara Gambar 17. A,B Oklusi saat follow up. 10 Gambar 18. Gambaran sefalometri: 10 A. Sebelum perawatan umur 8 tahun 2 bulan B. Setelah perawatan umur 10 tahun 1 bulan C. Saat follow up umur 11 tahun bulan A B A B C Universitas Sumatera Utara Gambar 19. Perubahan profil pasien saat umur 8 tahun 2 bulan sebelum perawatan, 10 tahun 1 bulan setelah perawatan, dan 11 tahun 4 bulan saat follow up. 10 Tabel 1. ANALISA SEFALOMETRI PADA KASUS MALOKLUSI KLAS III SKELETAL Jenis Pengukuran UMUR tahun 8,2 sebelum perawatan 10,1 sesudah perawatan 11,4 Follow Up Sudut Basis Kranii Sudut Fasial Npog-FH MP-FH Sudut Kraniomandibular Bidang PalatalMaksila Konveksitas I atas : Vertikal I bawah : Vertial I bawah : APo mm LI : GRS-E mm Molar atas : Pt Vertikal 30 26 26 56 -1 -1 5 24 4 8 29 19 34 63 -2 5 13 27 1 -2 6 30 22 29 59 4 14 27 1 -3 7

4.2 Laporan Kasus Pasien Maloklusi Klas III Dental