Gambar 4. Skrup ekspansi tiga arah pada Twin Block Klas III rahang atas.
10
3.2.2 Labial Bow
Pada tahap awal perkembangan pesawat Twin Block Klas III, pesawat rahang bawah selalu digabungkan dengan labial bow. Berdasarkan penelitian, labial bow
cenderung lebih dapat mengoreksi angulasi insisivus selama proses perbaikan fungsional jaringan mulut. Namun, labial bow tidak selalu diperlukan dalam perawatan
kecuali untuk memperbaiki insisivus dengan kasus proklinasi berat. Labial bow tidak boleh diaktifkan terlebih dahulu sampai perbaikan fungsional seluruhnya selesai dan
didapatkan hubungan Klas I pada segmen bukal.
10,19
3.2.3 Retensi Pesawat
Klamer retensi yang sering digunakan pada pesawat ini adalah klamer Adams. Klamer ini merupakan retensi utama yang diletakkan pada molar pertama permanen
rahang atas. Klamer Delta yang dikembangkan oleh Clark 1985 dapat juga digunakan sebagai retensi pesawat Twin Block. Klamer Delta mempunyai prinsip
yang sama dengan klamer Adams, tetapi mempunyai keistimewaan dalam meningkatkan retensi, menghindari kerusakan kawat dan meminimalisir waktu kerja
tiap kontrol. Hal ini disebabkan karena bentuk dari klamer Delta adalah triangle yang tidak mengalami perubahan meskipun pesawat dilepas dan dipasang secara berulang-
Universitas Sumatera Utara
ulang, sehingga memberikan retensi yang lebih stabil serta mengurangi resiko kerusakan kawat. Keuntungan lainnya adalah klamer Delta memberikan retensi yang
sangat baik pada premolar bawah dan cocok digunakan untuk semua gigi posterior pada gigi permanen maupun gigi desidui.
10,17
Gambar 5. Klamer Delta
10
Klamer ball-ended pada interdental dan klamer jari atau klamer C dapat digunakan untuk menambah retensi, serta meningkatkan daya tahan gigi-geligi terhadap gerakan
tipping antero-posterior. Klamer ball-ended biasa ditempatkan di mesial kaninus bawah dan di premolar atas atau pada regio molar desidui untuk memperoleh retensi
interdental pada gigi-geligi yang berdekatan. Klamer C sangat baik digunakan pada masa gigi bercampur, karena dapat dimanfaatkan sebagai pegangan perifer bagi
molar dan kaninus desidui.
10,17
3.2.4 Occlusal Inclined Plane
Occlusal inclined plane merupakan dasar dari mekanisme fungsional gigi- geligi secara alamiah. Cuspal inclined plane memegang peranan penting dalam
menentukan gigi-geligi hingga gigi tersebut mencapai oklusinya.
16
Posisi dan angulasi yang efisien dari occlusal inclined plane sangat berpengaruh dalam
Universitas Sumatera Utara
mengoreksi hubungan lengkung rahang. Koreksi fungsional pada maloklusi Klas III dapat dicapai pada perawatan Twin Block dengan cara membalikkan angulasi inclined
plane. Karena jika dibandingkan dengan pesawat Twin Block Klas II, posisi bite block pada pesawat Twin Block Klas III adalah terbalik. Occlusal block ditempatkan
di seluruh molar desidui atas dan molar pertama permanen bawah. Hal tersebut dapat diusahakan dengan cara memanfaatkan tekanan oklusal sebagai mekanisme
fungsional.
10
Occlusal inclined plane yang bekerja pada angulasi 70
°
, menuntun gigi-geligi rahang atas untuk bergerak ke depan dengan bantuan kekuatan oklusi dan pada saat
yang sama berfungsi untuk membatasi pertumbuhan mandibula ke depan.
10,29
Mekanisme tersebut bertujuan untuk memperbaiki hubungan lengkung rahang dengan cara
memajukan maksila dan mandibula berperan sebagai penjangkar. Pergerakan untuk mengoreksi oklusi lingual didapatkan dengan cara membuka gigitan dan
menempatkan pesawat sehingga kontak yang terjadi hanya pada inclined plane, bukan pada permukaan blocks.
10
Gambar 6. Kontak oklusal hanya pada inclined plane.
10
Universitas Sumatera Utara
3.2.5 Komponen Tambahan