Gambar 19. Perubahan profil pasien saat umur 8 tahun 2 bulan sebelum perawatan, 10 tahun 1 bulan setelah
perawatan, dan 11 tahun 4 bulan saat follow up.
10
Tabel 1. ANALISA SEFALOMETRI PADA KASUS MALOKLUSI KLAS III
SKELETAL
Jenis Pengukuran UMUR tahun
8,2
sebelum perawatan
10,1
sesudah perawatan
11,4
Follow Up
Sudut Basis Kranii Sudut Fasial Npog-FH
MP-FH Sudut Kraniomandibular
Bidang PalatalMaksila Konveksitas
I atas : Vertikal I bawah : Vertial
I bawah : APo mm LI : GRS-E mm
Molar atas : Pt Vertikal 30
26 26
56
-1 -1
5 24
4 8
29 19
34 63
-2 5
13 27
1 -2
6 30
22 29
59
4 14
27 1
-3 7
4.2 Laporan Kasus Pasien Maloklusi Klas III Dental
Gadis berumur 7 tahun 5 bulan menderita maloklusi Klas III dental berat yang terjadi segera setelah erupsi insisivus permanen. Kedua insisivus lateralis atas
bergerak ke lingual dari kedua insisivus sentaralis di sebelahnya, dan terdapat oklusi
Universitas Sumatera Utara
ke lingual pada segmen labial atas yang ditandai dengan overjet terbalik sejauh 3 mm, serta tidak terdapat pergerakan mandibula ke depan saat penutupan. Hubungan
skeletal menunjukkan konveksitas wajah -1 dengan mandibula yang normal dan maksila yang cukup retrusi.
10
Gambar 20. A-C Gambaran oklusi sebelum perawatan.
10
Perawatan Twin Block periode pendek sukses dilakukan dengan cara
membalikkan kecenderungan pertumbuhan yang ada, serta membentuk oklusi Klas I yang tetap bertahan selama 6 tahun setelah seluruh fase perawatan selesai dilakukan,
tanpa dibutuhkan perawatan lanjutan.
10
Gambar 21. A. Oklusi setelah 8 bulan perawatan. B. Oklusi 6 tahun kemudian saat follow up umur 14 tahun 3 bulan.
10
A B
C
A B
Universitas Sumatera Utara
,
Gambar 22. A. Sefalometri sebelum perawatan. B. Sefalometri setelah 5 bulan perawatan. C. Sefalometri saat follow up umur 14 tahun 3 bulan.
10
Gambar 23. Perubahan profil wajah sebelum, setelah perawatan dan saat follow up 6 tahun kemudian.
10
A B
C
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. ANALISA SEFALOMETRI PADA KASUS MAOLKLUSI KLAS III DENTAL
Jenis Pengukuran UMUR tahun
7,5
sebelum perawatan
7,10
sesudah perawatan
14,3
Follow Up
Sudut Basis Kranii Sudut Fasial Npog-FH
MP-FH Sudut Kraniomandibular
Bidang PalatalMaksila Konveksitas
I atas : Vertikal I bawah : Vertial
Sudut Interinsisal I bawah : APo mm
LI : GRS-E mm Molar atas : Pt Vertikal
29 28
27 56
-4 -1
11 26
143 3
-5 8
29 27
27
56 -1
29 26
125 2
-3 10
30 31
21 52
-4 30
18 132
2 -8
20
4.3 Laporan Kasus Pasien Maloklusi Pseudo Klas III
Seorang pasien perempuan berumur 8 tahun dengan keluhan utama yaitu tidak teraturnya gigi-geligi anterior atas dan bawah. Pada pemeriksaaan ekstraoral, tampak
profil wajah cekung dan menunjukkan masalah pertumbuhan maksila yang terhambat Gambar 25 A .
11
Pada pemeriksaan intraoral menunjukkan bahwa pasien dalam masa awal gigi bercampur yang ditandai dengan telah erupsinya insisivus sentralis atas dan bawah
serta molar pertama permanen. Seluruh gigi maksila mulai dari kaninus desidui kanan 53 hingga molar pertama desidui kiri 64 mengalami crossbite dengan molar
pertama desidui rahang bawah pada sisi kanan 84 sampai molar pertama desidui sisi kiri 74, kecuali insisivus lateralis desidui kanan maksila 52 yang sebagian
terkunci. Relasi molar pada kedua sisi rahang berkembang menjadi maloklusi Klas
Universitas Sumatera Utara
III, dimana molar mandibula berada 3 mm di depan dari ujung tonjol buka l molar maksila. Tidak ada riwayat keluarga yang menderita maloklusi Klas III.
11
Pada pemeriksaan dengan RS-OS dan penuntun penutupan mandibula, terlihat adanya pergeseran fungsional. Erupsi gigi 11 berpengaruh terhadap perubahan
fungsional yang terjadi, sehingga menyebabkan oklusi yang prematur pada relasi rahang Gambar 24 A. Pertumbuhan maksila tampak terhambat. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan postural pada mandibula menjadi posisi Klas III Angle. Pada foto sefalogram lateral menunjukkan bahwa titik A masih pada kisaran yang normal.
Sebaliknya, pada titik B sedikit lebih besar dari normal. Berdasarkan penemuan- penemuan tersebut, hasil diagnosa adalah maloklusi pseudo Klas III.
11
Gambar 24. Foto sebelum perawatan menunjukkan terjadinya atrisi yang berat pada gigi-geligi maksila.
11
Tujuan perawatan adalah untuk memperbaiki keadaan terkuncinya gigi di bagian anterior. Karena tidak terdapat hambatan pada pertumbuhan maksila, dan
berdasarkan observasi ternyata mandibula bermasalah pada saat penutupan, maka dibuat keputusan untuk merawat pasien dengan menggunakan pesawat Twin Block
Klas III. Hal tersebut diharapkan dapat memposisikan mandibula ke belakang dan memicu pertumbuhan maksila.
11
Universitas Sumatera Utara
Gambar 25. A. Pergeseran fungsional mandibula. B. Pesawat Twin Block Klas III terlihat secara intaroral.
11
Metode perawatan terdiri dari pembuatan gigitan kerja dari wax dalam posisi retrusi maksimal. Kemudian, bite blocks atas dan bawah dibuat dari bahan heat cured
PMMA, disertai pemakaian klamer-klamer pada molar pertama maksila dan mandibula. Bite blocks dibuat menutupi molar pertama dan kedua desidui atas dan
molar pertama permanen bawah dengan arah inclined plane yang terbalik. Labial bow pasif pada rahang bawah juga ditambahkan yang berguna sebagai retensi. Pasien
diinstruksikan untuk menggunakan pesawat sepanjang hari termasuk saat makan.
11
Adaptasi pasien terhadap pemakaian pesawat saat makan sangat buruk pada dua bulan pertama perawatan. Namun, keadaan tersebut teratasi setelah dilakukan
motivasi dan penyuluhan pada pasien dan orang tua. Membaiknya profil wajah pada saat memakai pesawat juga menjadi salah satu faktor motivasi yang positif.
11
Pesawat diaktifkan setiap tiga minggu sekali dengan menambahkan resin akrilik pada inclined plane bite block.
10,34
Selama dua bulan pemakaian pesawat, pasien telah mampu menghasilkan penutupan yang habitual pada mandibula ke posisi
belakang dan mengoreksi crossbite anterior. Pasien diharuskan untuk melanjutkan A
B
Universitas Sumatera Utara
pemakaian pesawat selama enam bulan berikutnya untuk tujuan retensi. Pada akhir bulan ke-10, diperoleh perubahan pada profil pasien yang signifikan gambar 24 B.
11
Gambar 26. Perubahan profil wajah pasien. A. Profil sebelum perawatan. B. Profil setelah perawatan.
11
Gambar 27. Oklusi setelah dua tahun follow up.
11
Setelah perawatan, analisa sefalometri menunjukkan terjadinya peningkatan
pada SNA sebesar 2
o
, yaitu dari 82
o
menjadi 84
o
dan tidak terdapat perubahan pada sudut SNB. Sudut ANB berubah dari -2
o
sebelum perawatan, menjadi 0
o
pasca perawatan. Meskipun ANB masih 0
o
, namun telah terjadi perbaikan pada profil wajah yang diharapkan akan meningkat lebih jauh lagi sehingga kemudian berpengaruh
A B
Universitas Sumatera Utara
terhadap sudut ANB. Berdasarkan dari efek-efek yang ditimbulkan, maka terlihat pertumbuhan maksila tidak mengalami hambatan. Hal tersebut diikuti perbaikan gigi
anterior yang terkunci serta terjadi perubahan posisi mandibula menjadi normal ke belakang. Pada pembacaan FMA sebelum perawatan dan sesudah perawatan adalah
26
o
dan 27
o
secara berurutan. Pada pemeriksaan intraoral setelah dua tahun kontrol, menunjukkan hubungan overjet dan overbite yang normal.
11
Tabel 3. ANALISA SEFALOMETRI PADA KASUS MALOKLUSI PSEUDO KLAS III
Jenis Pengukuran Sebelum
Perawatan Setelah
Perawatan
SNA SNB
ANB FMA
IMPA Interinsisal
Panjang SN Co-A
Co-Gn Panjang Corpus PTM-Pt. A Perpendicular
Konveksitas wajah 82
o
84
o
-2
o
26
o
86
o
135
o
66,5 mm 69 mm
98 mm 41 mm
-2 mm 84
o
84
o o
27
o
80
o
135
o
67 mm 78 mm
110 mm 45 mm
0 mm
Berdasarkan deskripsi kasus-kasus di atas, tampak jelas bahwa dengan menggunakan pesawat Twin Block Klas III dapat memberikan efek skeletal dan
dental.
10,18,24,29
Hal tersebut dapat terjadi karena pesawat Twin Block menghasilkan kombinasi reaksi pada mandibular-skeletal dan maksilo-dentoalveolar.
21
Perubahan yang tampak selama perawatan adalah terjadinya proklinasi pada insisivus atas dan
retroklinasi pada insisivus bawah. Perawatan juga menyebabkan penurunan sudut SNB dengan meningkatnya vertikal dimensi di bagian anterior wajah.
19,24
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang cepat pada perawakan wajah pasien terlihat secara konsisten selama beberapa bulan pertama perawatan Twin Block. Karakteristik perubahan ini
dapat dilihat dari perkembangan bentuk bibir dan perbaikan harmonisasi wajah yang seimbang.
10,16
Hasil analisa sefalometri mengindikasikan bahwa pesawat Twin Block lebih menunjukkan perubahan yang signifikan pada jaringan lunak jika dibandingkan
dengan hasil perawatan yang menggunakan pesawat fungsional lain.
28
Pada anak- anak yang sedang dalam masa pertumbuhan aktif, otot-otot wajah beradaptasi sangat
cepat terhadap perubahan fungsi oklusal. Hal tersebut sangat menguntungkan karena pasien sudah merasakan manfaatnya sejak pesawat pertama kali dipakai.
10,16
Bentuk bibir yang kompeten selalu diperoleh dari fungsi normal pesawat Twin Block tanpa diperlukan lagi latihan bibir. Apabila overjet atau crossbite telah
dihilangkan dengan memakai pesawat tetap pada mulutnya pada waktu makan dan minum, maka pasien akan dengan mudah mengadaptasikan bibirnya. Hal tersebut
sangat membantu untuk mendapatkan posisi bibir yang kompeten, sehingga secara fungsional dapat mencegah makanan dan cairan keluar dari mulut.
16
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN