26
d. Return On Equity ROE
d. Aktivitas
Rasio Aktivitas digunakan untuk mengetahui aktivitas aktiva pada tingkat kegiatan tertentu. Rasio Aktivitas ini meliputi:
a. Perputaran Piutang
b. Perputaran Persediaan
c. Perputaran Aktiva Tetap
d. Perputaran Total Aktiva
e. Pasar
Rasio Pasar digunakan untuk mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Rasio pasar ini meliputi:
a. Price Earning Ratio PER
b. Dividend Yield
c. Dividend Payout Ratio DPR
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 96KepM.KUKMIX2004 tentang
Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi pasal 33 mengenai Pengukuran kinerja KSPUSP
Koperasi sebagimana dimaksud dalam pasal 28 menyebutkan bahwa analisis rasio yang digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan pada koperasi meliputi rasio
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Berdasarkan pernyataan tersebut, diantara ke lima analisis rasio yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan pada
27
perusahaan Munawir : 2002, tiga diantaranya dapat diterapkan dalam menganalisis kinerja keuangan koperasi. Ketiga rasio tersebut meliputi:
1. Likuiditas
Rasio likuiditas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi: a.
Current Ratio Rasio Lancar Current Ratio merupakan perbandingan antara jumlah
aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada sekian kalinya
hutang jangka pendek. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutangnya yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Aktiva Lancar
Current Ratio = X 100
Hutang Lancar b.
Cash Ratio Cash Ratio menunjukkan hubungan antara perbandingan kas dan setara
kas dengan hutang lancer yang dimiliki oleh koperasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan kas yang sesungguhnya untuk
memenuhi hutang-hutangnya tepat pada waktunya. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan kas yang dimilikinya. Kas + Bank
Cash Ratio = X 100
Hutang
28
2. Solvabilitas
Rasio solvabilitas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi: a.
Rasio Total Hutang terhadap Total Asset DTAR Rasio Total Hutang terhadap Total Asset Total Debt to Total Asset
Ratio membandingkan jumlah total utang dengan total aktiva yang dimiliki koperasi. Dari rasio ini, dapat digunakan untuk mengetahui
beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Biasanya para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin
rendah rasio utang koperasi yang diberi kredit akan semakin besar tingkat keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi.
Pada rasio ini membandingkan jumlah toal hutang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan.
Total Hutang DTAR =
X 100 Total Aktiva
b. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Ekuitas DER
Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Ekuitas Long tern Debt to Equity Ratio membandingkan antara utang jangka panjang dan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan berapa bagian modal yang menjadi jaminan utang jangka panjang. Dengan kata lain, rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan modal untuk menutup utang jangka panjang. Semakin rendah rasio ini akan semakin aman bagi kreditur
jangka panjang. Pada rasio ini membandingkan hutang jangka panjang dan modal sendiri.
29
Hutang Jangka Panjang DER =
X100 Modal Sendiri
3. Rentabilitas
Rasio rentabilitas yang dapat digunakan pada koperasi meliputi: a.
Return Of Investment ROI Return On Investment adalah salah satu bentuk dari rasio rentabilitas
yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan koperasi dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasinya koperasi untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha SHU. Dengan demikian rasio ini menghubungkan Sisa Hasil Usaha yang diperoleh
dengan jumlah investasi atai aktiva yang digunakan untuk beroperasi. Return On Investment sering disebut juga sebagai Rentabilitas Ekonomi.
Membandingkan laba setelah bunga dan pajak dengan jumlah aktiva yang bekerja. Jenis rasio ini dalam koperasi sering disebut juga dengan
Rentabilitas Ekonomi. Sisa Hasil Usaha Setelah Zakat
ROI = X 100
Total Aktiva b.
Return On Equity ROE Return On Equity adalah rasio yang membandingkan antara Sisa Hasil
Usaha dan jumlah modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal dalam menghasilkan Sisa Hasil Usaha. Return On Equity disebut
juga dengan istilah Rentabilitas Modal Sendiri.
30
Membandingkan antara laba bersih laba setelah bunga dan pajak dan jumlah modal pemilik. Dalam perkoperasian jenis rasio ini disebut juga
dengan Rentabilitas Modal Sendiri. Sisa Hasil Usaha Setelah Zakat
ROE = X 100
Modal Sendiri
3. Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Menurut Irham Fahmi 2010, manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakan rasio keuangan, adalah:
1 Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat
menilai kinerja dan prestasi perusahaan. 2
Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.
3 Analsisi rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi
kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. 4
Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor, dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi,
dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.
5 Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak
stakeholder organisasi.
31
C. Linkage Program
1. Pengertian Linkage Program
Linkage Program merupakan kerjasama yang dilaksanakan bank umum kepada Lembaga Keuangan Mikro LKM dalam bentuk pembiayaan
sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan Usaha Mikro dan Kecil UMK.
8
Pada tahun 2004 Arsitektur Perbankan Indonesia API mengeluarkan generic model linkage program yang berisi mengenai aturan-aturan pelaksanaan
linkage program antara bank umum dan Lembaga Keuangan Mikro, sehingga penerapan linkage program semakin jelas dan terarah. Salah satu aturannya
adalah ditetapkannya tiga skim dalam melaksanakan linkage program, yaitu executing, channeling dan joint financing.
Dalam pola Executing, Bank Konvensional atau Bank Syariah memberikan pembiayaan kepada LKM untuk diteruskan kepada UMK. LKM
diberikan kewenangan untuk memutuskan calon mitra yang akan mendapat fasilitas pembiayaan dan sebagai konsekuensinya risiko juga ditanggung oleh
pihak BPR, dan untuk pencatatan di bank umum sebagai pembiayaan ke LKM.
9
Untuk Bank Syariah yang melaksanakan linkage program dengan LKM digunakan akad mudharabah,
10
dengan landasan hukum: Artinya: “Bahwasanya Nabi SAW, bersabda: Ada tiga hal yang
mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah mudharabah, dan mencampur gandung dengan jewawut untuk
8
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009, h. 307.
9
Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program Antara BUSUUD dan BPRS, t.t.: Bank Indonesia, t.th, h.15
10
Ibid.
32
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual .” HR. Ibnu Majah dari
Shuhaib.
11
Sedangkan akad yang digunakan antara LKM dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK:
Gambar 2.1. Pola Executing Linkage Program
Dalam pola channeling, Bank Konvensional atau Bank Syariah memberikan pembiayaan secara langsung kepada UMK sebagai end user
melalui LKM yang bertindak sebagai wakil dari bank tersebut. Dalam pola ini risiko ditanggung oleh bank sehingga LKM tidak memiliki kewenangan
memutus pembiayaan kecuali setelah mendapatkan surat kuasa dari bank umum dan pencatatan di bank umum sebagai pembiayaan ke UMK
sedangkan di LKM dicatat pada off balance sheet.
12
Pada bank syariah akad yang digunakan antara bank syariah dan LKM adalah wakalah,
13
dengan landasan hukum:
Artinya: “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang
diantara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada disini?.
11
A. Hassan, Tarjamah Bulughul Hajar Al-Asqalani, Bandung: CV: Penerbit Diponegoro, 2006, h. 400.
12
Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program Antara BUSUUD dan BPRS, t.t.: Bank Indonesia, t.th, h.15.
13
Ibid.
Bank Umum LKM
UMK