Cara menyimpan ASI Kontraindikasi Pemberian ASI Kerangka Konsep Penelitian

b. Perut bayi menempel ke tubuh ibu c. Mulut bayi berada di depan puting ibu d. Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu , jangan berada diantara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang diatas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu. e. Telinga dan lengan yang diatas berada dalam satu garis lurus. 5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi. 6. Cek apakah perlekatan sudah benar a. Dagu menempel ke payudara ibu b. Mulut terbuka lebar c. Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi. d. Bibir bayi terlipat keluar e. Pipi bayi tidak boleh kempot karena tidak menghisap, tetapi memerah ASI f. Ibu tidak kesakitan g. Bayi tenang

2.5. Cara menyimpan ASI

Menurut Suradi 2008 dalam IDAI 2008, cara menyimpan ASI yang diperah adalah sebagai berikut: 1. ASI yang telah diperah dan belum diberikan dalam waktu 30 menit, sebaiknya disimpan dalam lemari es. 2. ASI dapat disimpan selama 24-48 jam dalam lemari es dengan menggunakan kontainer yang bersih, misalnya plastik. 3. ASI yang diperah harus tetap dingin terutama selama dibawa transportasi. 4. ASI yang tidak digunakan selama 48 jam, sebaiknya didinginkan di freezer dan dapat disimpan selama 3 bulan. Universitas Sumatera Utara 5. sebaiknya diberi label tanggal pada ASI yang diperah, sehingga bila akan digunakan, ASI yang awal disimpan digunakan terlebih dahulu. 6. Jangan memanaskan ASI dengan direbus, cukup direndam dalam air hangat. Juga jangan mencairkan ASI beku langsung dengan pemanasan, pindahkan dahulu ke lemari es pendingin agar mencair baru dihangatkan.

2.6. Kendala Pemberian ASI eksklusif :

Menurut Partiwi 2008 dalam IDAI 2008, beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu melakukan konsultasi ke Klinik Laktasi, yaitu:

2.6.1. Produksi ASI kurang

Ibu merasa ASI nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya ibunya yang kurang yakin dapat memproduksi ASI yang cukup. Payudara makin sering dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan produksi ASI makin bertambah banyak. Ada dua hal yang dapat diyakini sebagai tanda ASI kurang, yaitu: a. Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300 gram. dalam 1 minggu pertama kelahiran berat badan bayi masih boleh turun sampai 10 dan dalam kurun waktu 2 minggu sudah kembali ke berat badan semula, sedangkan pada bulan kedua sampai bulan keenam kurang dari 500 gram per bulan, atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2 bulan. b. Bayi mengeluarkan urine air seni yang pekat, baunya tajammenyengat, dengan kekerapan kurang dari 6 kali per hari. Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi dan diperbaiki sebagai penyebab berkurangnya ASI, yaitu: 1. Faktor menyusui Hal –hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah: a. Tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini b. Menjadwalkan pemberian ASI Universitas Sumatera Utara c. Memberikan minuman prelaktal bayi diberi minum sebelum ASI keluar, apalagi memberikannya dengan botoldot d. Kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu e. Tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui 2. Faktor psikologis ibu Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi ASI nya berkurang. Stress, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar. 3. Faktor fisik ibu Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI. Khusus untuk ibu menyusui yang sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak boleh menyusui. Ibu yang sedang mengkonsumsi obat antikanker atau mendapat penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan untuk menyusui. Sedangkan, ibu penderita HIV memerlukan pendekatan khusus. 4. Faktor bayi Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan.

2.6.2. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar

Ibu sering kurang memahami tata laktasi yang benar, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya. Bila bayi terpisah dengan ibu untuk sementara waktu, ibu memerah ASI nya dan diberikan kepada bayinya dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya tidak menggunakan dot, karena dapat mempersulit bayi bila kembali menyusu bingung Universitas Sumatera Utara puting. Untuk mengurangi kemungkinan ibu belum memahami tatalaksana laktasi yang benar, pada saat usia kehamilan lebih dari 32 minggu ibu perlu melakukan konsultasi ke klinik laktasi untuk melakukan persiapan pemberian ASI eksklusif.

2.6.3. Ibu ingin melakukan relaktasi

Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama, produksi ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi dapat menyusu dari ibu kembali, dapat digunakan alat yang disebut ‘suplementer’. Suplementer menyusui adalah alat yang digunakan sebagai suplemen kepada bayi saat bayi menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Suplementer berupa cangkir dan slang plastik. Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah karena mendapat susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang kembali untuk memproduksi ASI.

2.6.4. Bayi sudah terlanjur mendapat prelakteal feeding

Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut mungkin menyebakan reaksi intoleransi atau alergi.

2.6.5. Kelainan Ibu

Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah sebagai berikut: 1. Puting lecetputing luka Penyebab paling utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara, sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting. Universitas Sumatera Utara Yang pertama dan utama diperhatikan adalah posisi bayi saat menyusu dan perlekatannya. Puting yang retak, luka juga dapat disertai jamur Kandidiasis. Mulut bayi sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang dapat mengganggu proses menyusu atau adakah ikatan di bawah lidah yang membuat lidah tidak dapat menjulur keluar tongue tie. 2. Payudara penuh danatau bengkak Ibu sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak, penuh dan terasa nyeri. Biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir dimana proses menyusu masih belum mantap. Payudara penuh berbeda dengan payudara bengkak. Payudara penuh: a. Terjadi beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah mulai diproduksi b. Payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat mengalir keluar c. Ibu tidak merasa demam. Payudara bengkak engorgement: a. Payudara tampak merah, mengkilat, dan sangat nyeri b. Terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe c. Sekresi ASI sudah mulai banyak d. ASI tidak dikeluarkan sempurna Payudara bengkak dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan bayi tanpa jadwal dan jangan memberi minuman lain pada bayi. Lakukan masase dan keluarkan ASI. 3. Mastitis dan abses Mastitis merupakan reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara. Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau Universitas Sumatera Utara hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompresminum obat pengurang rasa sakit. Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat. ASI tetap dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses, dan kompres minum obat pengurang rasa sakit.

2.6.6. Ibu hamil saat masih menyusui

Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu jarang hamil lagi selama menyusui. Akan tetapi seandainya ibu hamil lagi saat masih menyusui, maka dianjurkan: 1. Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal. 2. Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan utama. 3. Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih.

2.6.7. Ibu bekerja

Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja: 1. siapkan pengasuh bayi nenek, kakek, anggota keluarga lain, pembatu, baby sitter sebelum ibu mulai bekerja kembali. 2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan tambahan apabila ibu mulai bekerja. Universitas Sumatera Utara 3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir. 4. Hindari pemakaian dot empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi ‘bingung puting”. 5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari. 6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. 7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan merendamnya dengan air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. 8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam.

2.6.8. Kelainan bayi

Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin akan mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusu.

2.7. Kontraindikasi Pemberian ASI

Menurut Lawrence 2005 dalam buku Prawirohardjo 2008, beberapa kontraindikasi pemberian ASI yaitu: a. Bayi yang menderita galaktosemia. Dalam hal ini bayi tidak mempunyai enzim galaktase sehingga galaktosa tidak dapat dipecah. Bayi demikian tidak boleh meminum susu formula. b. Ibu dengan HIVAIDS yang dapat memberikan PASI yang memenuhi syarat AFASS. Universitas Sumatera Utara c. Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagal jantung. d. Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obatan tertentu antikanker. e. Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat-obat radioaktif perlu menghentikan pemberian ASI kepada bayinya selama 5x waktu paruh obat. Setelah itu, bayi boleh menyusu lagi. Sementara itu, ASI tetap diperah dan dibuang agar tidak mengurangi produksi. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional