Dalam pasal 1243 BW ada maksud in gebreke lalai dari debitur terlebih dahulu, baru dapat dinyatakan ada wanprestasi. Menurut H.R
tanggal 29 Januari 1915 No. 485 Tahun 1915, dianggap sebagai suatu pemberitahuan dari krediteur kepada debitur, bahwa ia mengharapkan
segera dipenuhinya perikatan yang dibuatnya.
22
Adapun wanprestasi dapat berupa: 1. Salah satu pihak dalam perjanjian yang bersangkutan tidak
melaksanakan atau tidak melakukan apa yang disanggupi atau yang telah diperjanjikan;
2. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat; 3. Melaksanakan apa yang diperjanjikan tetapi tidak sebagaimana yang
diperjanjikan; 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian yang tidak boleh
dilakukan.
23
Secara umum akibat bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi dapat dikenakan hukuman atau sanksi hukum, yaitu:
1. Debitur diwajibkan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur Pasal 1234 KUH Perdata;
2. Apabila perjanjian itu timbal balik, kreditur dapat menuntut pemutusan pembatalan melalui hakim Pasal 1266 KUH Perdata;
3. Dalam ikatan untuk memberikan sesuatu, risiko beralih kepada debitur sejak terjadi cidera janji Pasal 1237 KUH Perdata;
4. Debitur diwajibkan memenuhi perjanjian jika masih dapat dilakukan, atau pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian Pasal 1267
KUH Perdata;
d. Berakhirnya perjanjian
Suatu perjanjian pada umumnya berakhir apabila tujuan perjanjian tersebut telah tercapai. Masing-masing pihak telah saling memenuhi
22
R.Soetojo Prawirohamijoyo, Marthalena Pohan, loc.cit. hal .29.
23
R.Subekti, op.cit., hal. 33.
prestasi yang telah diperjanjikan sebagaimana yang mereka kehendaki dalam mengadakan perjanjian tersebut. Mengenai berakhirnya suatu
perjanjian Abdul Kadir Muhammad memberikan uraian sebagai berikut:
1. Penghentian dengan persetujuan ; cara ini terdapat tiga bentuk yaitu: a
Dalam perjanjian aslinya para pihak boleh membuat ketentuan cara menghentikan perjanjian, b Berakhirnya tidak karena perjanjian semula
tetapi karena alasan baru diluar perjanjian, misalnya harus ada prestasinya consideration, c Akhirnya satu pihak dapat membebaskan pihak lainnya
secara sepihak, tanpa prestasi, tetapi hanya jika ia melakukan itu dengan akta deed.
2. Penghentian karena halangan, misalnya karena force majeur = overmacht.
Hal itu akan membawa dampak: a. Ketidakmungkinan secara fisik, b. Keadaan melawan hukum, c. Dasar perjanjian itu hapus, d. Halangan bagi
tujuan komersial perjanjian.
3. Pembatasan gugatan, hal ini karena:
a. Sesuatu jangka waktu tertentu.
b. Hukum melarang menggunakan suatu upaya hukum. c.
Undang-undang menentukan jangka waktu umum dalam mana suatu gugatan harus diajukan ketentuan-ketentuan tersebut adalah
sebagai berikut: Gugatan berdasarkan perjanjian biasa dapat diajukan dalam
jangka waktu enam tahun sejak tanggal terjadinya alasan gugatan itu.
Apabila perjanjian itu dibuat dengan akta, gugatan dapat diajukan dalam jangka waktu 12 tahun sejak tanggal terjadinya
alasan gugatan itu. Gugatan untuk memperoleh kembali tanah dapat diajukan
dalam jangka waktu 12 tahun sejak tanggal terjadinya gugatan. Hubungan perjanjian.
24
Ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, perjanjian persetujuan akad pembiayaan dibuat secara kontraktual berdasarkan pinjam – meminjam yang diatur dalam Buku III Bab 13 KUH
Perdata. Oleh karena itu ketentuan mengenai berakhirnya perikatan Pasal 1381 KUH Perdata berlaku juga dalam perjanjian pembiayaan.
2. Konsep Perikatan Akad Islam
a. Perikatan Aqad
24
Abdul Kadir Muhammad, op.cit., hal 169-176.