bahwa perjanjian yang difahami dari pasal 1313 KUHPerdata adalah perbuatan hukum, dimana dua orang atau lebih yang saling mengikatkan
diri itu ingin menciptakan perikatan.
15
R. Subekti memberikan definisi perjanjian adalah “Suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”.
16
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perjanjian ialah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum sesuai peraturan atau kaidah yang mengikat mereka untuk ditaati dan dijalankan. Kesepakatan
antara para pihak tersebut mengikat menjadi hukum baku yang akan menimbulkan suatu hak dan kewajiban, jika dilanggar akan ada akibat
hukumnya dengan dikenai sanksi.
b. Syarat Sahnya Perjanjian.
Suatu perjanjian dinyatakan sah dan mempunyai akibat hukum apabila perjanjian tersebut memenuhi syarat sahnya perjanjian yang
ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: 1. Adanya perizinan sebagai kata sepakat secara suka rela dari kedua
belah pihak yang membuat persetujuan toestemming. 2. Kecakapan atau kedewasaan bekwaamheid pada diri yang
membuat persetujuan. 3. Harus mengenai pokok atau obyek yang tertentu bepaalde
onderwerp .
4. Dasar alasan atau sebab musabab yang diperbolehkan geoorloofde oorzaak
.
17
15
Loc-cit,.
16
R. Subekti, 1982, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hal: 122.
17
Yahya Harahap, ibid., hal: 24.
Untuk dapat mengetahui terjadinya perjanjian terdapat beberapa teori antara lain:
1. Teori saat melahirkan kemauan Uitings Theorie. Menurut teori ini perjanjian terjadi apabila atas penawaran telah dilahirkan kemauan
menerimanya dari pihak lain. Kemauan ini dapat dikatakan telah dilahirkan pada waktu pihak lain mulai menulis surat penerimaan.
2. Teori saat mengirim surat penerimaan Verzen Theori. Menurut teori ini perjanjian terjadi pada saat penerimaan dikirim kepada si
penawar. 3. Teori saat penerimaan surat penerimaan Onvangs theori. Menurut
teori ini perjanjian pada saat menerima surat penerimaansampai di alamat si penawar.
4. Teori saat mengetahui surat penerimaan Vermings Theori. Menurut teori ini perjanjian baru terjadi, apabila si penawar telah
membuka dan membaca surat penerimaan itu.
18
c. Wanprestasi dan Akibatnya
Wanprestasi berasal dari kata wanprestatie artinya adalah
ketiadaan pertunaian, tidak memenuhi.
19
Menurut Yahya Harahap “Membicarakan wanprestasi tidak dapat terlepas dari masalah pernyataan
lalai ingebrekke stelling dan kelalaian verzuim, sehingga wanprestasi dapat diartikan pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya
atau dilakukan tidak menurut selayaknya.”
20
Wanprestasi merupakan akibat dari pelanggaran perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak,
setidaknya Abdul Kadir Muhammad memberikan gambaran bahwa akibat pelanggaran perjanjian sebagai berikut:
1. Setiap pelanggaran perjanjian akan memberikan hak kepada pihak yang
dirugikan untuk memperoleh ganti rugi. 2.
Jika pelanggaran cukup berat, juga akan memeberikan hak kepada yang dirugikan untuk menghentikan perjanjian dan mengakhirinya dan sekali
gus mengajukan gugatan.
21 18
Wiryono Projodikoro, 2000, Azas-azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju,Bandung, hal:29.
19
Kamus Hukum edisi lengkap, 1997, Pustaka Tinta Mas ,Surabaya, hal: 466.
20
Yahya Harahap, op.cit., hal: 60.
21
Abdul Kadir Muhammad, 1986, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung hal: 159.
Dalam pasal 1243 BW ada maksud in gebreke lalai dari debitur terlebih dahulu, baru dapat dinyatakan ada wanprestasi. Menurut H.R
tanggal 29 Januari 1915 No. 485 Tahun 1915, dianggap sebagai suatu pemberitahuan dari krediteur kepada debitur, bahwa ia mengharapkan
segera dipenuhinya perikatan yang dibuatnya.
22
Adapun wanprestasi dapat berupa: 1. Salah satu pihak dalam perjanjian yang bersangkutan tidak
melaksanakan atau tidak melakukan apa yang disanggupi atau yang telah diperjanjikan;
2. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat; 3. Melaksanakan apa yang diperjanjikan tetapi tidak sebagaimana yang
diperjanjikan; 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian yang tidak boleh
dilakukan.
23
Secara umum akibat bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi dapat dikenakan hukuman atau sanksi hukum, yaitu:
1. Debitur diwajibkan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur Pasal 1234 KUH Perdata;
2. Apabila perjanjian itu timbal balik, kreditur dapat menuntut pemutusan pembatalan melalui hakim Pasal 1266 KUH Perdata;
3. Dalam ikatan untuk memberikan sesuatu, risiko beralih kepada debitur sejak terjadi cidera janji Pasal 1237 KUH Perdata;
4. Debitur diwajibkan memenuhi perjanjian jika masih dapat dilakukan, atau pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian Pasal 1267
KUH Perdata;
d. Berakhirnya perjanjian