9
2.1.3 Tintin Marakkup
Adat Tintin Marakkup atau titi marakkup yang disebut dengan Titi, hite, jembatan Sitompul, 2009:59. Pada upacara Tintin Marakkup dalam pesta perkawinan Batak
Toba, terdapat kedua belah pihak pengantin yang selalu memberikan sejumlah uang terhadap paman mempelai laki-laki. Tintin Marakkup berasal dari kata “Terintin
Marakkup”. Dalam adat masyarakat Batak Toba, laki-laki yang akan menikah selalu lebih dahulu manulang tulang menyulang paman untuk memohon doa restu.
Pada acara ini biasanya paman memberikan poda nasehat dan memberikan ulos holongpasu-pasu atau berkat, dan juga memberikan amplop berisi uang sebagai tumpak
patujolo pada pernikahnnya kelak.
2.1.4 Masyarakat Batak Toba
Pada umumnya masyarakat Batak Toba yang tinggal di provinsi Sumatera Utara dan khususnya di daerah Toba tersebut di bagi empat Kabupaten yaitu : Kabupaten
Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Samosir. Dengan letak geografis 1
30 -2
40 Lintang Utara dan 98 -100
Bujur Timur. Masyarakat Batak Toba sangat erat hubungannya antara satu dengan yang
lainnya, dimana masyarakat tersebut saling menghormati satu sama lain yang diikat oleh Dalihan Na Tolu yaitu tiga tiang tungku. Yang termasuk Dalihan Na Tolu antara lain:
Hula-hula, Dongan Tubu, dan Boru. Hula-hula adalah pihak keluarga dari istri. Hula-hula ini menempati posisi yang
paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak semua sub suku batak.
10
Sehingga kepada semua orang batak dipesankan harus hormat kepada Hula-hula somba marhula-hula.
Dongan tubu disebut juga dengan sabutuha yang artinya saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang
berdekatan, saling menopang, walaupun karena dekatnya terkadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air
yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun, demikian kepada semua orang batak berbudaya Batak dipesankan harus bijaksana kepada saudara
semarga. Disebut, manat mardongan tubu. Boru adalah pihak keluarga yang mengambil istri dari suatu marga keluarga
lain. Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai parhobas atau pelayan baik dalam pergaulan sehari-hari maupun terutama dalam setiap upacara adat. Walaupun, berfungsi
sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, yang diistilahkan elek marboru.
Di manapun dua orang Batak bertemu di daerah perantauan. Orang Batak bila bertemu di daerah perantauan, mereka merasa seolah-olah berkerabat meskipun belum
berkenalan sebelumnya. Dalam perkenalan itu apabila keduanya mempunyai marga yang sama maka hubungan itu bertumbuh dekat bagi masyarakat Batak Toba. Marga adalah
simbol atau identitas masyarakat Batak Toba.
2.2 Landasan Teori