Makna Antropolinguistik Landasan Teori

11

2.2.1 Makna

Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti Bolinger dalam Aminuddin,1981:108. Makna adalah arti yang tersimpul dari suatu kata. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, maka peristiwa atau keadaan tertentu tidak bisa memperoleh makna dari kata itu Tjiptada, 1984:19. Mansoer Pateda 2001:79 mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata- kata dan istilah yang membingungkan, makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna, yakni makna donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal. Dari batasan pengertian tersebut dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yakni : 1. Makna adalah hasil hubungan bahasa dengan dunia luar 2. Penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai 3. Perwujutan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti. Dengan mempelajari suatu makna pada hakikatnya mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahwa dapat saling mengerti. Tanpa adanya makna tuturan ini tidak akan berfungsi apa-apa dalam sebuah percakapan atau komunikasih. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering tidak berkata terus terang dalam menyampaikan maksudnya, bahkan hanya menggunakan isyarat tertentu. Untuk itu, orang sering menggunakan ungkapan. Pateda 2001:230 menggolongkan makna ungkapan itu menjadi empat yaitu : 1 mengharapkan sesuatu, 2 mengejek, 3 membandingkan, dan 4 menasehati. Keempat makna peribahasa dan ungkapan di atas 12 tidak diucapkan secara terus terang, melainkan dengan menggunakan kata-kata khusus. Oleh sebab itu, orang harus tanggap menemukan makna tersirat di dalamnya.

2.2.2 Antropolinguistik

Sibarani 2004:50 mengatakan bahwa antropolinguistik secara garis besar membicarakan dua tugas utama yakni 1 mempelajari kebudayaan dari sudut bahasa dan 2 mempelajari bahasa dalam konteks kebudayaan. Antropolinguistik juga mempelajari unsur-unsur budaya yang terkandung dalam pola-pola bahasa yang dimiliki oleh penuturnya, serta mengkaji bahasa dalam hubungannya dengan budaya penuturnya secara menyeluruh. Bahasa dan budaya memiliki hubungan yang sengat erat, saling mempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan. Yang paling mendasari hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa harus dipelajari dalam konteks kebudayaan, dan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa Sibarani, 2004:51. Dengan kata lain, antropolinguistik mempelajari kebudayaan dari sumber-sumber bahasa, dan juga sebaliknya mempelajari bahasa yang dikaitkan dengan budaya. Harafiah 2005:61 juga mengatakan bahwa antropolinguistik menganggap bahwa factor budaya tidak bisa ditinggalkan dalam penelitian bahasa. Bahasa merupakan fakta yang harus dipertimbangkan dalam kajian budaya dalam kehidupan manusia. Inti masalah dalam kajian antropolinguistik adalah sistem kepercayaan, nilai, moral, tingkah laku, dan pandangan atau unsur-unsur yang mencorakkan budaya suatu kumpulan masyarakat. 13

2.2.3 Nilai-Nilai Budaya