terdapat waktu tunda antara pasang surut hasil observasi lapang dengan pasang surut hasil model selama waktu tersebut.
4.2 Hasil Pemodelan Hidrodinamika
Pola arus hasil model hidrodinamika 2 dimensi yang digunakan untuk awal model tumpahan minyak Gambar 15 menunjukan bahwa elevasi permukaan
laut tertinggi berada pada kisaran 0.3 meter diatas rata-rata tinggi permukaan laut yang terletak pada selat sunda, sedangkan elevasi terendah berada pada kisaran
0.3 meter dibawah rata-rata tinggi permukaan laut yang terletak pada perairan bagian Timur Sumatera. Hasil model hidrodinamika menunjukan kecepatan arus
tertinggi pada hasil model hidrodinamika tanggal 15 September 2008 sebesar 1.54 mdet dengan kecepatan rata-rata arus sebesar 0.08 mdet. Pola arus hasil model
hidrodinamika ketika terjadi tumpahan minyak Gambar 10 menguat pada wilayah kanan model dan melemah pada bagian kiri model, hal ini dikarenakan
elevasi batas terbuka pada bagian Timur berada pada elevasi tertinggi terjadi pasang sedangkan pada batas terbuka bagian Utara berada pada kondisi surut.
Elevasi pada syarat terbuka model bagian Barat menuju pasang sehingga arus akan bergerak dari batas terbuka model menuju ke dalam wilayah model, hal
ini menyebabkan daerah tersebut memiliki elevasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain pada model. Kecepatan angin pada saat model berlangsung
adalah 1.62 mdet yang berasal dari arah Timur, namun pengaruh angin tidak terlalu mendominasi pada model tersebut. Bagian Timur wilayah model memiliki
elevasi tertinggi pada kisaran 0.3 m diatas MSL Mean Sea Level sedangkan pada
Gambar 10. Pola arus hasil model hidrodinamika saat terjadi tumpahan minyak perairan lain khususnya di Barat Laut pulau Jawa memiliki elevasi dengan kisaran
0.2 m dibawah MSL Mean Sea Level. Tanggal 18 September 2008 pukul 17:59 relatif pada meridian Greenwich
dengan kecepatan angin pada model hidrodinamika adalah 5.17 mdet yang berasal dari arah Tenggara Gambar 11a dan Elevasi pada syarat terbuka di
bagian Timur untuk masukan data model lebih tinggi dibandingkan dengan elevasi yang lainnya sehingga daerah tersebut memiliki pola arus yang kuat
dengan elevasi tertinggi pada hasil model hidrodinamika. Arus maksimum pada hasil model hidrodinamika sebesar 0.36 mdet dengan kisaran arus rata-rata
sebesar 0.12 mdet Gambar 16a. Pola arus hasil model hidrodinamika 2 dimensi pada saat terjadi pasang di batas terbuka bagian Utara terjadi tanggal 19
September 2008 pukul 06:59 Gambar 16b. Pola arus tersebut sebagian mengarah ke Tenggara dan sebagian mengarah ke Barat. Pola arus tersebut
dikarenakan terdapat perbedaan antara waktu pasang di beberapa batas terbuka. Elevasi pada syarat terbuka di Utara untuk masukan model menunjukan kondisi
pasang sehingga terjadi pergerakan arus yang menuju pantai. Elevasi pada syarat
a b
c d
Gambar 11. Pola arus hasil model hidrodinamika saat menjelang pasang a, pasang b, menjelang surut c, dan surut d pada syarat batas
terbuka di Utara
batas terbuka di Barat menunjukan kondisi yang sama yaitu menuju pasang sehingga arah arus bergerak ke domain model. Arus dengan kecepatan yang kecil
ditemuka n pada daerah yang dekat dengan syarat batas terbuka di bagian Timur, hal tersebut dikarenakan kondisi elevasi pada batas terbuka menuju surut sehingga
terjadi pembalikan arah arus yang dapat mengakibatkan arus pada wilayah tersebut melemah. Kecepatan arus maksimal Gambar 11b adalah 0.35 mdet
degan kecepatan arus rata-rata adalah 0.14 mdet Pola arus hasil model hidrodinamika pada kondisi menjelang surut pada
elevasi batas terbuka di bagian Utara dan Timur, sedangkan elevasi pada batas terbuka di bagian Barat pada saat surut Gambar 11c. Akibat adanya pengaruh
elevasi pada batas terbuka di bagian Utara dan bagian Timur yang menuju surut, maka pola arus mengikut i perubahan tersebut dengan adanya pengurangan
kecepatan dan perubahan arah arus di beberapa wilayah. Kecepatan rata-rata pada kondisi menjelang surut sebesar 0.09 mdet dan lebih kecil jika dibandingkan pada
saat terjadi surut Gambar 11d dengan rata-rata kecepatan arus sebesar 0.17 mdet. Pola arus hasil model hidrodinamika pada saat menjelang surut dan pada
saat surut berbeda, perbedaan tersebut dikarenakan elevasi masukan pada model memiliki ketinggian yang bebeda.
Pola arus hasil model hidrodinamika pada saat surut pada kondisi syarat batas Utara dan Timur menuju pasang pada batas terbuka bagian Barat Gambar
11d, Perbedaan tersebut menyebabkan perubahan pola arus di beberapa wilayah. Pola arus pada batas terbuka di bagian Barat menuju ke arah Timur Laut dengan
kecepatan maksimum berada di Kepulauan Seribu, pola arus pada batas terbuka di bagian Utara menuju ke luar domain model Utara, dan pola arus pada batas
terbuka di bagian Timur menuju ke arah Timur. Pola arus tersebut berhubungan dengan elevasi pada batas terbuka dan data penggerak lain seperti angin pada
masukan model lainnya. Perbedaan antara pola arus hasil model hidrodinamika pada saat pasang dan pada saat surut terletak pada arah dan kecepatan arusnya.
Pola arus pada saat pasang maksimum floow menuju ke garis pantai dengan kecepatan lebih besar daripada saat surut, sedangkan pola arus pada saat surut
maksimum ebb menjauhi garis pantai. Pola arus pada hasil model hidrodinamika pada bulan September 2008
menunjukan pengaruh yang dominan adalah gaya masukan dari pasang surut laut pada masing-masing batas terbuka. Arus akan mengalami peningkatan kecepatan
pada saat menjelang pasang dan akan maksimal saat pasang, hal ini juga terjadi pada saat kondisi surut. Arus akan melemah ketika terjadi pembalikan kondisi
elevasi dari pasang ke surut atau sebaliknya dari surut ke pasang. Hal ini dikarenakan tidak ada gaya pembangkit yang searah dengan gaya sebelumnya.
Arus akan menuju domain model dan berakhir di garis pantai ketika terjadi pasang dan akan menuju keluar dari domain model ketika terjadi surut. Arus laut juga
dipengaruhi oleh kedalaman perairan masukan model yang mengakibatkan perambatan gelombang pasang surut di beberapa wilayah berbeda.
Menurut Hatayama et all 1996 perairan Indonesia sangat kompleks dengan kedalaman yang beraneka ragam, namun Laut Jawa termasuk perairan dangkal
dengan rata-rata kedalaman 30 meter. Beberapa pola arus hasil hidrodinamika menunjukan semakin dangkal suatu perairan maka kecepatan arus akan semakin
cepat, dan semakin sempit suatu kawasan perairan maka kecepatan arus juga akan semakin cepat Gambar 11. Perairan kepulauan seribu merupakan perairan yang
dangkal sehingga arus akan sedikit dibelokan dengan kecepatan lebih tinggi dibandingkan kecepatan arus sebelumnya, Perairan selat Sunda juga menunjukan
peningkatan kecepatan arus. Data meteorologi curah hujan, kelembaban, radiasi, tekanan udara, temperatur udara, dan tutupan awan dianggap homogen pada
model sehingga yang membedakan adalah data masukan angin dan pasang surut. Pola arus hasil hidrodinamika menunjukan data masukan model pasang
surut lebih berpengaruh terhadap model hidrodinamika daripada data angin. Hal ini disebabkan perbedaan elevasi akan memberikan gaya yang lebih kuat pada
beberapa lapisan kedalaman, namun data angin memberikan pengaruh lebih kuat pada permukaan perairan melalui wind stress yang semakin dalam akan semakin
lemah.
4.3 Hasil Pemodelan Tumpahan Minyak 4.3.1 Model Sebaran Tumpahan Minyak