laut. Akumulasi jumlah limpasan minyak yang bersumber dari darat merupakan sumber utama minyak yang memasuki kawasan pesisir dan laut.
2.5.3. Interaksi Minyak di Laut
Minyak akan mengalami perubahan baik secara fisik atau kimia ketika masuk ke laut weathering of oil process. Proses perubahan tersebut adalah
lapisan slick formation, menyebar, dissolution, menguap evaporation, polimerisasi polymerization, emulsifikasi emulsification, fotooksidasi
photooxidation, biodegradasi mikroba microbial degradation, bentukan gumpalan ter tur lump formation, dan dicerna oleh plankton Mukhtasor, 2007.
Penyebaran tumpahan minyak di laut sangat tergantung pada angin dan arus, angin berpengaruh sekitar 3.4 pada sebaran tumapahan minyak Holmes, 1969.
Penyebaran tumpahan minyak akan terus menerus sampai lapisan minyak menjadi sangat tipis, fenomena ini yang akan mengubah properti minyak menjadi
senyawa yang berbeda. Pada tahun 1969, Fey menggambarkan hubungan antara luasan yang akan dibentuk oleh penyebaran tumpahan minyak terhadap waktu.
Sebagai contoh, 2x10
4
ton minyak yang tumpah ke perairan selama 11,5 hari akan menyebar dengan diameter 3x10
6
cm. Menurut Dursma dan Marchand 1974 jika arah sebaran minyak menuju pantai dan mengendap, maka minyak akan
terdegradasi dengan sendirinya di pantai dan berdampak negatif bagi ekosistem pantai. Sebaran tumpahan minyak di laut lepas, minyak akan mengalami
evaporasi, precipitation yang selanjutnya akan terdegradasi.
2.5.4. Dampak dan Penanggulangan Pencemaran Minyak
Tumpahan minyak dilaut dapat menyebabkan efek baik dari tingkat individu sampai dengan tingkat ekosistem. Kerusakan akibat tumpahan minyak dapat
digolongkan menjadi dua yaitu dampak secara langsung bakteri laut, plankton, organism bentik, ikan, burung laut, dan mamalia dan dampak secara tidak
langsung perubahan ekosistem pantai dan laut Mukhtasor, 2007. Walaupun pencemaran minyak di laut umumnya menghambat pertumbuhan bakteri, pada
beberapa bakteri mampu memanfaatkan hidrokarbon yang ada di laut menjadi sumber energi bagi bakteri tersebut.
Lapisan minyak yang berada di perairan akan mengurangi jumlah cahaya yang masuk sehingga kemampuan fitoplankton untuk memproduksi oksigen akan
semakin berkurang yang kemudian akan mempengaruhi kandungan oksigen di laut dan organisme tingkat tinggi. Lapisan minyak juga akan mengurangi difusi
oksigen ke perairan sehingga kandungan oksigen bagi organisme laut terbatas. Menurut Leacock 2005 penanggulangan pencemaran yang diakibatkan
tumpahan minyak melalui pembersihan areal tumpahan minyak, pencegahan tambak yang akan tercemar, dan pembersihan wilayah pantai. Pengamatan
penyebaran dan analisis tumpahan minyak dengan menggunakan beberapa metode. Mukhtasor 2007 mengatakan bahwa metode penanggulangan tumpahan
minyak meliputi beberapa metode antara lain metode fisika mekanis penggunaan boom, absorben, dan skimmer, metode kimia penggunaan dispersan, metode
biologi bioremediation, dan dengan pembakaran. Metode remote sensing adalah metode yang baru dikembangkan dari beberapa jenis citra yang digunakan untuk
mendeteksi penyebaran minyak dalam satu kawasan. Neutron activation method adalah metode dengan menggunakan analisis aktivasi neutron dengan 1,2x10
13
fluks neutroncm
2
det pada trace element yang tercemar oleh minyak. Metode ini juga disebut finger printing dan memonitoring residu minyak. Metode
kromatografi merupakan metode yang menggunakan thin-layer chromatographi TLC, gas liquid chromatographi GLC, dan mass spectrometery MS yang
digunakan untuk analisis minyak dan hidrokarbon di air. Metode ini sangat baik digunakan untuk identifikasi komposisi dari minyak, hidrokarbon, dan residu
minyak.
2.6. Model Sebaran Tumpahan Minyak