Penapisan Bakteri Asam Laktat Berdasarkan Sintas Selama

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penapisan Bakteri Asam Laktat Berdasarkan Sintas Selama

Rekonstitusi Susu Formula pada Suhu 50 °C Hasil pengujian sintas BAL terhadap rekonstitusi pada suhu 50 °C, disajikan pada Tabel 5. Sebelas isolat BAL asal ASI seluruhnya mengalami penurunan jumlah relatif kecil berkisar antara 0,06-1,44 log CFUmL data selengkapnya pada Lampiran 1. Hal ini menunjukkan bahwa isolat BAL asal ASI memiliki ketahanan panas bervariasi. L. acidophilus A22 merupakan isolat yang paling sensitif terhadap suhu 50 °C dan mengalami penurunan jumlah dengan rata-rata terbesar yaitu 1,44±0,01 log CFUmL, sebaliknya dengan Lactobacillus A27, isolat ini mengalami penurunan jumlah paling rendah dengan rata-rata sebesar 0,06±0,04 log CFUmL, sehingga isolat ini dinilai paling tidak sensitif terhadap suhu 50 °C. Isolat-isolat lain yang juga digunakan pada tahap ini, mengalami penurunan jumlah dengan rata-rata relatif kecil Tabel 5. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa L. acidophilus A22 mengalami penurunan jumlah log yang berbeda nyata p-value 0,05 dengan 10 jenis isolat lainnya, sehingga isolat ini tidak diikutsertakan untuk digunakan pada tahap selanjutnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, dipilih 4 isolat BAL yakni L. rhamnosus R14, R21, R23, dan R25 untuk digunakan pada tahap selanjutnya karena memiliki ketahanan terhadap suhu 50 °C dan tidak berbeda nyata p-value 0,05 dengan Lactobacillus A27. Selain itu pemilihan keempat isolat ini juga didasarkan pada pertimbangan lain yakni keempat isolat ini telah dilaporkan memiliki kemampuan menghambat EPEC K.1.1 ≥ 2 siklus log Hartanti 2010. Isolat-isolat lain yang juga digunakan yakni, A23, A24, A27, A29, R27, dan R32 tidak dipilih untuk digunakan pada pengujian berikutnya karena hanya menghambat EPEC K1.1 ≤1 siklus log Hartanti 2010. Hasil penelitian yang diperoleh sama dengan yang dikemukakan oleh Rizqiati et al. 2008 yang menjelaskan bahwa Lactobacillus plantarum mar8 dan L. plantarum sa28k yang dipaparkan pada suhu 100 °C selama 1 menit, mengalami penurunan jumlah, namun masih berada pada kisaran 56,85 dan 56,32. Tabel 5 Pengaruh suhu rekonstitusi 50 °C terhadap isolat BAL Keterangan: Data penghambatan EPEC K1.1 diperoleh dari penelitian Hartanti 2010 Gambar 6 Penurunan jumlah BAL log CFUmL dalam susu formula rekonstitusi pada suhu 50 °C dan penghambatan EPEC K1.1 A22 A23 A24 A27 A29 R14 R21 R23 R25 R27 R32 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 P enur unan Ʃ B A L rek ons ti tus i T = 50 o C , l og C F U m L Penghambatan EPEC K1.1. log CFUmL Kode Isolat Penghambatan EPEC Log CFUmL ƩBAL No CFUmL rekonstitusi suhu 27 °C ƩBAL Nt CFUmL rekonstitusi suhu 50 °C Δ Log 27-50 °C CFUmL Rata- rata SB A22 1,26 5,1 x 10 6 1,9 x 10 5 1,43 1,44 c 0,01 6,0 x 10 6 2,2 x 10 5 1,44 A23 1,95 1,3 x 10 7 1,2 x 10 7 0,04 0,18 ab 0,19 1,8 x 10 7 8,8 x 10 6 0,31 A24 1,00 3,6 x 10 7 3,5 x 10 7 0,01 0,06 a 0,07 5,6 x 10 7 4,4 x 10 7 0,11 A27 1,16 1,9 x 10 7 1,6 x 10 7 0,09 0,06 a 0,04 2,1 x 10 7 1,9 x 10 7 0,03 A29 1,13 3,2 x 10 7 2,2 x 10 7 0,17 0,11 ab 0,08 2,9 x 10 7 2,6 x 10 7 0,05 R14 2,05 5,4 x 10 7 3,3 x 10 7 0,21 0,32 b 0,15 5,7 x 10 7 2,1 x 10 7 0,42 R21 2,12 6,9 x 10 7 3,8 x 10 7 0,27 0,26 ab 0,01 6,7 x 10 7 3,7 x 10 7 0,25 R23 2,06 4,5 x 10 7 3,2 x 10 7 0,14 0,08 a 0,09 2,5 x 10 7 2,4 x 10 7 0,01 R25 2,06 6,9 x 10 7 4,3 x 10 7 0,21 0,18 ab 0,05 6,3 x 10 7 4,6 x 10 7 0,14 R27 1,06 9,7 x 10 7 6,6 x 10 7 0,17 0,10 ab 0,11 10,1 x 10 7 9,6 x 10 7 0,02 R32 1,00 5,1 x 10 7 2,3 x 10 7 0,34 0,29 ab 0,07 3,1 x 10 7 1,8 x 10 7 0,24 Keterangan: Data diperoleh dari penelitian Hartanti 2010 Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa isolat-isolat BAL asal ASI yang digunakan memiliki ketahanan panas yang bervariasi. Jordan dan Cogan 1999, pada penelitiannya menunjukan beberapa galur BAL yakni, Lactobacillus paracasei galur DPC2103 memiliki nilai D yang bervariasi pada pengujian ketahanan panasnya dalam media susu skim yaitu D 60= 22,5 menit; Lactobacillus plantarum galur DPC1919 D 50= 42,2 menit; dan Lactobacillus plantarum galur DPC2102 D 53,5= 3,14 menit. Ketahanan panas bakteri yang bervariasi umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah protein penyusun bakteri, jumlah sel awal bakteri, sumber isolat, umur sel, dan faktor lainnya. Johnson dan Etzel 1995 dan Desmond 2005 juga menjelaskan bahwa terjadinya penurunan jumlah total bakteri karena faktor panas yang digunakan sehingga merusak struktur sel termasuk kerusakan membran sel, ribosom, DNA, RNA dan enzim. Faktor-faktor lain yang diduga juga mempengaruhi ketahanan panas bakteri diantaranya adalah kondisi fisiologis mikroorganisme, suhu pertumbuhan dari inokulum, dan menstruum pemanasan termasuk kadar lemak, total solid, dan total gula Nazarowec-White Farber 1997. Ketahanan panas BAL terhadap penggunaan suhu tinggi juga sangat bergantung pada lamanya waktu bakteri terpapar panas. Apabila bakteri dipaparkan terhadap panas dalam waktu singkat maka hanya terjadi penurunan diameter dinding sel bakteri, tetapi jika bakteri dipaparkan terhadap panas dalam waktu yang agak lama maka akan menyebabkan micro- cracks dan microvoids pada dinding sel Mottar et al. 1989.

4.2 Kompetisi Isolat BAL asal ASI dengan Cronobacter sakazakii YRC3a