Tabel volume inilah yang nantinya digunakan dalam pembentukan pendugaan volume tegakan, yang gunanya adalah sebagai pembanding volume dugaan hasil
penginderaan jauh dengan volume hasil pengukuran di lapangan. Menurut Simon 1993 persamaan volume dan tabel volume semestinya disusun dengan sampel
yang cukup dan hanya berlaku di daerah pengambilan sampel tersebut. Berdasarkan pengukuran
–pengukuran rinci sejumlah kecil pohon dalam suatu wilayah hutan, tabel volume dapat membantu pendugaan sejumlah besar volume
pohon di daerah tersebut. Tabel volume ini nantinya dapat juga digunakan untuk menduga volume total dari suatu wilayah Pambudhi 1995, dalam Tyas 2009.
Menurut Jaya 2006 pembuatan tabel volume pohon udara hanya baik digunakan pada potret-potret berskala besar maka oleh karena itu dengan menggunakan citra
dijital non-metrik beresolusi 20 cm ini akan menghasilkan tabel volume yang baik untuk menduga potensi hutan.
Selain penyusunan tabel volume dari pemanfaatan citra dijital non-metrik ini, dapat pula diketahui nilai estimasi biomassa dari sediaan tegakan jati. Sehingga
selain pemanfaatan kayunya, jati juga dapat berperan dalam menjaga keseimbangan kapasitas gas rumah kaca di atmosfer dari nilai biomassanya.
Brown 1997 mendefinisikan biomassa hutan sebagai bahan-bahan organik hidup maupun yang sudah mati dan berada di atas permukaan tanah hutan atau di bawah
permukaan tanah hutan, seperti: pohon, tumbuhan bawah, semak, serasah, akar dan lain-lain. Biomassa di atas permukaan tanah terdiri atas semua biomassa
hidup di atas permukaan tanah meliputi batang, tungak, cabang, kulit, buahbiji dan daun. Biomassa dibawah permukaan tanah terdiri atas semua akar pohon yang
masih hidup kecuali serabut akar berdiameter 2mm. Sehingga dalam penelitian ini akan dikaji pemanfaatan citra dijital non-metrik
beresolusi tinggi dalam penyusunan tabel volume dan estimasi biomassa sediaan tegakan jati.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut maka permasalahan yang muncul yaitu sudah jarang dilakukannya foto udara untuk melakukan kegiatan inventarisasi
hutan, dengan menggunakan citra satelit memerlukan biaya yang besar dan juga resolusi yang dimilikinya masih rendah sedangkan dengan menggunakan
inventarisasi secara terestris biaya yang dikeluarkan relatif mahal dan memerlukan waktu yang lama maka perlunya menggunakan citra dijital resolusi tinggi non
metrik dalam penginderaan jauh untuk melakukan kegiatan inventarisasi hutan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun model penduga sediaan tegakan jenis jati Tectona grandis Linn.f dan pendugaan biomassanya di areal
kerja KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dengan menggunakan citra dijital non-metrik resolusi tinggi.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini berupa model penduga sediaan tegakan jati menggunakan citra dijital non metrik resolusi tinggi yang dapat digunakan untuk menduga
potensi di areal kerja KPH Madiun secara cepat, murah, dan akurat dalam rangka pengaturan kelestarian hasil, menambah wawasan dan pengembangan ilmu
pengetahuan serta dapat sebagai alat pemantauan potensi hutan secara cepat.
1.5 Kerangka Pemikiran
Pengelolaan hutan lestari dapat diwujudkan melalui perencanaan hutan. Perencanaan hutan merupakan proses penetapan tujuan yaitu mewujudkan
penyelenggaraan kehutanan yang efektif dan efisien untuk mencapai manfaat fungsi hutan yang optimum dan lestari. Pengelolaan hutan yang lestari
membutuhkan data dan informasi tentang kondisi fisik kawasan hutan. Data dan informasi tersebut didapat dari salah satu kegiatan perencanaan hutan yaitu
inventarisasi. Menurut Hush 1987 inventarisasi hutan merupakan suatu usaha untuk menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-pohon hutan serta berbagai
karakteristik areal tanah tempat tumbuhnya. Sedangkan menurut Sutarahardja 1976, kegiatan inventarisasi hutan didefinisikan sebagai suatu kegiatan guna
menyajikan data atau kebenaran tentang keadaan hutan serta kemungkinan tindakan pengusahaannya. Kegiatan inventarisasi hutan dilakukan dengan tiga
cara, yaitu inventarisasi lapangan terestris, inventarisasi dengan penginderaan jauh foto udara atau citra dijital resolusi tinggi dan kombinasi antar keduanya.
Inventarisasi terestris dalam menduga estimasi volume tegakan dalam luasan kecil akan dapat menghasilkan data yang teliti dan akurat, namun apabila
arealnya luas maka akan memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak dan hasilnya cenderung kurang teliti dan akurat. Sedangkan dengan pengukuran
penginderan jauh dengan menggunakan citra dijital resolusi tinggi untuk menduga estimasi volume tegakan akan lebih cepat dan relatif akurat, namun memerlukan
investasi awal yang mahal meskipun nantinya dari citra dijital tersebut menyebabkan biaya operasional pengelolaan hutan menjadi rendah.
Kombinasi kegiatan inventarisasi hutan menggunakan penginderaan jauh remote sensing dan lapangan terestris akan menghasilkan data yang akurat
dengan waktu yang relatif singkat untuk areal yang luas. Dari hasil permasalahan-permasalahan yang muncul yaitu sudah jarangnya
menggunakan foto udara dalam melakukan inventarisasi hutan, mahalnya harga citra satelit dengan didukung resolusi yang rendah dan inventarisasi secara
terestris yang relatif mahal dengan waktu yang lama maka untuk melakukan inventarisasi hutan saat ini tepat dengan memanfaatkan penginderaan jauh dengan
citra dijital non-metrik resolusi tinggi. Menurut Lu 2006 dalam bidang kehutanan, penggunaan teknologi
penginderaan jauh telah banyak diaplikasikan dalam kegiatan pemetaan tutupan lahan, evaluasi perubahan tutupan dan penggunaan lahan. Selain itu, penggunaan
peubah-peubah biofisik yang dapat ditaksir melalui data citra satelit seperti kerapatan tutupan tajuk dan diameter tajuk untuk menduga tegakan hutan di
lapangan seperti volume tegakan dan biomassa tegakan. Dari hasil estimasi volume tegakan dengan citra resolusi tinggi tersebut
maka dapat diketahui juga estimasi biomassa dari suatu pohon berdiri. Penggunaan teknologi penginderaan jauh yang dikombinasikan dengan
pengukuran lapangan survey lapangan dapat digunakan dalam pendugaan biomassa Foody et al. 2003.
Kerangka pemikiran penelitian ini dikerjakan secara ringkas yang disajikan pada Gambar 1 dengan fokus penelitian pada penyusunan model penduga sediaan
tegakan dan biomassa jati.
Gambar 1 Kerangka pemikiran dalam penelitian. Pengelolaan Hutan Lestari
Perencanaan Hutan
Inventarisasi Hutan
Pengukuran Terestris: –Biaya mahal
–Waktu relatif lama –Akurasi relatif tinggi
Pengukuran Remote Sensing: –Biaya relatif murah
–Waktu relatif cepat –Akurasi relatif lebih rendah
–Dimensi tegakan bisa diukur
lebih cermat
Estimasi Volume Tegakan
Korelasi
Verifikasi Tabel Volume Tegakan
Tabel Volume Tegakan Citra Dijital Resolusi Tinggi
Estimasi Volume Tegakan dengan Citra Dijital Resolusi
Tinggi
Estimasi Biomassa dengan Citra Dijital Resolusi Tinggi
BAB II METODE PENELITIAN