Teknik Transplantasi, dan Perlakuan Penelitian Deteksi Kolonisasi Sel Donor Analisis Proliferasi Sel Donor Analisis Data

13 spermatogenik tidak rusak dan menghentikan proses disosiasi. Setelah itu, cairan diambil kembali menggunakan mikropipet sebanyak 1 μ L, diteteskan ke dalam gelas objek cekung dan dilakukan penghitungan jumlah sel. Sel dihitung menggunakan haemositometer untuk penentuan dosis transplantasi.

3.4.1 Pewarnaan Sel Testikular Ikan Donor

Metode pewarnaan sel pada penelitian ini menggunakan PKH-26 SIGMA. PKH-26 adalah penanda yang mewarnai membran sel sehingga sel tersebut akan berpendar warna merah ketika diamati di bawah mikroskop fluoresens filter merah Gambar 8b. Setelah sel testikular didisosiasi, sel dimasukkan ke dalam tabung mikro 1,5 mL. Diluent dimasukkan ke dalam tabung mikro yang berisi sel sebanyak 3 kali volume sel 1 sel : 3 diluent. Pewarna PKH-26 dimasukkan sebanyak 3 μ L. Setelah pencampuran tersebut, sel di dalam tabung mikro didiamkan selama kurang lebih 10 menit. Kemudian sel disentrifugasi sebanyak dua kali dan supernatannya dibuang. Sel di dalam tabung mikro tersebut diisi kembali dengan larutan PBS sebanyak volume awal. Gambar 8. Sel testikular ikan nila setelah pewarnaan dengan PKH-26; a Tanpa fluoresensi; b Dengan fluoresensi.

3.5 Teknik Transplantasi, dan Perlakuan Penelitian

Transplantasi sel dilakukan dengan menggunakan alat mikroinjektor mikroskop Stemi DV4, Zeiss Gambar 9a. Ikan resipien ditransplantasi dengan dosis 5000 sel donor0,5µL PBSekor ikan Lacerda et al., 2008. Sel diinjeksikan pada rongga peritoneal larva menggunakan jarum mikroinjeksi yang digerakkan secara manual dengan mikromanipulator. Transplantasi dilakukan pada larva berumur 3 hari setelah menetas Gambar 9b. a a b 14 Gambar 9. Satu set alat mikroinjeksi a, dan penyuntikan larva ikan nila di rongga peritoneal b.

3.6 Deteksi Kolonisasi Sel Donor

Deteksi kolonisasi sel donor dilakukan pada umur 30, 60, 90, dan 120 hari pascatransplantasi. Pada umur 30 hari sel donor dideteksi dengan menggunakan mikroskop fluoresens untuk melihat pendaran dari PKH-26. Selanjutnya deteksi sel donor dilakukan dengan menggunakan marka molekuler hasil penelitian sebelumnya. Gonad ikan transplan dibedah, dan DNA diekstraksi menggunakan kit seperti dijelaskan sebelumnya. DNA hasil ekstraksi diamplifikasi PCR dengan menggunakan primer spesifik ikan nila putih. Hasil PCR dielektroforesis dengan menggunakan gel agarosa 1,5.

3.7 Analisis Proliferasi Sel Donor

Proliferasi sel donor dianalisis dengan menggunakan PCR, dan penghitungan GSI gonadosomatic index. Bobot tubuh dan gonad ikan hasil transplantasi triploid, dan diploid, ikan triploid, dan diploid tanpa transplantasi diukur pada umur 60, 90, dan 120 hari. Selanjutnya DNA gonad diekstraksi, dan digunakan dalam amplifikasi PCR dengan menggunakan primer spesifik ikan nila putih. Hasil amplifikasi PCR dielektroforesis dengan menggunakan gel agarosa 1,5.

3.8 Analisis Data

Keberhasilan transplantasi ditentukan dari persentase kolonisasi sel ikan donor di dalam gonad resipien, sedangkan proliferasi sel dilihat dari peningkatan nilai GSI, dan hasil PCR setiap bulannya. Semua data disajikan dalam bentuk gambar, dan dianalisis secara deskriptif. 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1 Marka Molekuler Ikan Nila Putih Kandidat marka molekuler untuk ikan nila putih didesain dari sekuen mtDNA ikan nila putih, dan ikan nila hitam. mtDNA dari ikan nila putih, dan ikan nila hitam diamplifikasi dengan PCR Gambar 10, dan selanjutnya disekuensing untuk mendapatkan sekuen mtDNA Lampiran 1;2;3;4. Gambar 10. Elektroforegram mtDNA ikan nila hitam H1-H5, dan ikan nila putih P1-P5 produk PCR menggunakan primer universal ikan nila. M= marka DNA. Angka di sebelah kiri gambar adalah ukuran fragmen marka DNA. Tanda panah di sebelah kanan gambar menunjukkan produk PCR target. Gambar 11. Posisi primer forward, dan reverse ditunjukkan dengan tanda panah dari hasil penyejajaran mtDNA ikan nila hitam dan ikan nila putih.