Tujuan Sistematika Karang Lunak Morfologi Karang Lunak

alamiah karena dapat digunakan dalam bidang farmasi sebagai antibiotika, anti jamur dan senyawa anti tumor. Sedangkan kegunaannya bagi karang lunak itu sendiri ialah sebagai penangkal terhadap serangan predator, dalam hal mempere- butkan ruang lingkup, dan dalam proses reproduksi. Senyawa terpen ini pada karang lunak dihasilkan oleh zooxanthella yaitu alga uniseluler yang bersimbiosis dengan karang lunak. Besarnya potensi yang dimiliki oleh karang lunak inilah dikhawatirkan ter- jadi eksploitasi besar-besaran pada karang lunak langung dari alam tanpa mem- perhatikan penurunan populasi yang ditimbukan serta kerusakan ekosistem akibat penurunan popolasi karang lunak tersebut. Karena sampai saat ini belum banyak usaha pembudidayaan karang lunak untuk produksi masal. Menjawab tantangan di atas maka pembudidayaan adalah solusi untuk meng-hindari adanya kerusakan ekosistem. Salah satu pendekatanyang dilakukan untuk membudidayakan karang lunak adalah dengan metode fragmentasi dan fragmentasi buatan. Namun pengaruh fragmentasi terhadap perkembangan reproduksi seksual karang lunak belum diketahui sehingga dibutuhkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh fragmentasi tersebut terhadap reproduksi seksual karang lunak.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengamati perkembangan Oosit karang lunak Sarcophyton crassocaule hasil fragmentasi dan non fragmentasi alam. b. Mengamati pengaruh fragmentasi terhadap perkembangan Oosit. c. Mengkaji pengaruh perbedaan kedalaman lokasi penanaman hasil frag- mentasi Sarcophyton crassocaule terhadap reproduksinya. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistematika Karang Lunak

Seperti halnya karang batu, karang lunak termasuk filum Coelenterata, kelas Anthozoa yaitu hewan yang bentuknya seperti bunga, dan disebut polip. Kelas Anthozoa dibagi dalam dua sub-kelas yaitu subkelas Zoantharia atau Hexacorallia atau Scleractinia dan sub-kelas Octocorallia atau lebih populer dengan Alcyonaria. Karang lunak termasuk dalam sub-kelas Alcyonaria. Sub- kelas Alcyonaria dibagi dalam enam bangsa ordo dan salah satu diantaranya ordo Alcyonacea yang merupakan karang lunak yang sebenarnya. Urut-urutan klasifikasi karang lunak adalah sebagai berikut : Filum : Coelenterata Kelas : Anthozoa Sub-Kelas : Octocorallia Alcyonaria Ordo : Alcyonacea Sub ordo : Alcyoniina Famili ; Alcyoniidae Genus : Sarcophyton Species : crassocaule Prat, 1903 in Manupputy, 2002

2.2 Morfologi Karang Lunak

Seperti namanya karang lunak memiliki tubuh dengan struktur yang lunak namun lentur serta mempunyai tangkai yang melekat pada substrat yang keras terutama karang mati. Walaupun zat penyusun karang lunak dan karang lunak dan karang keras sama yaitu zat kapur , tubuh karang lunak ini lebih lunak dan kenyal. Hal ini dikarenakan karang lunak tidak memiliki kerangka kapur yang keras seperti halnya karang batu. Gambar 1. Penampang vertikal polip karang lunak Bayer, 1956 Bagian atas tangkai disebut kapitulum, bentuknya bervariasi antara lain seperti jamur, bentuk lobus atau bercabang-cabang. Variasi bentuk inilah yang menentukan bentuk koloni secara keseluruhan, hal mana sangat membantu dalam pengenalan jenis di lapangan. Kapitulum mengandung polip sehingga disebut bagian fertil, sedangkan tangkainya lebih banyak mengandung spikula yaitu duri- duri kecil dari karbonat kalsium yang berfungsi sebagai penyokong jaringan tubuh, sehingga disebut bagian steril. Polip dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu antokodia, kaliks dan antostela. Antokodia merupakan bagian yang terdapat di permukaan koloni dan bersifat retraktil, yaitu dapat ditarik masuk ke dalam jaringan tubuh. Apabila antokodia ditarik ke dalam, maka yang nampak dari atas adalah pori-pori kecil seperti bintang. Bangunan luar dari pori-pori inilah yang disebut kaliks. Gambar 2. Penampang vertikal autozooid Fabricius dan Alderslade, 2001 Daerah pada antokodia ditemukan tentakel yang berjumlah delapan dengan deretan duri-duri di sepanjang sisinya. Duri-duri ini disebut pinnula, fungsinya untuk membantu mengalirkan air dan zat-zat makanan ke dalam mulut. Selain tentakel, ditemukan mulut sifonoglifa yang melanjutkan diri membentuk septa. Antokodia juga mengandung spikula yang letaknya berderet sampai ke ujung masing-masing tentakel. Pada pangkal tentakel terdapat mulut yang berbentuk kepingan yang disebut stomodeum. Lanjutan mulut berupa saluran pendek disebut farinks atau esofagus. Bagian dalam farinks disusun oleh sel-sel epitel kelenjar dan sel-sel epitel kolumnar yang berflagela. Fungsi flagela untuk membantu mengalirkan air ke dalam rongga perut pada proses respirasi. Sel-sel epitel tadi tersusun sedemikian rupa sehingga bagian dalam farinks berbentuk alur-alur yang disebut sifonoglifa. Bagian polip dimana sifinoglifa terletak disebut bagian ventral, sebaliknya yang berseberangan dengannya disebut bagian dorsal. Rongga gastrovaskuler atau rongga perut ditemukan pada daerah kaliks, terusan dari farinks yang terbagi menjadi delapan dan disebut septa, benang- benang septa dan organ reproduksi atau gonad. Septa membagi rongga perut menjadi delapan ruangan. Ujung akhir septa menebal membentuk benang septa dan menggantung bebas di dalam rongga perut. Dua di antara delapan septa tadi lebih panjang dan melebar ke bagian basal polip, mengandung banyak flagela dan fungsinya untuk membantu menyalurkan air dan sisa-sisa makanan ke atas untuk dibuang ke luar. Sedangkan enam septa lainnya pendek-pendek, mengandung selsel kelenjar yang fungsinya membantu proses pencernaan makanan. Masing- masing septa mempunyai otot retraktor yang fungsinya membantu kontraksi antokodia. Beberapa jenis karang lunak dari marga Sarcophyton dapat menjadi indikator arus di perairan sekelilingnya. Bila arus cukup deras antokodia akan mencuat keluar untuk mengambil air dan zat-zat makanan ke dalam. Jenis karang lunak yang akan kami bahas dalam penelitian ini adalah Sarcophyton crassocaule Moser, 1919. Berikut ini adalah gambar dari bagian dari karang lunak yang kami teliti secara umum. A B Gambar 3. Sarcophyton crassocaule a. keadaan saat polip keluar b. bentuk koloni 2.3 Reproduksi Karang Lunak 2.3.1 Reproduksi Aseksual