Reproduksi Seksual Gametogenesis Reproduksi Karang Lunak .1 Reproduksi Aseksual

Sarcophyton dapat merusak koloni. Namun, penggunaan fragmentasi mampu menghasilkan sejumlah keturunan dari sisa jaringan. b. Pembentukan tunas, biasa terjadi pada karang lunak masif seperti Sarcophyton di bagian dekat dasar tangkai atau pada bagian pinggir kapitulum. Jika pertunasan terjadi pada koloni yang masih kecil, maka anak dan induk akan tumbuh bersama-sama untuk membentuk koloni bertangkai banyak. Bila koloni induk yang bertunas sudah berukuran besar maka tunas yang tumbuh akan tetap kerdil karena terhalang oleh koloni induk. c. Pembelahan melintang, terjadi pada Xenia spp, dimana pembelahan diawali dengan terpisahnya tangkai mulai dari dasar terus memanjang ke arah vertikal diantara dua cabang terbesar, hingga akhirnya dapat menghasilkan dua koloni berukuran sama. Proses ini memakan waktu beberapa bulan untuk sampai benar-benar terpisah. Namun untuk Xenia spp hanya membutuhkan waktu satu minggu saja. d. Pencabikan pedal pedal laceration, koloni benar-benar bergerak melintasi substrat mengikuti jaringan bagian basalnya. Selanjutnya, jaringan ini dapat terus menempel atau menjadi terlepas dan menjadi individu baru.

2.3.2 Reproduksi Seksual

Seksualitas karang lunak Alcyonacea dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu hermaprodit dan gonokhorik Hwang dan Song, 2007. a. Hermaprodit, yaitu koloni atau polip karang lunak yang mampu meng- hasilkan gamet jantan dan betina selama hidupnya. Tipe hermaprodit ditemukan pada Alcyonium dan Xenia. b. Gonokhorik, merupakan tipe paling umum pada karang lunak. Polip atau koloni karang lunak gonokhorik hanya menghasilkan gamet jantan atau betina saja selama hidupnya. Tipe gonokhorik dapat ditemukan pada Anthelia, Sinularia, Sarcophyton, Lobophytum, Cladiella, Dendronephthya, dan sebagainya.

2.3.3 Gametogenesis

Gametogenesis pada umumnya terjadi pada polip autozooid yang memiliki alat kelamin atau gonad. Gambar 4. Gambaran umum dari polip betina Scale bars ¼ 1000 lm A and 250 lmB and C. D.G. Fautin et all , 2004 Simpson 2008 menjelaskan bahwa secara umum, baik pada polip betina atau jantan, gamet berkembang di sepanjang non asulkal mesenteri dan seringkali ditemukan pada bagian dasar polip karang lunak. Dan Gambar 4 memperlihatkan gamet yang berada di dalam rongga polip. Gambar A, adalah gambaran umum dari polip betina yang menunjukkan tatanan dan perbedaan ukuran oosit pada stage III dan IV . Sedangkan pada Gambar B Stage I dan II oosit yang tertanam di mesenteri . Gambar C , stage III dan IV oosit dalam rongga polip. Huruf c menunjukkan Coenenchyme, Sedangkan huruf m adalah mesentery filamen; huruf n menunjukkan nucleus ; o1 , adalah stage awal dari dari oosit; o2 , stage II oosit ; o3 , stage III oosit, o4 fase matang oosit IV; oa bagian oral dari polip ; pc rongga polip ; f lapisan folikel sel. Gamet berasal dari gastrodermis dan akan melekat pada mesenteri dengan bantuan tangkai pedikel pada awal masa perkembangannya. Selama proses perkembangan, gamet seringkali dibungkus oleh lapisan folikel yang berasal dari sel-sel yang terspesialisasi pada gastrodermis. Dengan ukuran yang semakin meningkat, gamet akan terlepas menuju rongga gastrovaskular atau tetap bertahan pada mesenteri hingga proses pematangan gamet selesai. Studi 2-tahun di reproduksi dalam spesies yang paling umum, Sarchophyton glaucum., yang dilakukan di KwaZulu-Natal mengungkapkan gametogenesis dalam koloni jantan membutuhkan waktu 9-10 bulan sedangkan untuk koloni betina membutuhkan waktu 16-18 bulan D.G. Fautin et all , 2004 1 Oogenesis Proses oogenesis ditandai dengan adanya proses vitellogenik Simpson, 2008 yang melibatkan pembentukan lemak heterosintetik. Gelembung bermembran pada ooplasma bersatu membentuk butiran lemak yang akan mengisi ooplasma. Menurut Hwang dan Song 2007, perkembangan oosit oogenesis dapat dibedakan menjadi 5 tahap. Tabel 1 adalah pembagian stage oosit telur menurut D.G. Fautin, et all , 2004 . Mereka membagi stage oosit telur pada penelitian mereka di Kwazulu Natal dengan spesies Sarchophyton glaucum dengan perbedaan diameter dan ciri-ciri seperti yag di tampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Ukuran diameter oosit pada setiap tahap perkembangan S. glaucum yang di ambil pada Sodwana Bay Stage Diameter rata-rata µm n Deskripsi I 14.3 ± 4.0 14 pada stage awal ini di cirikan dengan oosit yang berada di dalam mesoglea dari mesentary filamen dengan ukuran nukleus yang besar II 48.0 ± 25.4 23 oosit secara terpisah menempel pada mesentary dengan menggunakan pedikel, nukleus terpusat di vacuolate ooplasma dengan nukleolus yang menyolok III 165.7 ± 52.7 46 oosit dengan vakuola terdistribusi secara terpisah di dalam ooplasma dan menjalani proses pematangan telur vitellogenesis IV 513.1 ± 67.1 30 vakuola tersebar merata di seluruh ooplasma azooxanthellate, dan granulanya tampak nyata. Nukleus terletak di pinggiran oosit matang. V Disintegrasi atretic dan tanpa definisi morfologi internal Oosit tahap I ditandai dengan nukleus yang berukuran besar. Oosit primordial ini melekat pada mesoglea pada mesenteri. Oosit tahap II terlihat pada rongga gastrovaskular dengan posisi masih melekat pada mesenteri dengan bantuan pedikel. Proses vitellogenik dimulai pada oosit tahap III dengan ukuran oosit yang makin membesar. Pembesaran ini disebabkan oleh pembentukan butiran lemak di dalam oosit. Pada tahap ini, oosit biasanya sudah mulai terlepas dari mesenteri menuju rongga gastrovaskular. Oosit tahap IV ditandai dengan semakin membesarnya ukuran oosit karena butiran lemak sudah menyebar ke seluruh bagian oosit sehingga warnanya mulai menjadi terang. Pada oosit tahap V, oosit atau telur telah matang dan mencapai ukuran maksimum dengan warna yang telah menjadi terang. Telur yang matang ditandai dengan banyak butiran-butiran lemak di dalamnya. 2 Spermatogenesis Hwang dan Song 2007 membedakan perkembangan spermatogenesis menjadi 4 tahap. Tahap I biasanya ditandai dengan berkumpulnya spermatogonia di mesoglea pada mesenteri. Pada tahap II spermatosit sudah memiliki batas dan bentuk yang jelas dan melekat pada mesenteri dengan bantuan pedikel. Tahap III, ukuran kista sperma menjadi semakin besar. Spermatosit berkembang menjadi spermatid yang jumlahnya sangat banyak dan tersusun di bagian tepi dari kista. Pada tahap IV, spermatosit telah matang dengan berkembang menjadi spermatozoa yang telah memiliki ekor. Gambar 5. Gambaran umum dari polip jantan Scale bars 1000 µm A and 250 lmB and D 100 µm. D.G. Fautin et all , 2004 Gambar 5 menunjukkan perkembangan perkembangan spermatit pada Sarcophyton glaucum. A Gambaran umum dari polyp jantan menunjukkan perkembangan sperma, B Sperma dengan spermatogonia dan spermatosit, C Spermatosit dengan spermatid , D Sperma matang dengan ekor . Huruf c menunjukkan Coenenchyme; oa bagian oral dari polip ; pc rongga polip ; s1, Stage I Spermatosit dengan spermatogonia; s2 , Stage II .spermatosit yag menempel pada pedikel ; s3 , Stage III; s4 , Stage IV sperma yang telah matang.

2.3.4 Pemijahan dan Fertilisasi