c. External brooding, terjadi pada genus Alcyonium dan Capnella. Telur akan dikeluarkan di permukaan koloni karang lunak dan menunggu hingga
terjadi proses fertilisasi. Cara ini merupakan strategi terhadap rendahnya kesuburan gamet sebagai upaya untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva
dari bahaya predasi.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Reproduksi Karang Lunak Octocorallia
Pola reproduksi karang lunak yang di dalamnya termasuk gametogenesis dan strategi atau cara dalam melakukan reproduksi dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa berupa faktor eksternal dan faktor internal.
2.4.1 Faktor Internal
Ukuran dan Umur Koloni Karang lunak memiliki ukuran dan umur yang bervariasi dalam proses
kematangannya untuk melakukan reproduksi. Di dalam satu spesies, ukuran koloni merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kematangan
reproduksi. Lobophytum crassum dengan diameter kurang dari 18 cm belum bisa menghasilkan gamet untuk bereproduksi sementara Heteroxenia fuscescens
tidak akan mencapai kematangan reproduksi hingga ukuran koloninya mencapai volu-me 10 cm
3
. Hal ini merupakan strategi dalam melakukan reproduksi dimana energisumber daya dalam koloni dialokasikan terlebih dahulu untuk
pertumbuhan koloni hingga mencapai ukuran minimum untuk melakukan reproduksi Gutiérrez dan Lasker, 2004.
Penelitian yang dilakukan di KwaZulu-Natal yang menggunakan Sarchophyton glaucum, mengungkapkan bahwa gametogenesis dalam koloni laki-
laki membutuhkan waktu 9-10 bulan sedangkan untuk koloni betina membu- tuhkan waktu 16-18 bulan D.G. Fautin et all , 2004 .
2.4.2 Faktor Eksternal 1 Ketersediaan Makanan
Ketersediaan sumber makanan yang terdapat di perairan mempengaruhi waktu terjadinya gametogenesis dan proses spawning pada beberapa karang
lunak. Hartnoll 1975 menjelaskan bahwa perkembangan gamet pada Alcyonium digitatum terjadi pada awal musim semi dan panas dimana sumber
makanan planktonik sangat melimpah di perairan. Proses spawning pada spesies ini terjadi pada pertengahan musim dingin dimana pada saat awal musim semi,
larva dari hasil proses pembuahan di kolom perairan akan memiliki banyak persediaan makanan untuk berkembang. Benayahu 1991 menjelaskan bahwa
proses pembentukan larva planula pada Acabaria biserialis di Laut Merah terjadi setelah terjadinya blooming musiman pada fitoplankton.
2 Fase Bulan
Karang lunak yang tumbuh di perairan dangkal, tingkah laku pengeluaran telur ke perairan spawning memiliki hubungan dengan fase bulan. Gamet
dilepas ke perairan pada saat atau menjelang bulan purnama dan pada sekitar atau menjelang fase bulan barumati. Bahkan proses spawning juga terjadi pada fase
bulan tiga perempat Simpson, 2008. Namun, hasil yang berkebalikan ditemukan oleh Benayahu 1991 yang menunjukkan tidak adanya kaitan antara
fase bulan dengan pelepasan larva planula pada karang lunak Heteroxenia fuscescens.
3 Suhu Perairan
Suhu merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam reproduksi gamet pada karang lunak. Choi dan Song 2007 menjelaskan bahwa jumlah
oosit pada setiap polip meningkat setiap bulan hingga suhu perairan mencapai nilai tertinggi dan menurun seiring dengan turunnya suhu perairan. Begitu juga
dengan jumlah gamet jantan yang meningkat pada bulan Agustus dan Desember dimana suhu perairan meningkat. Pada bulan oktober, jumlah gamet jantan mulai
menurun karena suhu perairan menurun secara cepat.
4 Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya berpengaruh terhadap reproduksi karang lunak dihubungkan dengan tingkat kejernihan perairan dan sedimentasi. Kojis dan
Quinn 1984 menjelaskan bahwa kedua faktor tersebut bisa menurunkan tingkat kesuburan polip. Hal ini disebabkan energi yang digunakan untuk melakukan
reproduksi menjadi berkurang karena menurunnya intensitas cahaya untuk proses fotosintesis oleh alga zooxanthellae di dalamnya dan pengalokasian energi
sumber daya untuk membersihkan diri dari sedimen.
5 Habitat
Jenis-jenis karang lunak hidup di daerah pasang surut sampai kedalaman 200 m. Umumnya syarat-syarat hidupnya sama dengan karang batu. Hewan ini
menyukai perairan yang hangat atau sedang terutama di Indo-Pasifik. Ada beberapa jenis yang dapat hidup sampai ke kedalaman 3.000 m.
Dan secara umum, karang lunak di daerah tropis melakukan reproduksi dengan cara melepaskan gametnya ke kolom perairan secara serempak dengan
organisme lain di ekosistem terumbu karang sedangkan pada karang lunak di daerah subtropis menunjukkan proses gametogenesis yang lama dan melakukan
reproduksi secara brooding Cordes et al., 2001. Pengaruh habitat pada reproduksi karang lunak juga terlihat pada tipe
seksualitas yang terjadi pada spesies Heteroxenia elizabethae. Di Great Barrier Reef, spesies ini menunjukkan tipe seksualitas gonokhorik sedangkan di Laut
Merah, spesies ini menujukkan tipe seksualitas hermaprodit.
2.5 Faktor – faktor Pembatas Pertumbuhan Karang Lunak Octocorallia