Pembuatan Pelet Ikan Pemberian Pakan Penyediaan Kultur Streptococcus agalactiae Uji Tantang

4

2.1.4 Pembuatan Prebiotik

Proses ekstraksi prebiotik yang dilakukan mengacu pada metode Muchtadi 1989. Sebanyak 500 gram tepung ubi jalar varietas sukuh dicampur air dengan perbandingan 1:1 wv dan dikukus pada suhu 100 o C selama 30 menit. Kemudian bahan tersebut dikeringkan di dalam oven pada suhu 55 o C selama 18 jam. Selanjutnya, bahan tersebut digiling dan disaring dengan menggunakan ayakan hingga tepung kukus ubi jalar dapat terkumpul. Tepung ubi jalar yang sudah jadi disimpan di lemari pendingin. Pada proses ekstraksi, 10 gram tepung ubi jalar disuspensikan ke dalam 100 ml etanol 70 dan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 15 jam. Selanjutnya, suspensi tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring steril. Filtrat yang diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan evaporator vacuum pada suhu 40 o C. Hasil pemekatan tersebut selanjutnya disentrifuse selama 10 menit pada 5.000 rpm untuk mengendapkan padatan sehingga lebih mudah untuk disaring. Hasil dari pemekatan ekstraksi ubi jalar tersebut selanjutnya diencerkan dengan menggunakan akuades steril hingga mencapai kadar TPT Total Padatan Terlarut sebesar 5 Marlis, 2008. Pengukuran kadar TPT tersebut dilakukan dengan memasukkan sampel bahan ke dalam oven hingga kadar air bahan menguap. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan menimbang cawan porselen yang telah dioven selama 1 jam hingga kadar airnya stabil a. Kemudian dimasukkan sebanyak 1 ml bahan sampel ke dalam cawan dan ditimbang b. Cawan yang berisi bahan tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 100 o C. Selanjutnya cawan ditimbang kembali c. Total Padatan Terlarut dihitung dengan rumus :

2.1.5 Pembuatan Pelet Ikan

Pelet perlakuan yang diberikan dibuat di laboratorium. Pelet tersebut dibuat dengan mencampurkan semua bahan pakan secara merata untuk selanjutnya dapat dicetak menjadi bentuk pelet. Pelet tersebut selanjutnya di masukkan ke dalam oven 70 o C semalaman hingga kering. Komposisi pakan buatan untuk tiap perlakuan dapat dilihat di Lampiran 1. 5

2.1.6 Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari secara at satiation. Perlakuan pakan yang diberikan ke ikan uji yaitu : Perlakuan A : Pakan uji dan diinfeksi Streptococcus agalactiae kontrol positif. Perlakuan B : Pakan uji dan disuntik PBS kontrol negatif. Perlakuan C : Pakan uji dengan penambahan probiotik 1 v v dari bobot pakan Wang, 2007 dan diinfeksi Streptococcus agalactiae. Perlakuan D : Pakan uji dengan penambahan prebiotik 2 v v dari bobot pakan Grisdale et al., 2008 dan diinfeksi Streptococcus agalactiae. Perlakuan E : Pakan uji dengan penambahan probiotik 1 v v dan prebiotik 2 v v dari bobot pakan dan diinfeksi Streptococcus agalactiae. Penambahan probiotik dan prebiotik dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan syringe secara merata ke pakan dengan penambahan kuning telur sebanyak 2 v v yang berfungsi sebagai binder Wang, 2007.

2.1.7 Penyediaan Kultur Streptococcus agalactiae

Biakan Streptococcus agalactiae didapatkan dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Sebanyak satu ose penuh biakan Streptococcus agalactiae dikultur dalam 10 ml media BHI Brain Heart Infusion. Setelah 24 jam, diambil sebanyak 1 ml media biakan untuk dikultur kembali ke dalam 24 ml media BHI yang baru. Setelah 24 jam, media tersebut dapat dipanen dan digunakan sebagai bakteri uji tantang dengan kepadatan 10 9 CFUml.

2.1.8 Uji Tantang

Ikan diuji tantang selama kurun waktu 10 hari dengan menyuntikkan biakan Streptococcus agalactiae dengan kepadatan 10 9 CFUml. Ikan disuntik di bagian dorsal dengan dosis suntikan 0,1 ml10 gram bobot ikan.

2.2 Parameter Pengamatan