1
I. PENDAHULUAN
Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan ikan nila banyak dalam bentuk
ikan segar maupun dalam bentuk fillet. Permintaan tersebut mencakup permintaan pasar domestik maupun dari luar negeri Amerika dan Eropa. Produksi ikan nila
setiap tahunnya mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2004 produksi ikan nila masih sejumlah 97.116 ton, pada tahun 2008 telah mencapai volume produksi
hingga 220.900 ton Poernomo, 2009.
Ikan nila memiliki banyak keunggulan, antara lain memiliki kemampuan tumbuh yang relatif cepat, baik dalam mencerna pakan yang tinggi kandungan
karbohidrat dan memiliki toleransi yang cukup luas terhadap perubahan kondisi lingkungan. Selain itu, ikan nila juga dinilai memiliki daya tahan yang relatif lebih
tinggi terhadap serangan penyakit, termasuk jenis ikan omnivora yang dapat menerima pakan alami maupun pakan buatan serta rakus memakan limbah-limbah
organik. Penyakit bakterial merupakan salah satu masalah penting yang kerap timbul
dalam usaha budidaya ikan air tawar. Salah satu penyakit bakterial yang akhir- akhir ini banyak menyerang ikan nila adalah streptococcosis yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus agalactiae. Menurut Pasnik et al. 2009, Streptococcus agalactiae banyak menyerang ikan baik pada perairan umum maupun pada ikan
budidaya yang menyebabkan banyak terjadinya kerusakan organ. Menurut Hernandez et al. 2009, wabah bakteri Streptococcus agalactiae bersifat akut dan
dapat menyebabkan kematian tinggi hingga mencapai 100 pada ikan budidaya. Penanggulangan penyakit bakterial pada ikan kerap kali dilakukan dengan
pemberian antibiotik. Akan tetapi, penggunaan antibiotik secara terus menerus dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik
tersebut. Selain itu, meningkatnya isu mengenai keamanan pangan dan keamanan lingkungan kerap menjadi faktor pembatas dalam penggunaan antibiotik.
Seiiring dengan perkembangan teknologi, pencegahan penyakit bakterial pun dapat dilakukan dengan penambahan probiotik. Menurut Fuller 1992,
probiotik merupakan makanan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang
2 memberi pengaruh yang menguntungkan bagi inang dengan meningkatkan
keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, seperti Lactobacillus sp., Bacillus sp., Saccharomyces cerevisiae serta Aspergillus oryzae. Dhingra 1993
menyatakan bahwa probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan mikroba pada usus, menghalangi mikroba patogen usus dan memperbaiki efisiesi pakan.
Menurut Irianto 2003, pada dasarnya terdapat tiga cara kinerja probiotik, yaitu menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-
senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di saluran pencernaan, merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan atau
menurunkan aktivitas enzim dan menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi atau aktivitas makrofag.
Menurut Schrezenmeir dan Vrese 2001, prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh inang tetapi memberikan efek yang
menguntungkan bagi inang dengan cara merangsang pertumbuhan mikroflora normal di dalam saluran pencernaan inang. Penambahan prebiotik pada pakan
akan menstimulasi perbaikan mikroflora normal di dalam saluran pencernaan ikan. Prebiotik pun menjadi sumber energi bagi keberadaan probiotik. Pemberian
probiotik yang diiringi oleh pemberian prebiotik diharapkan akan mampu menstimulir keberadaan bakteri probiotik yang akan menguntungkan bagi
inangnya. Menurut Schrezenmeir dan Vrese 2001, sinbiotik merupakan kombinasi seimbang dari probiotik dan prebiotik dalam mendukung kelangsungan
dan pertumbuhan bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan makhluk hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan terhadap peningkatan respon imun dan
kelangsungan hidup ikan nila yang diinfeksi Streptococcus agalactiae.
3
II. BAHAN DAN METODE