Aplikasi probiotik, prebiotik dan sinbiotik dalam pakan untuk meningkatkan respon imun dan kelangsungan hidup Ikan Nila Oreochromis niloticus yang diinfeksi Streptococcus agalactiae

(1)

1

APLIKASI PROBIOTIK, PREBIOTIK DAN SINBIOTIK DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN RESPON IMUN DAN KELANGSUNGAN

HIDUP IKAN NILA Oreochromis niloticus YANG DIINFEKSI Streptococcus agalactiae

ACHMAD FAROUQ

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

2

APLIKASI PROBIOTIK, PREBIOTIK DAN SINBIOTIK DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN RESPON IMUN DAN KELANGSUNGAN

HIDUP IKAN NILA Oreochromis niloticus YANG DIINFEKSI Streptococcus agalactiae

ACHMAD FAROUQ

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(3)

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

APLIKASI PROBIOTIK, PREBIOTIK DAN SINBIOTIK DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN RESPON IMUN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA Oreochromis niloticus YANG DIINFEKSI Streptococcus agalactiae

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

ACHMAD FAROUQ C14060137


(4)

4 Judul Skripsi : Aplikasi probiotik, prebiotik dan sinbiotik dalam pakan untuk meningkatkan respon imun dan kelangsungan hidup ikan nila Oreochromis niloticus yang diinfeksi Streptococcus agalactiae Nama : Achmad Farouq

NIM : C14060137

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr.Ir. Widanarni, M.Si.) (Dr. Munti Yuhana, S.Pi., M.Si.) NIP.19670927 199403 2 001 NIP. 19691220 199403 2 002

Mengetahui

Ketua Departemen Budidaya Perairan

(Dr.Ir. Odang Carman, M.Sc.) NIP. 19591222 198601 1 001


(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli s.d. Agustus 2010 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan adalah mengenai kesehatan ikan, dengan judul

“Aplikasi probiotik, prebiotik dan sinbiotik dalam pakan untuk meningkatkan respon imun dan kelangsungan hidup ikan nila Oreochromis niloticus yang diinfeksi Streptococcus agalactiae.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah ikut serta dalam penyelesaian karya ilmiah ini, khususnya kepada Ibu Dr.Ir. Widanarni, M.Si. dan Dr. Munti Yuhana, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing, Prof.Dr.Ir. M.Zairin Junior, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji, Bapak Ranta, Bang Achmad Noerkhaerin Putra, Bang Oji, Bang Yosi, Puguh Widagdo, Erwin Wahyu, Prana Mahardika, Andhini, Novia, Firsty, Silfanny, Khaefah, Isni, Ide, Karno, Rona, Ikbal, Ricfandi, Aziz, segenap rekan-rekan BDP 43, serta teman-teman lain yang turut membantu dalam proses penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu dan kakak atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan sumbang saran untuk perbaikannya di kemudian hari. Semoga karya ilmiah ini mendapatkan ridho dari Allah SWT sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2011


(6)

6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 25 April 1989 dari ayah Junaidi Shobir dan ibu Nuriah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMAN 10 Bandar Lampung dan lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor dan memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Karamba Jaring Apung Kelompok Sea Farming Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik pada semester genap 2009/2010. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Aplikasi probiotik, prebiotik dan sinbiotik dalam pakan untuk meningkatkan respon imun dan kelangsungan hidup ikan nila Oreochromis niloticus yang diinfeksi Streptococcus agalactiae”.


(7)

7

ABSTRAK

ACHMAD FAROUQ. Aplikasi probiotik, prebiotik dan sinbiotik dalam pakan untuk meningkatkan respon imun dan kelangsungan hidup ikan nila Oreochromis niloticus yang diinfeksi Streptococcus agalactiae”. Dibimbing oleh Widanarni dan Munti Yuhana.

Ikan nila telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat untuk memenuhi banyaknya permintaan pasar. Salah satu penyakit bakterial yang akhir-akhir ini banyak menyerang ikan nila adalah streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae. Pada penelitian ini, ikan diberi pakan yang mengandung probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang diduga dapat meningkatkan respon imun dan tingkat kelangsungan hidup ikan. Pakan yang diberikan adalah pakan yang mengandung probiotik 1% (v/v), prebiotik 2% (v/v) dan probiotik

1% (v/v) + prebiotik 2% (v/v) (sinbiotik). Ikan kontrol (kontrol positif dan kontrol

negatif) diberikan pakan yang tidak mengandung probiotik maupun prebiotik. Pada penelitian ini, digunakan ikan nila merah monoseks (all male) dengan ukuran bobot rata-rata 13 gram. Ikan tersebut diberi pakan perlakuan selama 30 hari sebelum diuji tantang. Setelah itu, ikan diuji tantang dengan disuntik Streptococcus agalactiae dengan kepadatan 109 CFU/ml. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup, laju petumbuhan spesifik dan efisiensi pakan ikan nila selama pemeliharaan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Namun, tingkat kelangsungan hidup ikan setelah diinfeksi Streptococcus agalactiae memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) pada perlakuan A (kontrol +) sebesar 50% terhadap semua perlakuan lain, yaitu perlakuan C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik) yang masing-masing sebesar 73%, 76% dan 80%. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata dapat meningkatkan respon imun dan tingkat kelangsungan hidup ikan akibat infeksi Streptococcus agalactiae.


(8)

8

ABSTRACT

ACHMAD FAROUQ. Application of probiotic, prebiotic and synbiotic in fish feed as the immune response enhancer and their effect on the survival rate of tilapia Oreochromis niloticus against Streptococcus agalactiae infection. Supervised by Widanarni and Munti Yuhana.

Tilapia have been cultured with human to fulfill market request quantity. Many efforts have been applied to increase its production. However, some parasitical and bacterial diseases often caused its mass mortality. One of the bacterial disease that recently attacks tilapia is streptococcosis caused by Streptococcus agalactiae. In this study, fish feed supplemented by probiotic, prebiotic and synbiotic were applied to enhance the immune response and survival rate of the fish against Streptococcus agalactiae infection. Treatments used in this study, were as

follows : feed containing 1% (v/v) of probiotic, feed containing 2% (v/v)

of prebiotic and feed containing mixed of 1% (v/v) of probiotic + 2% (v/v)

of prebiotic (defined as synbiotic). Controls (positive and negative controls) fish were fed by fish feed without containing neither probiotic and prebiotic. In this study, we used monosex red tilapia (all male) with the average of body weight of ± 13 gram. The fish were fed by supplemented feed within first 30 days pre

injection. After that, the treatments fish were challenged by 109 CFU/ml of Streptococcus agalactiae. The results demonstrated that the survival rate,

specific growth rate and feed efficiency of the treatments were statistically not different from each other (P>0.05). Meanwhile, the survival rate of the fish

challenged by Streptococcus agalactiae was lowest (50%) than others. The survival rate of the fish fed by supplemented feed containing probiotic,

prebiotic and synbiotic were 76%, 76% and 80%, respectively. These were statistically different compared to that of control (50%) (P<0.05). The results demonstrated that addition of probiotic, prebiotic and synbiotic in fish feed could increase immune response and survival rate against Streptococcus agalactiae. Keywords : tilapia, probiotic, prebiotic, synbiotic, Streptococcus agalactiae


(9)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

II. BAHAN DAN METODE ... 3

2.1 Metode Penelitian ... 3

2.1.1 Persiapan Wadah ... 3

2.1.2 Persiapan Ikan Uji ... 3

2.1.3 Kultur Probiotik... 3

2.1.4 Pembuatan Prebiotik ... 4

2.1.5 Pembuatan Pelet Ikan ... 4

2.1.6 Pemberian Pakan ... 5

2.1.7 Penyedian Kultur Streptococcus agalactiae ... 5

2.1.8 Uji Tantang ... 5

2.2 Parameter Pengamatan ... 5

2.2.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan ... 6

2.2.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan ... 6

2.2.3 Efisiensi Pakan Ikan ... 6

2.2.4 Gambaran Darah Ikan ... 7

2.2.4.1 Perhitungan Kadar Hemoglobin (Hb) ... 7

2.2.4.2 Perhitungan Kadar Hematokrit ... 7

2.2.4.3 Perhitungan Jumlah Eritrosit ... 8

2.2.4.4 Perhitungan Jumlah Leukosit ... 8

2.2.4.5 Differensial Leukosit ... 9

2.2.4.6 Indeks Fagositik... 9

2.2.5 Kualitas Air ... 10

2.3 Analisis Data ... 10

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

3.1 Hasil ... 11

3.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan ... 11

3.1.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan ... 12

3.1.3 Efisiensi Pakan Ikan ... 12

3.1.4 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan setelah Uji Tantang ... 13

3.1.5 Gambaran Darah Ikan ... 14

3.1.5.1 Kadar Hemoglobin (Hb) ... 15

3.1.5.2 Kadar Hematokrit ... 15

3.1.5.3 Jumlah Eritrosit ... 16


(10)

ii

3.1.5.5 Differensial Leukosit ... 18

3.1.5.5.1 Limfosit ... 18

3.1.5.5.2 Monosit ... 19

3.1.5.5.3 Neutrofil ... 20

3.1.5.5.4 Trombosit ... 21

3.1.5.6 Indeks Fagositik... 22

3.2 Pembahasan ... 23

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

4.1 Kesimpulan ... 30

4.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(11)

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah selesai perlakuan

pakan ... 11 2. Laju pertumbuhan spesifik ikan nila setelah selesai perlakuan

pakan ... 12 3. Efisiensi pakan ikan nila setelah selesai perlakuan pakan ... 13 4. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah diuji tantang

dengan Streptococcus agalactiae ... 14 5. Kadar hemoglobin ikan nila selama masa pemeliharaan dan

setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae ... 15 6. Kadar hematokrit ikan nila selama masa pemeliharaan dan

setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae ... 16 7. Jumlah eritrosit ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah

diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae ... 17 8. Jumlah leukosit ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah

diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae ... 18 9. Jumlah sel limfosit ikan nila selama masa pemeliharaan dan

setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae ... 19 10. Jumlah sel monosit ikan nila selama masa pemeliharaan dan

setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae ... 20 11. Jumlah sel neutrofil ikan nila selama masa pemeliharaan dan

setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae ... 21 12. Jumlah sel trombosit ikan nila selama masa pemeliharaan dan

setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae ... 22 13. Indeks fagositik ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah


(12)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Komposisi pakan buatan untuk tiap perlakuan ... 35 2. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila (%) setelah selesai

perlakuan pakan ... 35 3. Bobot pertumbuhan ikan nila (gram) pada masing-masing

perlakuan selama masa pemeliharaan ... 36 4. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila (%) setelah diuji tantang

dengan Streptococcus agalactiae ... 36 5. Data gambaran darah ikan... 37 6. Kisaran kualitas air pada media pemeliharaan (diambil pada saat

kualitas air terburuk) ... 42 7. Analisis statistik terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan nila

setelah selesai perlakuan pakan ... 43 8. Analisis statistik terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan nila

setelah selesai perlakuan pakan ... 44 9. Analisis statistik terhadap efisiensi pakan ikan nila setelah

selesai perlakuan pakan ... 45 10. Analisis statistik terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan nila

setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalacatiae... 46 11. Analisis statistik terhadap kadar hemoglobin ikan nila selama

masa pemeliharaan ... 47 12. Analisis statistik terhadap kadar hematokrit ikan nila selama

masa pemeliharaan ... 50 13. Analisis statistik terhadap jumlah eritrosit ikan nila selama masa

pemeliharaan ... 53 14. Analisis statistik terhadap jumlah leukosit ikan nila selama masa

pemeliharaan ... 56 15. Analisis statistik terhadap jumlah sel limfosit ikan nila selama

masa pemeliharaan ... 59 16. Analisis statistik terhadap jumlah sel monosit ikan nila selama

masa pemeliharaan ... 60 17. Analisis statistik terhadap jumlah sel neutrofil ikan nila selama

masa pemeliharaan ... 62 18. Analisis statistik terhadap jumlah sel trombosit ikan nila selama

masa pemeliharaan ... 63 19. Analisis statistik terhadap indeks fagositik ikan nila selama


(13)

1

I.

PENDAHULUAN

Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan ikan nila banyak dalam bentuk ikan segar maupun dalam bentuk fillet. Permintaan tersebut mencakup permintaan pasar domestik maupun dari luar negeri (Amerika dan Eropa). Produksi ikan nila setiap tahunnya mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2004 produksi ikan nila masih sejumlah 97.116 ton, pada tahun 2008 telah mencapai volume produksi hingga 220.900 ton (Poernomo, 2009).

Ikan nila memiliki banyak keunggulan, antara lain memiliki kemampuan tumbuh yang relatif cepat, baik dalam mencerna pakan yang tinggi kandungan karbohidrat dan memiliki toleransi yang cukup luas terhadap perubahan kondisi lingkungan. Selain itu, ikan nila juga dinilai memiliki daya tahan yang relatif lebih tinggi terhadap serangan penyakit, termasuk jenis ikan omnivora yang dapat menerima pakan alami maupun pakan buatan serta rakus memakan limbah-limbah organik.

Penyakit bakterial merupakan salah satu masalah penting yang kerap timbul dalam usaha budidaya ikan air tawar. Salah satu penyakit bakterial yang akhir-akhir ini banyak menyerang ikan nila adalah streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae. Menurut Pasnik et al. (2009), Streptococcus agalactiae banyak menyerang ikan baik pada perairan umum maupun pada ikan budidaya yang menyebabkan banyak terjadinya kerusakan organ. Menurut Hernandez et al. (2009), wabah bakteri Streptococcus agalactiae bersifat akut dan dapat menyebabkan kematian tinggi hingga mencapai 100% pada ikan budidaya.

Penanggulangan penyakit bakterial pada ikan kerap kali dilakukan dengan pemberian antibiotik. Akan tetapi, penggunaan antibiotik secara terus menerus dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut. Selain itu, meningkatnya isu mengenai keamanan pangan dan keamanan lingkungan kerap menjadi faktor pembatas dalam penggunaan antibiotik.

Seiiring dengan perkembangan teknologi, pencegahan penyakit bakterial pun dapat dilakukan dengan penambahan probiotik. Menurut Fuller (1992), probiotik merupakan makanan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang


(14)

2 memberi pengaruh yang menguntungkan bagi inang dengan meningkatkan keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, seperti Lactobacillus sp., Bacillus sp., Saccharomyces cerevisiae serta Aspergillus oryzae. Dhingra (1993) menyatakan bahwa probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan mikroba pada usus, menghalangi mikroba patogen usus dan memperbaiki efisiesi pakan. Menurut Irianto (2003), pada dasarnya terdapat tiga cara kinerja probiotik, yaitu menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di saluran pencernaan, merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan atau menurunkan aktivitas enzim dan menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi atau aktivitas makrofag.

Menurut Schrezenmeir dan Vrese (2001), prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh inang tetapi memberikan efek yang menguntungkan bagi inang dengan cara merangsang pertumbuhan mikroflora normal di dalam saluran pencernaan inang. Penambahan prebiotik pada pakan akan menstimulasi perbaikan mikroflora normal di dalam saluran pencernaan ikan. Prebiotik pun menjadi sumber energi bagi keberadaan probiotik. Pemberian probiotik yang diiringi oleh pemberian prebiotik diharapkan akan mampu menstimulir keberadaan bakteri probiotik yang akan menguntungkan bagi inangnya. Menurut Schrezenmeir dan Vrese (2001), sinbiotik merupakan kombinasi seimbang dari probiotik dan prebiotik dalam mendukung kelangsungan dan pertumbuhan bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan makhluk hidup.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan terhadap peningkatan respon imun dan kelangsungan hidup ikan nila yang diinfeksi Streptococcus agalactiae.


(15)

3

II.

BAHAN DAN METODE

2.1Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu persiapan wadah, persiapan ikan uji, kultur probiotik, pembuatan prebiotik, pembuatan pelet ikan, pemberian pakan, penyedian kultur Streptococcus agalactiae serta uji tantang.

2.1.1 Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah akuarium yang berukuran 65x30x35 cm sebanyak 15 buah. Sebelum digunakan, akuarium dicuci bersih dengan menggunakan sabun. Setelah itu akuarium didesinfeksi dengan kaporit 100 ppm, lalu akuarium dibilas hingga bersih. Setelah bersih, akuarium diisi dengan air tandon hingga ketinggian 30 cm dan diaerasi penuh.

2.1.2 Persiapan Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila merah monoseks (all male) dengan bobot rata-rata 13 gram sebanyak 225 ekor. Ikan-ikan tersebut didatangkan dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Ikan dipelihara pada tiap akuarium yang berukuran 60x30x35 cm sebanyak 15 ekor. Ikan dipelihara dengan suhu stabil yakni antara 28-30 oC dalam ruangan tertutup. Air pemeliharaan disifon dan diganti setiap hari sebanyak 60%. Ikan dipelihara selama 30 hari dengan pemberian masing-masing pakan perlakuan.

2.1.3 Kultur Probiotik

Probiotik yang digunakan adalah bakteri NP5 yang diisolasi dari saluran

pencernaan ikan nila dan telah diidentifikasi sebagai bakteri Bacillus sp. (Putra, 2010). Probiotik dikultur cair setiap harinya dengan memasukkan satu ose penuh biakan bakteri ke dalam media TSB (Tryptic Soy Broth) sebanyak 25 ml selama 16-18 jam dan diletakkan di atas shaker dengan kecepatan 160 rpm. Pada saat panen, suspensi sel disentrifuse pada 5.000 rpm kemudian supernatan dibuang dan sel dicuci dengan larutan PBS (Phosphate Buffer Saline) steril sebanyak 2 kali sebelum digunakan sebagai bahan probiotik.


(16)

4

2.1.4 Pembuatan Prebiotik

Proses ekstraksi prebiotik yang dilakukan mengacu pada metode Muchtadi (1989). Sebanyak 500 gram tepung ubi jalar (varietas sukuh) dicampur air dengan perbandingan 1:1 (w/v) dan dikukus pada suhu 100 oC selama 30 menit. Kemudian bahan tersebut dikeringkan di dalam oven pada suhu 55 oC selama 18 jam. Selanjutnya, bahan tersebut digiling dan disaring dengan menggunakan ayakan hingga tepung kukus ubi jalar dapat terkumpul. Tepung ubi jalar yang sudah jadi disimpan di lemari pendingin.

Pada proses ekstraksi, 10 gram tepung ubi jalar disuspensikan ke dalam 100 ml etanol 70% dan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 15 jam. Selanjutnya, suspensi tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring steril. Filtrat yang diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan evaporator vacuum pada suhu 40 oC. Hasil pemekatan tersebut selanjutnya disentrifuse selama 10 menit pada 5.000 rpm untuk mengendapkan padatan sehingga lebih mudah untuk disaring.

Hasil dari pemekatan ekstraksi ubi jalar tersebut selanjutnya diencerkan dengan menggunakan akuades steril hingga mencapai kadar TPT (Total Padatan Terlarut) sebesar 5% (Marlis, 2008). Pengukuran kadar TPT tersebut dilakukan dengan memasukkan sampel bahan ke dalam oven hingga kadar air bahan menguap. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan menimbang cawan porselen yang telah dioven selama 1 jam hingga kadar airnya stabil (a). Kemudian dimasukkan sebanyak 1 ml bahan sampel ke dalam cawan dan ditimbang (b). Cawan yang berisi bahan tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 100 oC. Selanjutnya cawan ditimbang kembali (c). Total Padatan Terlarut dihitung dengan rumus :

2.1.5 Pembuatan Pelet Ikan

Pelet perlakuan yang diberikan dibuat di laboratorium. Pelet tersebut dibuat dengan mencampurkan semua bahan pakan secara merata untuk selanjutnya dapat dicetak menjadi bentuk pelet. Pelet tersebut selanjutnya di masukkan ke dalam oven 70 oC semalaman hingga kering. Komposisi pakan buatan untuk tiap perlakuan dapat dilihat di Lampiran 1.


(17)

5

2.1.6 Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari secara at satiation. Perlakuan pakan yang diberikan ke ikan uji yaitu :

Perlakuan A : Pakan uji dan diinfeksi Streptococcus agalactiae (kontrol positif). Perlakuan B : Pakan uji dan disuntik PBS (kontrol negatif).

Perlakuan C : Pakan uji dengan penambahan probiotik 1% (v/v) dari bobot pakan

(Wang, 2007) dan diinfeksi Streptococcus agalactiae.

Perlakuan D : Pakan uji dengan penambahan prebiotik 2% (v/v) dari bobot pakan

(Grisdale et al., 2008) dan diinfeksi Streptococcus agalactiae.

Perlakuan E : Pakan uji dengan penambahan probiotik 1% (v/v) dan prebiotik

2% (v/v) dari bobot pakan dan diinfeksi Streptococcus agalactiae.

Penambahan probiotik dan prebiotik dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan syringe secara merata ke pakan dengan penambahan kuning telur sebanyak 2% (v/v) yang berfungsi sebagai binder (Wang, 2007).

2.1.7 Penyediaan Kultur Streptococcus agalactiae

Biakan Streptococcus agalactiae didapatkan dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Sebanyak satu ose penuh biakan Streptococcus agalactiae dikultur dalam 10 ml media BHI (Brain Heart Infusion). Setelah 24 jam, diambil sebanyak 1 ml media biakan untuk dikultur kembali ke dalam 24 ml media BHI yang baru. Setelah 24 jam, media tersebut dapat dipanen dan digunakan sebagai bakteri uji tantang dengan kepadatan 109 CFU/ml.

2.1.8 Uji Tantang

Ikan diuji tantang selama kurun waktu 10 hari dengan menyuntikkan biakan Streptococcus agalactiae dengan kepadatan 109 CFU/ml. Ikan disuntik di bagian dorsal dengan dosis suntikan 0,1 ml/10 gram bobot ikan.

2.2Parameter Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan serta pengamatan gambaran darah ikan.


(18)

6

2.2.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan

Tingkat kelangsungan hidup ikan (Survival Rate) dihitung dari persentase jumlah ikan yang hidup di akhir masa pemeliharaan dibanding dengan jumlah ikan pada saat tebar awal. Tingkat kelangsungan hidup ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979) :

Keterangan :

SR : Survival Rate (%) Nt : Populasi saat t (ekor) N0 : Populasi awal (ekor)

2.2.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan

Ikan disampling bobot rutin setiap 10 hari sekali. Pertumbuhan spesifik ikan (Specific Growth Rate) adalah besarnya laju pertumbuhan harian ikan. SGR dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Huisman, 1987) :

Keterangan :

SGR : Laju pertumbuhan spesifik (%/hari) Wt : Berat rata-rata ikan pada saat akhir (gram)

W0 : Berat rata-rata ikan pada saat awal (gram)

t : Lama pemeliharaan (hari)

2.2.3 Efisiensi Pakan Ikan

Efisiensi pemberian pakan dihitung dari persentase jumlah biomassa ikan yang dihasilkan dibanding dengan jumlah pakan yang diberikan. Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus (Takeuchi, 1988) :

100% Keterangan :

EP : Efisiensi Pakan (%) Bd : Bobot ikan mati (gram) Bt : Bobot ikan akhir (gram) F : Jumlah pakan (gram) Bo : Bobot ikan awal (gram)


(19)

7

2.2.4 Gambaran Darah Ikan

Pengamatan gambaran darah ikan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang. Darah ikan diambil melalui vena caudal menggunakan syringe. Syringe dan tabung eppendorf dibilas dengan larutan antikoagulan terlebih dahulu, natrium sitrat (C6H5O7Na3.2H2O). Lalu, syringe dimasukkan dari belakang anal ke

arah tulang hingga menyentuh tulang belakang. Darah dihisap perlahan kemudian dimasukkan ke dalam tabung eppendorf. Pengamatan gambaran darah ikan meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, differensial leukosit serta indeks fagositik.

2.2.4.1Perhitungan Kadar Hemoglobin (Hb)

Prosedur perhitungan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan dengan metode Sahli (Wedemeyer dan Yasutake, 1977). Pertama, darah sampel dihisap dengan menggunakan pipet Sahli hingga skala 20 mm3 atau pada skala 0,2 ml. Lalu ujung pipet dibersihkan dengan kertas tisu. Darah dalam pipet dipindahkan ke dalam tabung Hb-meter yang telah diisi HCl 0,1 N hingga skala 10 (merah). Darah tersebut lalu diaduk dengan batang pengaduk selama 3 hingga 5 menit. Setelah itu, akuades ditambahkan ke dalam tabung tersebut hingga warna darah tersebut menjadi seperti warna larutan standar yang ada dalam Hb-meter. Skala hemoglobin dapat dilihat pada skala jalur g% (kuning) yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah.

2.2.4.2Perhitungan Kadar Hematokrit

Kadar hematokrit diukur menurut Anderson dan Siwicki (1993). Pertama, ujung tabung mikrohematokrit dicelupkan ke dalam tabung yang berisi darah. Darah diambil sebanyak ¾ bagian tabung. Ujung tabung yang telah berisi darah ditutup dengan crytoceal dengan cara menancapkan ujung tabung tersebut ke dalam crytoceal kira-kira sedalam 1 mm sehingga terbentuk sumbat crytoceal. Setelah itu, tabung mikrohematokrit tersebut disentrifuge selama 5 menit pada 5.000 rpm dengan posisi tabung yang bervolume sama berhadapan agar putaran sentrifuse seimbang.

Panjang bagian darah yang mengendap (a) dan panjang total volume darah yang terdapat di dalam tabung (b) diukur dengan menggunakan penggaris. Kadar


(20)

8 hematokrit merupakan banyaknya sel darah (digambarkan dengan padatan atau endapan) dalam cairan darah. Kadar hematokrit darah dapat dihitung dengan rumus :

2.2.4.3Perhitungan Jumlah Eritrosit

Jumlah eritrosit dihitung menurut Blaxhall dan Daisley (1973). Pertama, darah sampel dihisap dengan menggunakan pipet yang berisi bulir pengaduk warna merah hingga skala 0,5 (pipet untuk mengukur sel darah merah). Lalu ditambahkan larutan hayem hingga skala 101. Darah dalam pipet diaduk dengan cara mengayunkan tangan yang memegang pipet seperti membentuk angka delapan selama 3-5 menit hingga homogen. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut dibuang, selanjutnya darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat dihitung dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 400x. Perhitungan dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer. Jumlah sel darah merah dapat dihitung dengan rumus :

2.2.4.4Perhitungan Jumlah Leukosit

Jumlah leukosit dihitung menurut Blaxhall dan Daisley (1973). Pertama, darah sampel dihisap dengan menggunakan pipet yang berisi bulir pengaduk warna putih hingga skala 0,5 (pipet untuk mengukur sel darah putih). Lalu ditambahkan larutan turk hingga skala 11. Darah dalam pipet diaduk dengan cara mengayunkan tangan yang memegang pipet seperti membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut dibuang, selanjutnya darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah putih dapat dihitung dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 400x. Perhitungan dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer. Jumlah sel darah putih dapat dihitung dengan rumus :


(21)

9

2.2.4.5Differensial Leukosit

Differensial leukosit dihitung menurut Amlacher (1970). Pertama, darah sampel diambil dan diteteskan pada gelas objek pada bagian sisi kanan. Gelas objek lain diletakkan disebelah kanan darah membentuk sudut 30o. Gelas objek tersebut ditarik ke arah kiri dengan tetap menyentuh darah tersebut hingga membentuk preparat ulas darah yang cukup tipis sehingga mudah diamati. Setelah itu, preparat ulas dikering udarakan. Preparat ulas yang telah kering lalu difiksasi dalam larutan methanol selama 5-10 menit. Setelah itu, preparat ulas dikering udarakan. Preparat ulas direndam dalam larutan Giemsa selama 10-15 menit. Preparat ulas tersebut selanjutnya dibilas dengan akuades dan kembali dikeringudarakan. Setelah itu, preparat ulas dapat diamati di bawah mikroskop.

Persentase sel-sel leukosit dapat dihitung dengan cara mengamati jumlah sel-sel limfosit, monosit, neutrofil dan trombosit hingga berjumlah 100 sel. Masing-masing jenis leukosit yang terhitung dikelompokkan dan dipersenkan menurut jenisnya. Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

2.2.4.6Indeks Fagositik

Aktivitas fagositik diukur menurut Anderson dan Siwicki (1993). Pertama, darah sampel diambil sebanyak 50 µl dan dimasukkan ke dalam tabung eppendorf. Setelah itu, ditambahkan sebanyak 50 µl suspensi Staphylococcus aereus dengan kepadatan 107 sel/ml. Kemudian, suspensi tersebut dihomogenkan dan diinkubasi dalam suhu ruang selama 20 menit. Sebanyak 5 µl suspensi tersebut diambil dan dibuat preparat ulas darah.

Darah sampel diambil dan diteteskan pada gelas objek pada bagian sisi kanan. Gelas objek lain diletakkan disebelah kanan darah membentuk sudut 30o. Gelas objek tersebut ditarik ke arah kiri dengan tetap menyentuh darah tersebut hingga membentuk preparat ulas darah yang cukup tipis sehingga mudah diamati.


(22)

10 Setelah itu, preparat ulas dikering udarakan. Preparat ulas yang telah kering lalu difiksasi dalam larutan methanol selama 5-10 menit. Setelah itu, preparat ulas dikeringudarakan. Preparat ulas direndam dalam larutan Giemsa selama 10-15 menit. Preparat ulas tersebut selanjutnya dibilas dengan akuades dan kembali dikeringudarakan. Setelah itu, preparat ulas dapat diamati di bawah mikroskop.

Persentase sel-sel fagositik dapat dihitung dengan cara mengamati jumlah sel-sel yang memfagosit bakteri hingga berjumlah 100 sel. Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

2.2.5 Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati mencakup kadar DO (Dissolve Oxygen),

pH, suhu dan kadar amonia. Parameter kualitas air tersebut diamati di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian

Bogor. Pengamatan dilakukan sebanyak satu kali dengan mengambil sampel air dari tiap perlakuan. Sampel air yang diambil adalah sampel air awal (dari tandon) dan sampel air yang diambil pada saat kualitas air terburuk (pagi hari sebelum pergantian air dilakukan). Data mengenai kisaran kualitas air pada media pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 6.

2.3Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh adalah data laju pertumbuhan ikan, tingkat kelangsungan hidup ikan, efisiensi pakan dan data mengenai gambaran darah ikan yang meliputi kadar hemoglobin dan hematokrit, jumlah eritrosit dan leukosit, differensial leukosit (limfosit, monosit, neutrofil dan trombosit) serta indeks fagositik. Data-data tersebut disajikan dalam bentuk grafik kemudian dilakukan uji F menggunakan sotfware SPSS ver.16.0.


(23)

11

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Hasil

Hasil yang diperoleh mencakup data mengenai tingkat kelangsungan hidup ikan setelah selesai perlakuan pakan dan di akhir uji tantang, laju pertumbuhan ikan, tingkat efisiensi pakan serta data gambaran darah ikan selama pemeliharaan.

3.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan

Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung dari persentase jumlah ikan yang hidup di akhir masa pemeliharaan dibanding dengan jumlah ikan pada saat tebar awal. Berikut ini merupakan data tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah selesai perlakuan pakan (Gambar 1).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 1. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah selesai perlakuan pakan Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan setelah selesai perlakuan pakan tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (P>0,05). Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan. Data mengenai tingkat kelangsungan hidup ikan setelah selesai perlakuan pakan dan analisis statistik terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan setelah selesai perlakuan pakan dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 7.

73 84 86 86 86 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A B C D E

T ing k a t k ela ng sun g a n hid up ( %) Perlakuan


(24)

12

3.1.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan

Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan spesifik ikan setelah selesai perlakuan pakan. Berikut ini nilai laju pertumbuhan spesifik ikan nila pada masing-masing perlakuan setelah selesai perlakuan pakan (Gambar 2).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 2. Laju pertumbuhan spesifik ikan nila setelah selesai perlakuan pakan Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik ikan setelah selesai perlakuan pakan tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (P>0,05). Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan. Data mengenai bobot pertumbuhan ikan pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan dan analisis statistik terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan setelah selesai perlakuan pakan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 8.

3.1.3 Efisiensi Pakan Ikan

Efisiensi pakan merupakan perbandingan antara besarnya pertambahan bobot biomassa ikan pada saat panen dengan bobot pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan. Efisiensi pakan merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan proses pemeliharaan.

1,97 1,97 1,93 1,95 1,97 0 0,5 1 1,5 2 2,5

A B C D E

L a ju pert um bu ha n spes if ik (%) Perlakuan


(25)

13 Berikut ini merupakan data mengenai efisiensi pakan ikan nila setelah selesai perlakuan pakan (Gambar 3).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 3. Efisiensi pakan ikan nila setelah selesai perlakuan pakan

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa efisiensi pakan ikan setelah selesai perlakuan pakan tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (P>0,05). Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap tingkat efisiensi pakan. Analisis statistik terhadap efisiensi pakan ikan setelah selesai perlakuan pakan dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.1.4 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan setelah Uji Tantang

Uji tantang dilakukan setelah 30 hari masa perlakuan pakan. Ikan diuji tantang selama kurun waktu 10 hari dengan menyuntikkan biakan Streptococcus agalactiae dengan kepadatan 109 CFU/ml. Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung dari persentase jumlah ikan yang hidup di akhir masa pemeliharaan dibanding dengan jumlah ikan pada saat tebar awal.

59,91

59,87

60,13

60,41 56,97

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A B C D E

E

fis

iens

i

P

a

k

a

n (

%)

Perlakuan


(26)

14 Berikut ini merupakan data tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah diuji tantang (Gambar 4).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 4. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan setelah diinfeksi Streptococcus agalactiae memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) pada perlakuan A (kontrol +) sebesar 50% terhadap semua perlakuan yang lain, yaitu perlakuan C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik) yang masing-masing sebesar 73%, 76% dan 80%. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan setelah diuji tantang. Data mengenai tingkat kelangsungan hidup ikan setelah uji tantang dan analisis statistik terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan setelah uji tantang dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 10.

3.1.5 Gambaran Darah Ikan

Pengamatan gambaran darah ikan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang. Pengamatan gambaran darah yang dilakukan meliputi pengamatan kadar hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, differensial leukosit serta indeks fagositik. Data mengenai gambaran darah ikan dapat dilihat pada Lampiran 5.

50 90 73 76 80 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A B C D E

T ing k a t k ela ng sun g a n hid up ( %) Perlakuan


(27)

15

3.1.5.1Kadar Hemoglobin (Hb)

Data mengenai kadar hemoglobin yang didapat merupakan data yang diambil sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang. Berikut ini merupakan data kadar hemoglobin ikan nila selama masa pemeliharaan (Gambar 5).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 5. Kadar hemoglobin ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar hemoglobin ikan sebelum perlakuan pakan dan setelah selesai perlakuan pakan tidak berbeda nyata pada tiap

perlakuan (P>0,05). Setelah diuji tantang, perlakuan C (probiotik) dan E (sinbiotik) ternyata berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan A (kontrol +).

Penambahan probiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata berpengaruh terhadap kadar hemoglobin ikan. Analisis statistik terhadap kadar hemoglobin ikan nila selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 11.

3.1.5.2Kadar Hematokrit

Data mengenai kadar hematokrit yang didapat merupakan data yang diambil sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang.

0 2 4 6 8 10 12

A B C D E

H em o g lo bin g % Perlakuan

Pra perlakuan pakan Pasca perlakuan pakan Hari ke-5 uji tantang a a a a a d a a bc a a ab a a c


(28)

16 Berikut ini merupakan data kadar hematokrit ikan nila selama masa pemeliharaan (Gambar 6).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 6. Kadar hematokrit ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar hematokrit ikan sebelum perlakuan pakan dan setelah selesai perlakuan pakan tidak berbeda nyata pada tiap

perlakuan (P>0,05). Setelah diuji tantang, baik perlakuan C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik) tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan A (kontrol +). Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap kadar hematokrit ikan. Analisis statistik terhadap kadar hematokrit ikan nila selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 12.

3.1.5.3Jumlah Eritrosit

Data mengenai jumlah eritrosit yang didapat merupakan data yang diambil sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang.

0 5 10 15 20 25 30 35

A B C D E

H em a to k rit % Perlakuan

Pra perlakuan pakan Pasca perlakuan pakan Hari ke-5 uji tantang a a a a a b a a a a a a a a a


(29)

17 Berikut ini merupakan data jumlah eritrosit ikan nila selama masa pemeliharaan (Gambar 7).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 7. Jumlah eritrosit ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah eritrosit ikan sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap jumlah eritrosit ikan. Analisis statistik terhadap jumlah eritrosit ikan nila selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 13.

3.1.5.4Jumlah Leukosit

Data mengenai jumlah leukosit yang didapat merupakan data yang diambil sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang.

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5

A B C D E

E

rit

ro

sit

(

x

1

0

6sel/m

m

3)

Perlakuan

Pra perlakuan pakan Pasca perlakuan pakan Hari ke-5 uji tantang

a a a a a a a a

a a

a

a a

a a


(30)

18 Berikut ini merupakan data jumlah leukosit ikan nila selama masa pemeliharaan (Gambar 8).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 8. Jumlah leukosit ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah leukosit ikan sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada tiap perlakuan. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap jumlah leukosit ikan. Analisis statistik terhadap jumlah leukosit ikan nila selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 14.

3.1.5.5Differensial Leukosit

Pengamatan hasil differensial leukosit meliputi pengamatan jumlah limfosit, monosit, neutrofil dan trombosit dalam darah.

3.1.5.5.1 Limfosit

Data mengenai jumlah sel limfosit yang didapat merupakan data yang diambil sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

A B C D E

L euk o sit ( x 1 0 5sel/m m 3) Perlakuan

Pra perlakuan pakan Pasca perlakuan pakan Hari ke-5 uji tantang a a ab a a a a a ab a a ab a a b


(31)

19 Berikut ini merupakan data jumlah sel limfosit ikan nila selama masa pemeliharaan (Gambar 9).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 9. Jumlah sel limfosit ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah limfosit ikan sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap jumlah limfosit ikan. Analisis statistik terhadap jumlah sel limfosit ikan ikan nila selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 15.

3.1.5.5.2 Monosit

Data mengenai jumlah sel monosit yang didapat merupakan data yang diambil sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

A B C D E

L

im

fo

sit

%

Perlakuan

Pra perlakuan pakan Pasca perlakuan pakan Hari ke-5 uji tantang a a

ab

a a a a a

ab

a a b

a a b


(32)

20 Berikut ini merupakan data jumlah sel monosit ikan nila selama masa pemeliharaan (Gambar 10).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 10. Jumlah sel monosit ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah monosit ikan sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap jumlah monosit ikan. Analisis statistik terhadap jumlah sel monosit ikan nila selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 16.

3.1.5.5.3 Neutrofil

Data mengenai jumlah sel neutrofil yang didapat merupakan data yang diambil sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang.

0 5 10 15 20 25

A B C D E

M

o

no

sit

%

Perlakuan

Pra perlakuan pakan Pasca perlakuan pakan Hari ke-5 uji tantang a

a a

a a a

a a

a

a a

a

a a


(33)

21 Berikut ini merupakan data jumlah sel neutrofil ikan nila selama masa pemeliharaan (Gambar 11).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 11. Jumlah sel neutrofil ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah neutrofil ikan sebelum perlakuan pakan dan setelah selesai perlakuan pakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada tiap perlakuan. Setelah diuji tantang, perlakuan E (sinbiotik) ternyata berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan A (kontrol +). Penambahan sinbiotik pada pakan ternyata berpengaruh terhadap jumlah neutrofil ikan. Analisis statistik terhadap jumlah sel neutrofil ikan nila selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 17.

3.1.5.5.4 Trombosit

Data mengenai jumlah sel trombosit yang didapat merupakan data yang diambil sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang.

0 5 10 15 20 25 30 35

A B C D E

Neut

ro

fil

%

Perlakuan

Pra perlakuan pakan Pasca perlakuan pakan Hari ke-5 uji tantang

a a bc a a c a

a

abc a

a

ab a

a


(34)

22 Berikut merupakan data jumlah sel trombosit ikan nila selama masa pemeliharaan (Gambar 12).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 12. Jumlah sel trombosit ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah trombosit ikan sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap jumlah trombosit ikan. Analisis statistik terhadap jumlah sel trombosit ikan nila selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 18.

3.1.5.6Indeks Fagositik

Data mengenai indeks fagositik yang didapat merupakan data yang diambil sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A B C D E

T ro m bo sit % Perlakuan

Pra perlakuan pakan Pasca perlakuan pakan Hari ke-5 uji tantang a

a a

a a a a

a a a a a a a a


(35)

23 Berikut merupakan indeks fagositik ikan nila selama masa pemeliharaan (Gambar 13).

Keterangan :

* Huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Gambar 13. Indeks fagositik ikan nila selama masa pemeliharaan dan setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa indeks fagositik ikan sebelum perlakuan pakan dan setelah selesai perlakuan pakan tidak berbeda nyata (P>0,05)

pada tiap perlakuan. Setelah diuji tantang, baik perlakuan C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik) ternyata berbeda nyata (P<0,05) terhadap

perlakuan A (kontrol +). Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata berpengaruh terhadap indeks fagositik ikan. Analisis statistik terhadap indeks fagositik ikan nila selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 19.

3.2Pembahasan

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup, laju petumbuhan spesifik dan efisiensi pakan ikan nila selama pemeliharaan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju petumbuhan spesifik dan efisiensi pakan ikan nila selama masa pemeliharaan. Hal ini diduga karena peran bakteri probiotik yang

0 10 20 30 40 50 60 70

A B C D E

Ind ek s F a g o sit ik (%) Perlakuan

Pra perlakuan pakan Pasca perlakuan pakan Hari ke-5 uji tantang

a a a a a a a a

b

a a

c c


(36)

24 diberikan belum mampu menstimulir perbaikan nutrisi pakan atau pun dalam meningkatkan kecernaan pakan. Selain itu, protein pakan yang hanya sebesar 23% diduga masih kurang dalam mencukupi kebutuhan protein ikan. Pemberian pakan yang berbasis tinggi karbohidrat (protein 23%) ternyata masih belum mampu mengoptimalkan laju pertumbuhan maupun tingkat efisiensi pakan ikan nila. Hal tersebut terkait dengan pernyataan Affandi dan Tang (2002) yang menyatakan bahwa salah satu nutrien penting yang dibutuhkan oleh ikan dalam pertumbuhan adalah protein. Pemanfaatan protein untuk pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran, kualitas protein, kandungan energi pakan, suhu serta tingkat pemberian pakan. Kebutuhan energi untuk metabolisme tubuh harus dipenuhi terlebih dahulu, selanjutnya apabila energi tersebut berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan.

Pada ikan nila, penyakit Streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae akan menginfeksi limpa, hati, mata dan pada beberapa kasus juga dapat menginfeksi ginjal. Bakteri yang menginfeksi mengakibatkan terjadinya luka pada lapisan jantung (epicardium), lapisan rongga perut, usus, otak, gonad, testis, hati dan limpa. Ginjal ikan yang terinfeksi penyakit tersebut akan menunjukkan gejala pembengkakan hingga 10 kali lebih besar dari limpa normal, terjadinya penyumbatan pembuluh darah, kematian jaringan setempat serta terdapatnya bakteri yang difagosit dalam makrofag. Ikan yang terinfeksi akan terlihat adanya luka pada hati, kelenjar sinusoid membesar dan kematian jaringan pada sel hati. Ikan yang terserang Streptococcosis menunjukkan gejala seperti sisiknya hilang, gerakan renang tidak menentu, sirip gripis, pigmen kulit lebih gelap, pendarahan, perut kembung, pada infeksi akut akan terjadi kerusakan pada hati yang menjadi pucat, limpa membesar serta terjadi kerusakan pada otak (Chang & Plumb, 1996 ; Clark et al., 2000).

Pada penelitian ini, ikan nila diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae dengan kepadatan 109 CFU/ml selama kurun waktu 10 hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan setelah diinfeksi Streptococcus agalactiae memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) pada perlakuan A (kontrol +) sebesar 50% terhadap semua perlakuan yang lain, yaitu perlakuan C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik) yang masing-masing


(37)

25 sebesar 73%, 76% dan 80%. Hal ini berarti bahwa penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan setelah diuji tantang. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Zhou et al. (2009) yang menyatakan bahwa probiotik dalam akuakultur dapat bermanfaat dalam memperbaiki kualitas air, memperbaiki nutrisi inang dengan menghasilkan enzim-enzim pencernaan, mencegah serangan penyakit, meningkatkan kelangsungan hidup serta dapat meningkatkan respon imun ikan. Selain itu, Irianto (2003) menjelaskan bahwa mikroflora normal pada saluran penceraan memiliki fungsi perlindungan yang penting untuk menekan bakteri patogen dan virus, menstimulir daya tahan serta merubah aktivitas metabolik usus. Selain itu, mikroflora normal juga dapat menekan bakteri patogen karena terjadinya kompetisi dalam nutrisi dan tempat pelekatan pada usus.

Probiotik berperan secara tidak langsung dalam mereduksi serangan patogen. Probiotik bekerja dengan memperbaiki komposisi mikroflora normal di dalam saluran pencernaan sehingga akan menstimulir perbaikan respon imun ikan terhadap serangan patogen. Menurut Irianto (2003), pada dasarnya terdapat tiga cara kerja probiotik, yaitu menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di saluran pencernaan, merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan atau menurunkan aktivitas enzim dan menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi atau aktivitas makrofag.

Data lain yang diambil adalah data gambaran darah. Pengamatan gambaran darah ikan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu sebelum perlakuan pakan, setelah selesai perlakuan pakan dan pada hari ke-5 pasca uji tantang. Pengamatan gambaran darah yang dilakukan meliputi pengamatan kadar hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, differensial leukosit (limfosit, monosit, neutrofil dan trombosit) serta indeks fagositik.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar hemoglobin ikan pada awal tebar rata-rata sebesar 6,9 g%. Setelah diuji tantang, perlakuan C (probiotik) dan E (sinbiotik) ternyata berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan A (kontrol +). Penambahan probiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata berpengaruh terhadap kadar hemoglobin ikan. Akan tetapi, kadar hematokrit dan jumlah eritrosit ikan


(38)

26 pada awal tebar, akhir perlakuan pakan dan saat uji tantang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap kadar hematokrit dan jumlah eritrosit ikan. Namun, baik kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit pada saat uji tantang mengalami penurunan dari kadar normal. Hal ini didukung oleh pernyataan Snieszko et al. (1960) yang menyatakan bahwa apabila ikan terserang penyakit atau kehilangan nafsu makan, maka nilai hematokrit akan menjadi lebih rendah. Kadar hematokrit darah dibawah 30% menunjukkan terjadinya defisiensi eritrosit.

Jumlah eritrosit ikan normal berkisar antara 1,05-3,0 x 106 sel/mm3. Berkurangnya jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokrit juga disebabkan karena terjadinya anemia pada ikan. Anemia berdampak pada terhambatnya pertumbuhan ikan, karena rendahnya jumlah eritrosit menyebabkan suplai makanan ke sel, jaringan dan organ akan berkurang sehingga proses metabolisme ikan menjadi terhambat (Roberts, 1978). Pada penelitian ini, jumlah eritrosit sebelum diuji tantang berkisar antara 1,67-1,85 x 106 sel/mm3. Setelah diuji tantang, terjadi penurunan jumlah eritrosit yang berkisar antara 1,23-1,64 x 106 sel/mm3.

Hemoglobin merupakan karakteristik dari eritrosit. Warna yang lebih merah dalam darah segar disebabkan adanya hemoglobin dalam sel darah merah. Secara fisiologis, hemoglobin menentukan tingkat ketahanan tubuh ikan dikarenakan hubungannya yang erat dengan adanya daya ikat terhadap oksigen oleh darah. Kadar hemoglobin dalam darah berkorelasi kuat dengan nilai hematokrit. Semakin rendah jumlah sel-sel darah merah maka akan semakin rendah pula kadar hemoglobin dalam darah (Lagler et al., 1977). Menurut Jawad et al. (2004), hematokrit merupakan perbandingan antara sel darah merah dengan plasma darah, serta berpengaruh terhadap pengaturan sel darah merah. Hematokrit dapat memperlihatkan apakah ikan sedang mengalami anemia atau tidak. Peningkatan kadar hematokrit dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu perubahan parameter lingkungan serta keadaan fisiologis ikan.

Menurut Rastogi (1977), jumlah sel darah putih pada ikan berkisar antara 20.000-150.000 sel/mm3. Sel darah putih memiliki bentuk mulai dari lonjong


(39)

27 sampai bulat. Sel darah putih dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan ada tidaknya granula atau butir-butir dalam sel, yaitu granulosit yang merupakan sel darah putih yang memiliki granula serta sel agranulosit yang merupakan sel darah putih yang tidak memiliki granula dalam selnya. Agranulosit terdiri dari limfosit, monosit dan trombosit, sedangkan granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil.

Pada data jumlah leukosit, diperoleh jumlah leukosit ikan pada awal tebar dan akhir perlakuan pakan tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Namun, setelah diuji tantang ternyata jumlah leukosit ikan meningkat pada tiap perlakuan walaupun tidak ada beda nyata (P>0,05) pada tiap perlakuan. Peningkatan jumlah leukosit ini terkait dengan kinerja sistem imun ikan dalam mereduksi serangan patogen. Semakin meningkatnya serangan patogen maka akan semakin meningkat pula produksi leukosit dalam darah. Hal ini didukung oleh pernyataan Martin et al. (2004) yang menyatakan bahwa respon ikan terhadap stresor bergantung pada jenis stres yang dialami oleh ikan tersebut, dimana peningkatan jumlah sel darah putih, penurunan kadar hematokrit dan peningkatan neutrofil bergantung pada jenis stres yang dialami. Selain itu, Amlacher (1970) juga menyatakan bahwa darah akan mengalami perubahan serius khususnya apabila terkena penyakit infeksi. Beberapa parameter yang dapat memperlihatkan perubahan patologi pada darah adalah kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit dan jumlah leukosit.

Differensial leukosit merupakan data yang menunjukkan kinerja sel leukosit pada ikan. Pengamatan hasil differensial leukosit meliputi pengamatan jumlah limfosit, monosit, neutrofil dan trombosit dalam darah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah limfosit, monosit dan trombosit ikan pada awal tebar, akhir perlakuan pakan dan saat uji tantang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata tidak berpengaruh terhadap jumlah limfosit, monosit dan trombosit ikan. Akan tetapi, jumlah neutrofil ikan setelah diuji tantang berbeda nyata (P<0,05) pada perlakuan E (sinbiotik) terhadap perlakuan A (kontrol +). Penambahan sinbiotik pada pakan ternyata berpengaruh terhadap jumlah neutrofil ikan.


(40)

28 Indeks fagositik ikan pada awal tebar rata-rata sebesar 17%. Setelah diuji tantang, baik perlakuan C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik) ternyata berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan A (kontrol +). Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata berpengaruh terhadap indeks fagositik ikan. Indeks fagositik merupakan perbandingan antara jumlah sel yang aktif memfagosit antigen dengan jumlah total sel yang terhitung. Indeks fagositik mencerminkan tingkat agresifitas dari sel leukosit dalam menghancurkan antigen yang mencurigakan (bakteri patogen). Peningkatan indeks fagositik pada perlakuan pakan probiotik, prebiotik dan sinbiotik menunjukkan bahwa penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik tersebut dapat meningkatkan kinerja leukosit dalam memfagosit antigen yang masuk.

Hal tersebut di atas senada dengan pernyataan Tizard (1982) yang menyatakan bahwa salah satu upaya dari tubuh ikan untuk mempertahankan diri terhadap serangan patogen adalah dengan menghancurkan patogen tersebut melalui proses fagositik. Leukosit yang merupakan sel fagositik sangat berperan penting dalam melawan serangan patogen. Proses terbentuknya antibodi yang spesifik terjadi karena adanya rangsangan dari antigen penginfeksi. Proses tersebut dimulai pada saat benda asing masuk ke dalam tubuh ikan, kemudian difagositik oleh makrofag. Fungsi utama makrofag yaitu pemusnahan antigen dengan cara memfagosit. Makrofag akan mengirim sinyal pada jaringan limfosit yang merupakan rangsangan untuk membentuk antibodi yang spesifik. Tujuan dari antibodi adalah untuk melumpuhkan patogen agar tidak menyebar dan menurunkan toksisitas racun sehingga lebih mudah diserang oleh sel fagosit.

Menurut Tizard (1982), mekanisme dasar respon kekebalan untuk memerangi infeksi bakteri yaitu dengan netralisasi toksin/enzim oleh antibodi, pemusnahan oleh antibodi, komplemen dan lisozim, penelanan dan penghancuran bakteri serta penelanan dan penghancuran intraselular bakteri oleh makrofag yang diaktifasi.

Sel limfosit B berperan dalam sistem imun spesifik humoral. Apabila sel B dirangsang oleh benda asing, maka sel tersebut akan berpoliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan dalam darah. Sel limfosit T berperan dalam sistem imun


(41)

29 spesifik selular. Banyak mikroorganisme yang berkembang biak secara intra-selular. Untuk melawan mikroorganisme intraselular tersebut, diperlukan respon imun selular yang merupakan fungsi dari limfosit T (Kresno, 1996).

Pada saat pembentukan antibodi, sel limfosit B dan sel limfosit T bekerja sama dengan sangat erat. Proses pembentukan antibodi diawali dengan masuknya bakteri (antigen) ke dalam tubuh ikan yang akan difagosit oleh makrofag, menyerapnya dan menghambur-haburkan bagian-bagian asing itu ke permukaan. Sel T mulai menyerang benda asing tersebut dan mengikatnya ke makrofag dengan reseptor antigen. Sistem imun non-spesifik merupakan pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme dengan memberikan respon langsung terhadap antigen, sedangkan sistem imun spesifik memerlukan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya. Sistem imun spesifik memiliki kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Apabila sel imun tersebut bertemu kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing itu akan dikenali dengan lebih cepat, kemudian segera dihancurkan (Baratawidjaja, 1991).

Penyakit bakterial merupakan salah satu hambatan yang kerap timbul dalam dunia perikanan. Proses pencegahan dengan peningkatan sistem imun ikan tentunya akan jauh lebih bermanfaat daripada memberikan pengobatan setelah ikan terkena penyakit. Pada penelitian ini ternyata pemberian pakan probiotik, prebiotik dan sinbiotik dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi ikan. Probiotik dan prebiotik ternyata dapat memperbaiki komposisi dari mikroflora normal dalam saluran pencernaan tubuh ikan ke arah yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan sistem imun dan ketahanan tubuh ikan dalam mereduksi serangan patogen yang datang. Hal ini dapat dilihat dari lebih tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan setelah diuji tantang dibandingkan dengan ikan kontrol. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu ilmu terapan yang dapat diaplikasikan kepada masyarakat sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat.


(42)

30

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa setelah diuji tantang ikan yang diberi pakan probiotik, prebiotik dan sinbiotik memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi (berturut-turut sebesar 73%, 76% dan 80%) dibandingkan dengan ikan kontrol positif (sebesar 50%). Penambahan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada pakan ternyata dapat meningkatkan respon imun dan mengurangi tingkat kematian ikan akibat infeksi Streptococcus agalactiae.

4.2Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai proses pembuatan pakan probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang lebih efisien.


(43)

31

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Tang, U.M., 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press, Pekanbaru. Amlacher, E., 1970. Textbook of Fish Disease. D.A. Courey and R.L. Herman

Translation, T.F.H. Publications, Neptune City, Ney Jersey, USA.

Anderson, D.P., Siwicki, A.K., 1993. Basic hematology and serology for fish health programs. Paper presented in second symposium on disease in Asian

Aquaculture “Aquatic Animal Health and Environment”. Phukat, Thailand.

25-29th. October 1993, hlm. 17.

Baratawidjaja, K.G., 1991. Immunologi Dasar Edisi Kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Blaxhall, P.C., Daisley, K.W., 1973. Routine hematological methods for use with fish blood. Journal Fish Biologys 5, 577-581.

Chang, P.H., Plumb, J.A., 1996. Histopathology of experimental Streptococcus sp. infection in tilapia Oreochromis niloticus and channel catfish Ichtalurus punctatus. Journal of Fish Disease 19, 235-241.

Clark, J.S., Paller, B., Smith, P.D., 2000. Prevention of Streptococcus in tilapia by vaccination : the Philippine experience, in K Fitzsimmons and JC Filho (eds), American Tilapia Association and ICLARM, p. 545-551.

Dhingra, M.M., 1993. Probiotic in poultry diet livestock production and management. Agriculture Journal.

Effendie, M.I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri Bogor, Bogor. Fuller, R., 1992. History and development of probiotics. In Probiotics the Scientific Basis. Chapman & Hall. London, New York, Tokyo, Melbourne, Madras pp. 1-8.

Grisdale, H.B., Helland, S.J., Gatlin, 2008. The effects of dietary supplementation with mannanoligosaccharidae, fructooligosaccharidae or galactooligo- saccharidae on the growth and feed utilization of atlantic salmon Salmo salar. Aquaculture 283, 163-167.

Hernandez, E. Figueroa J., Ireguei C., 2009. Streptococcosis on red tilapia, Oreochromis sp., farm : a case study. Journal of Fish Disease 32, 247-257.

Huisman, E.A., 1987. Principles of Fish Production. Departement of Fish Culture and Fisheries, Wageningen Agricultural University, Nedherland.


(44)

32 Irianto, A., 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Jawad, L.A., Al Mukhtar, M.A., Ahmed, H.K., 2004. The relation between hematocrit and some biological parameters of the indian shad Temalosa ilisha. Animal Biodiversity and Concervation 27, 47-52.

Kresno, S.B., 1996. Immunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Lagler, K.F., Bardach, J.E., Miller, R.R., Passiono, D.R., 1977. Ichtyology. John Wiley and Sons Inc, New York-London.

Marlis, A., 2008. Isolasi oligosakarida ubi jalar Ipomea batata L. dan pengaruh pengolahan terhadap potensi prebiotiknya. [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Martin, M.L., Namura, D.T., Miyazaki, D.M., Pilarsky, F., Ribero, K., De Castro, M.P., De Campos, C.M., 2004. Physiological and haemotological response of Oreochromis niloticus exposed to single and consecutive stress of capture. Animal Science, 449-456.

Muchtadi, D., 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Depdikbud, Dirjen Dikti-PAU, IPB.

Pasnik, D.J., Evans, J.J., Klesius, P.H., 2009. Fecal strings associated with Streptococcus agalactiae infection in nile tilapia, Oreochromis niloticus. Science Journal, 6-8.

Poernomo, 2009. Nila, andalan produk perikanan. Available at http://www.dkp.go.id/archives/c/34/1854/nila-andalan-produk-perikanan/ [15 September 2010].

Putra, A.N., 2010. Aplikasi probiotik, prebiotik dan sinbiotik untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus. [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rastogi, S.C., 1977. Essential of Animal Physiology. New Age International Limited, New Delhi.

Roberts, R.J., 1978. Fish Pathology. Bailliere Tindai, London.

Schrezenmeir, J., Vrese, M., 2001. Probiotics, prebiotics and synbiotic-approaching a definition. Clinical Nutrition Journal, 361-364.

Sniezko, S.F., 1960. Microhematocrit as a tool in fishery research and management. Fish and Wildlife Service Special Scientific Report, 341-315.


(45)

33 Takeuchi, 1988. Laboratory Work-Chemical Evaluation of Dietary Nutriens. P.179-233, in Watanabe (Ed) Fish Nutrition and Mariculture. Kanagawa International Fisheries Training. Japan International Cooperation Agency (JICA), Japan.

Tizard, I.R., 1982. Pengantar Imunologi Veteriner. Universitas Airlangga, Surabaya.

Wang Y., 2007. Effect of probiotics on growth performance and digestive enzyme activity of the shrimp Panaeus vannamei. Aquaculture 269, 259-264.

Wedemeyer, G., Yasutake, W.T., 1977. Clinical methods for the assesment of the effects of environmental stress on fish health. Technical paper 89, USA. Departement of the Interior Fish and Wildlife Service, Washington, D.C. Zhou, X., Wang, Y., Li, W., 2009. Effect of probiotic on larvae shrimp (Penaeus

vannamei) based on water quality, survival rate and digestive enzyme activities. Aquaculture 287, 349-353.


(46)

34


(47)

35

Lampiran 1. Komposisi pakan buatan untuk tiap perlakuan

Bahan Pakan Perlakuan* (%)

A B C D E

Tepung ikan 23 23 23 23 23

Tepung bungkil kedele 18 18 18 18 18

Tepung terigu 18 18 18 18 18

Tepung tapioka 16 16 16 16 16

Tepung polard 15 15 15 15 15

Minyak ikan 3 3 3 3 3

Minyak sawit 2 2 2 2 2

Vitamin C 1 1 1 1 1

Premix ayam 1 1 1 1 1

Selulosa (tepung bonggol pisang) 3 3 2 1 0

Probiotik 0 0 1 0 1

Prebiotik 0 0 0 2 2

Protein 23,24 23,24 23,56 23,66 23,57 Lemak 8,17 8,17 8,57 8,55 8,04 BETN 43,68 43,68 43,2 43,23 43,21

*Keterangan : A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Lampiran 2. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila (%) setelah selesai perlakuan pakan

Ulangan Perlakuan*

A B C D E

1 73,33 86,67 86,67 80,00 100,00

2 66,67 93,33 86,67 100,00 86,67

3 80,00 73,33 86,67 80,00 73,33

Rata-rata 73,33 84,44 86,67 86,67 86,67


(48)

36

Lampiran 3. Bobot pertumbuhan ikan nila (gram) pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan

Perlakuan* Ulangan Sampling ke- 1 2 3 4 A

1 13,75 18,29 21,48 26,22

2 14,09 18,00 21,47 25,00

3 12,79 16,25 19,86 23,82

Rata-rata 13,54 17,51 20,94 25,01 B

1 13,56 17,90 22,65 27,21

2 12,29 15,65 16,88 19,89

3 14,56 17,90 21,92 26,22

Rata-rata 13,47 17,15 20,48 24,44 C

1 13,87 17,46 21,11 24,80

2 13,03 17,18 21,58 24,59

3 13,53 16,84 20,57 23,21

Rata-rata 13,48 17,16 21,09 24,20 D

1 13,66 16,76 20,52 23,74

2 12,84 17,98 20,56 23,31

3 15,35 19,38 23,43 26,86

Rata-rata 13,95 18,04 21,50 24,64 E

1 13,72 18,21 21,39 23,07

2 12,34 15,67 18,24 20,99

3 14,23 18,80 22,64 26,40

Rata-rata 13,43 17,56 20,76 23,49

*Keterangan : A (kontrol +), B (kontrol -), C (probiotik), D (prebiotik) dan E (sinbiotik)

Lampiran 4. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila (%) setelah diuji tantang dengan Streptococcus agalactiae

Ulangan Perlakuan*

A B C D E

1 50,00 100,00 80,00 70,00 80,00

2 60,00 90,00 70,00 100,00 80,00

3 40,00 80,00 70,00 60,00 80,00

Rata-rata 50,00 90,00 73,33 76,67 80,00


(49)

37

Lampiran 5. Data gambaran darah ikan

a. Kadar hemoglobin ikan nila (g%) selama masa pemeliharaan

Perlakuan* Ulangan Sampling ke- 1 2 3 A

1 7,00 7,00 1,70

2 6,70 9,20 2,10

3 7,10 10,00 1,80

Rata-rata 6,93 8,73 1,87 B

1 7,00 7,00 7,00

2 6,70 9,20 9,20

3 7,10 10,00 10,00

Rata-rata 6,93 8,73 8,73 C

1 7,00 10,00 4,00

2 6,70 9,00 3,80

3 7,10 6,00 3,60

Rata-rata 6,93 8,33 3,80 D

1 7,00 8,80 3,50

2 6,70 9,00 3,00

3 7,10 8,60 3,30

Rata-rata 6,93 8,80 3,27 E

1 7,00 8,40 5,80

2 6,70 7,20 4,80

3 7,10 10,20 4,30

Rata-rata 6,93 8,60 4,97


(50)

38 Lanjutan Lampiran 5

b. Kadar hematokrit ikan nila (%) selama masa pemeliharaan

Perlakuan* Ulangan Sampling ke- 1 2 3 A

1 21,15 22,22 17,80

2 25,00 25,00 20,83

3 23,52 31,82 18,60

Rata-rata 23,22 26,35 19,08 B

1 21,15 22,22 22,22

2 25,00 25,00 25,00

3 23,52 31,82 31,82

Rata-rata 23,22 26,35 26,35 C

1 21,15 25,00 15,22

2 25,00 26,09 18,37

3 23,52 27,50 12,77

Rata-rata 23,22 26,20 15,45 D

1 21,15 30,43 15,56

2 25,00 24,00 15,69

3 23,52 25,00 18,60

Rata-rata 23,22 26,48 16,62 E

1 21,15 30,30 12,72

2 25,00 31,25 17,31

3 23,52 30,77 22,73

Rata-rata 23,22 30,77 17,59


(51)

39 Lanjutan Lampiran 5

c. Jumlah eritrosit ikan nila (x106 sel/mm3) selama masa pemeliharaan

Perlakuan* Ulangan Sampling ke- 1 2 3 A

1 1,96 1,79 0,80

2 1,95 1,67 1,16

3 1,24 1,56 1,72

Rata-rata 1,72 1,67 1,23 B

1 1,96 1,79 1,79

2 1,95 1,67 1,67

3 1,24 1,56 1,56

Rata-rata 1,72 1,67 1,67 C

1 1,96 1,63 1,25

2 1,95 1,69 1,64

3 1,24 1,77 1,20

Rata-rata 1,72 1,70 1,36 D

1 1,96 1,92 1,40

2 1,95 1,64 1,73

3 1,24 1,98 1,31

Rata-rata 1,72 1,85 1,48 E

1 1,96 1,61 1,71

2 1,95 2,09 1,51

3 1,24 1,84 1,70

Rata-rata 1,72 1,85 1,64


(1)

61

Lanjutan

Lampiran 16

b. Jumlah sel monosit ikan nila setelah selesai perlakuan pakan

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 47.067 4 11.767 0.939 0.480 Within Groups 125.333 10 12.533

Total 172.400 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1

Kontrol - 3 11.3333 Sinbiotik 3 15.0000 Kontrol + 3 15.6667 Probiotik 3 16.0000 Prebiotik 3 16.0000

Sig. 0.168

c. Jumlah sel monosit ikan nila pada hari ke-5 pasca uji tantang

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 48.267 4 12.067 1.361 .314 Within Groups 88.667 10 8.867

Total 136.933 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1

Kontrol - 3 11.3333 Kontrol + 3 13.0000 Probiotik 3 14.0000 Prebiotik 3 16.0000 Sinbiotik 3 16.0000


(2)

62

Lampiran 17.

Analisis statistik terhadap jumlah sel neutrofil ikan nila selama

masa pemeliharaan

a. Jumlah sel neutrofil ikan nila sebelum perlakuan pakan

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 0.000 4 0.000 0.000 1.000 Within Groups 63.333 10 6.333

Total 63.333 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1

Kontrol + 3 23.3333 Kontrol - 3 23.3333 Probiotik 3 23.3333 Prebiotik 3 23.3333 Sinbiotik 3 23.3333

Sig. 1.000

b. Jumlah sel neutrofil ikan nila setelah selesai perlakuan pakan

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 7.067 4 1.767 0.066 0.991 Within Groups 269.333 10 26.933

Total 276.400 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1

Prebiotik 3 22.0000 Sinbiotik 3 22.0000 Probiotik 3 23.0000 Kontrol - 3 23.3333 Kontrol + 3 23.6667


(3)

63

Lanjutan

Lampiran 17

c. Jumlah sel neutrofil ikan nila pada hari ke-5 pasca uji tantang

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 474.400 4 118.600 5.666 0.012 Within Groups 209.333 10 20.933

Total 683.733 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Sinbiotik 3 8.3333 Prebiotik 3 8.6667 8.6667

Probiotik 3 14.6667 14.6667 14.6667 Kontrol + 3 17.3333 17.3333 Kontrol - 3 23.3333 Sig. 0.136 0.051 0.051

Lampiran 18.

Analisis statistik terhadap jumlah sel trombosit ikan nila selama

masa pemeliharaan

a. Jumlah sel trombosit ikan nila sebelum perlakuan pakan

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 0.000 4 0.000 0.000 1.000 Within Groups 10.000 10 1.000

Total 10.000 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1

Kontrol + 3 6.0000 Kontrol - 3 6.0000 Probiotik 3 6.0000 Prebiotik 3 6.0000 Sinbiotik 3 6.0000


(4)

64

Lanjutan

Lampiran 18

b. Jumlah sel trombosit ikan nila setelah selesai perlakuan pakan

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 7.067 4 1.767 0.757 0.576 Within Groups 23.333 10 2.333

Total 30.400 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1

Probiotik 3 4.0000 Sinbiotik 3 4.3333 Kontrol + 3 4.6667 Prebiotik 3 5.0000 Kontrol - 3 6.0000

Sig. 0.171

c. Jumlah sel trombosit ikan nila pada hari ke-5 pasca uji tantang

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 6.267 4 1.567 0.222 0.920 Within Groups 70.667 10 7.067

Total 76.933 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1

Kontrol - 3 6.0000 Kontrol + 3 6.6667 Prebiotik 3 7.0000 Sinbiotik 3 7.0000 Probiotik 3 8.0000


(5)

65

Lampiran 19.

Analisis statistik terhadap indeks fagositik ikan nila selama masa

pemeliharaan

a. Indeks fagositik ikan nila sebelum perlakuan pakan

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 0.000 4 0.000 0.000 1.000 Within Groups 40.000 10 4.000

Total 40.000 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1

Kontrol + 3 17.0000 Kontrol - 3 17.0000 Probiotik 3 17.0000 Prebiotik 3 17.0000 Sinbiotik 3 17.0000

Sig. 1.000

b. Indeks fagositik ikan nila setelah selesai perlakuan pakan

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 2.667 4 0.667 0.075 0.988 Within Groups 88.667 10 8.867

Total 91.333 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1

Probiotik 3 12.6667 Kontrol + 3 13.3333 Kontrol - 3 13.3333 Sinbiotik 3 13.3333 Prebiotik 3 14.0000


(6)

66

Lanjutan

Lampiran 19

c. Indeks fagositik ikan nila pada hari ke-5 pasca uji tantang

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 4820.400 4 1205.100 31.602 0.000 Within Groups 381.333 10 38.133

Total 5201.733 14

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Kontrol + 3 12.6667 Kontrol - 3 13.3333 Probiotik 3 30.3333

Sinbiotik 3 52.3333 Prebiotik 3 53.6667 Sig. 0.897 1.000 0.797