h. Meningkatkan komunikasi internal i. Meningkatkan citra positif perusahaan
j. Sistem terdokumentasi k. Media untuk pelatihan dan pendidikan
2.5 PRODUKTIVITAS
Menurut Nasution 2005, produktivitas merupakan rasio antara hasil kegiatan output dan segala pengorbanan input dalam menghasikan sesuatu.
Dalam memanfaatkan SDM secara optimal untuk peningkatan produktivitas diperlukan struktur organisasi yang baik dan jelas, peningkatan mutu SDM dan
keterlibatan total karyawan, serta keterpaduan dari seluruh kegiatan perusahaan.
Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dapat dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan per satuan waktu.
Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan sasaran strategik, karena peningkatan produktivitas sangat tergantung pada kemampuan tenaga manusia
yang memanfaatkannya. Faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah pendidikan, keterampilan, disiplin, motivasi, jaminan sosial, sarana
produksi, sikap dan etika kerja, tingkat penghasilan, lingkungan dan iklim kerja, teknologi dan kesempatan berprestasi.
Faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan perusahaan dapat digolongkan pada tiga 3 kelompok menurut Simanjuntak dalam Sumarsono
2003, yaitu : 1. Mutu dan kemampuan fisik karyawan yang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik karyawan bersangkutan.
2. Sarana pendukung kerja mencakup lingkungan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja.
3. Supra sarana meliputi kebutuhan pemerintah, hubungan industrial dan kemampuan dalam mencapai sistem kerja optimal.
Sinungan 2008 menyatakan bahwa faktor –faktor produktivitas yaitu
kemauan kerja tinggi, kemampuan kerja sesuai dengan isi kerja, lingkungan
kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimun, jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja manusiawi dan
hubungan kerja harmonis.
2.6. Structural Equation Modelling SEM 2.6.1 Definisi SEM
SEM adalah teknik statistik multivariat yang merupakan
kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi korelasi yang bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antar peubah yang ada
pada sebuah model, baik antar indikator atau konstruknya ataupun hubungan antara konstruknya Santoso, 2007. Structural Equation
Modeling merupakan hubungan kausal dan dinilai dapat mengatasi kelemahan dalam model regresi maupun jalur path. Salah satu kelebihan
SEM tersebut adalah dapat mengukur suatu hubungan yang tidak bisa diukur secara langsung Ghozali dan Fuad, 2005.
Penggunaan SEM sebagai alat statistik sangat bermanfaat bagi para peneliti karena untuk membenarkan adanya kausalitas teoritis
melalui uji data empirik, selain itu SEM berguna sekali pada seluruh bidang ilmu sosial seperti ekonomi, sosiologi, anthropologi, psikologi,
dan lain sebagainya.
2.6.2 Peubah-peubah dalam SEM Wijayanto, 2008
a. Peubah Laten atau konstruk laten adalah konsep abstrak. Peubah laten hanya dapat diamati secara tidak langsung dan tidak sempurna melalui
efeknya pada peubah teramati. SEM mempunyai dua jenis 2 peubah laten yaitu eksogen dan endogen. Peubah eksogen adalah peubah yang
nilainya ditentukan diluar model. Sedangkan peubah endogen adalah peubah yang nilainya ditentukan dari dalam model.
b. Peubah Teramati atau peubah terukur adalah peubah yang dapat diamati atau dapat diukur secara empiris dan sering disebut sebagai
indikator.
2.6.3 Model-Model dalam SEM Wijayanto, 2008
a. Model Struktural menggambarkan hubungan-hubungan yang ada diantara peubah-peubah laten. Persamaan model struktural secara
umum dituliskan sebagai berikut :
η= Bη+Γ ξ +ζ ...............................................................................1
dimana: η= vektor peubah laten endogen berukuran m x 1
B= matriks koefisien peubah endogen η berukuran m x m
Γ= matriks koefisien peubah laten eksogen ξ berukuran m x n
ξ=vektor peubah laten eksogen berukuran n x 1 ζ=vektor sisaan acak hubungan antara η dengan ξ berukuran m x 1
dengan m= banyaknya peubah laten endogen n= banyaknya peubah laten eksogen
b. Model pengukuran menghubungkan peubah laten dengan peubah- peubah teramati melalui model pengukuran berbentuk analisis faktor.
Terdapat dua persamaan 2 yang digunakan untuk menjelaskan model pengukuran untuk y dan model pengukuran x.
Model persamaan pengukuran untuk y : У=
Λ
y
η + .....................................................................................2 Model persamaan pengukuran untuk x:
X= Λ
x
ξ + .....................................................................................3 Dimana :
У : vektor peubah endogen yang dapat diamati berukuran p x 1 X : vektor eksogen yang dapat diamati berukuran q x 1
Λy : matriks koefisien regresi antara y terhadap η berukuran p x m Λx : matriks koefisien regresi antara x terhadap ξ berukuran q x n
: vektor sisaan pengukuran terhadap y berukuran p x1 : vektor sisaan pengukuran terhadap x berukuran q x 1
dengan p = banyaknya indikator bagi peubah laten endogen q = banyaknya indikator bagi peubah laten eksogen
Dengan asumsi persamaan model struktural adalah : 1
ζ tidak berkorelasi dengan ξ
2 tidak berkorelasi dengan η
3 tidak berkorelasi dengan
ξ 4 ,
ζ, dan tidak saling berkorelasi
2.6.4 Tahapan dalam prosedur SEM menurut Bollen dan Long dalam
Wijayanto 2008
a. Spesifikasi model Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan
struktural, sebelum dilakukan estimasi. Spesifikasi model meliputi aktivitas mendefinisikan peubah laten, mendefinisikan peubah
teramati dan mendefinisikan hubungan antara peubah laten dengan peubah teramati.
b. Identifikasi Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan
diperolehnya nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak ada
solusinya. Tahapan identifikasi dimaksudkan untuk menjaga agar model yang dispesifikasikan bukan merupakan model yang under
identified atau unidentified. c. Estimasi
Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu
metode estimasi yang tersedia. d. Uji kecocokan
Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data.
e. Respesifikasi. Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas
hasil uji kecocokan tahap sebelumnya. Pelaksanaan respesifikasi sangat tergantung kepada strategi pemodelan yang digunakan.
2.6.5 Ukuran Kesesuaian Model
Ukuran-ukuran yang dapat dijadikan pedoman untuk mendapatkan model yang sesuai dalam SEM, antara lain :
a. Statistik Khi-kuadrat χ
2
Mengikuti uji statistik yang berkaitan dengan persyaratan nyata, semakin kecil, semakin baik.
b. p-value p-value diharapkan lebih besar dari 0,05, atau 0,1, yaitu uji tidak
nyata, maka matriks input dan estimasi tidak berbeda, maka model yang diajukan layak.
c. Goodness of Fit Indices GFI GFI merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan model dalam
menghasilkan matriks peragam observasi. Nilai ini harus berkisar antara 0-1, dimana nilai lebih tinggi adalah lebih baik. Nilai GFI
yang lebih besar dari 0,9 menunjukkan fit suatu model yang baik. d. Adjusted Goodness of Fit Index AGFI
AGFI adalah sama seperti GFI, tetapi telah menyesuaikan pengaruh degrees of freedom pada suatu model. Nilai AGFI sebesar 1, berarti
bahwa model memiliki perfect fit. Sedangkan model fit adalah yang memiliki nilai AGFI 0,9.
e. Root Mean Square Error of Approximation RMSEA RMSEA mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu
model dengan matriks peragam populasinya. Nilai RMSEA yang kurang dari 0,05 mengindikasikan adanya model fit, dan nilai
RMSEA yang berkisar 0,08 menyatakan bahwa model memiliki perkiraan kesalahan yang dapat diterima. Sedangkan sampai
dengan 0,1 menyatakan bahwa model memiliki fit yang cukup, RMSEA lebih besar dari 0,1 menggambarkan model fit yang sangat
jelek.
f. CN Critical Number Nilai CN
≥200 menunjukkan ukuran contoh mencukupi untuk digunakan mengestimasi model. Kecocokan yang baik, atau
memuaskan.
2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Apriyanti 2009 melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Sertifikasi ISO 9001:2000 terhadap Kinerja Perusahaan Jasa Studi Kasus di
PT Jamsostek Persero Cabang Bandung I dengan Important Performance Analysis IPA dan Korelasi Pearson Pearson Product Moment Correlation.
Hasilnya menjelaskan bahwa perolehan sertifikasi ISO 9001:2000 memberi pengaruh perbaikan terhadap kinerja di PT Jamsostek Bandung I. Penerapan
ISO membuat kinerja perusahaan lebih terstruktur, terdokumentasi, telah memiliki Standardisasi Operasional Perusahaan SOP dan telah melakukan
tinjauan manajemen setiap satu tahun sekali sebagai wujud dari usaha perusahaan dalam melakukan perbaikan berkesinambungan.
Wulandari 2009 melakukan penelitian berjudul “Kajian Penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Pada PT Unitex Tbk, Bogor.” Faktor-faktor yang menjadi permasalahan dalam penerapan SMM ISO
adalah SMM, tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya, realisasi produk, serta perbaikan, analisis dan peningkatan. Permasalahan tersebut
dianalisis dengan menggunakan metode proses hirarki analitik AHP. Dari hasil analisis yang harus dilakukan perusahaan adalah memperbaiki sistem
informasi. Maulana 2011 melakukan penelitian mengenai “Analisis Penerapan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada Kantor Manajemen Mutu Institut Pertanian Bogor.” Dengan AHP diketahui bahwa unsur-unsur yang
ada dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 menurut hirarki penyusunannya adalah SMM, tanggungjawab manajemen, manajemen sumber daya, realisasi
produk, serta perbaikan, analisis dan peningkatan. Dari hasil analisis tindakan yang dilakukan berupa Rapat Tinjauan Manajemen RTM dan diklat.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Persaingan yang semakin ketat pada industri percetakan dan penerbitan buku membuat PT Intan Pariwara untuk membakukan produk
buku yang dihasilkan agar dapat bersaing di pasar global. ISO 9000 telah diterima secara luas sebagai acuan SMM dan penjaminan mutu. PT Intan
Pariwara adalah salah satu perusahaan yang mendapatkan sertifikasi standar ISO 9001:2008. Implementasi ISO 9001:2008 akan berdampak
baik bagi perusahaan apabila disertai dengan peningkatan produktivitas karyawan. Konsep pemikiran penelitian ini diawali dengan mengetahui
bagaimana penerapan ISO 9001:2008 di PT Intan Pariwara. Langkah selanjutnya akan dilakukan identifikasi faktor-faktor untuk mengetahui
pengaruh ISO 9001:2008 dengan produktivitas kerja karyawan. SMM ISO 9001:2008 dipengaruhi oleh komitmen manajemen puncak, kebijakan
mutu, standar sistem operasional, dokumentasi, pengendalian dokumen, infrastruktur yang dimiliki perusahaan, pelatihan karyawan, komunikasi
dan koordinasi Syukur, 2010 Faktor yang memengaruhi produktivitas menurut Sinungan 2008
adalah kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimun, jaminan
sosial memadai, kondisi kerja manusiawi dan hubungan kerja harmonis. Seluruh faktor yang mempengaruhi ISO 9001:2008 dan produktivitas
karyawan adalah peubah inidikator. Kemudian melakukan analisis pengaruh peubah laten bebas ISO 9001:2008 terhadap peubah laten
terikat produktivitas kerja karyawan dengan menggunakan analisis SEM dengan bantuan software LISREL 8.30 untuk memberikan masukan bagi
perusahaan dalam menentukan kebijakan manajemen yang tepat berkaitan dengan pelaksanaan ISO 9001:2008. Dari uraian tersebut, maka kerangka
pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.