5.1.4. Gambaran Persepsi Kerentanan Terhadap Kanker Payudara Tabel 5.4
Distribusi Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan Persepsi Kerentanan Terhadap Kanker Payudara Tahun 2015
PERSEPSI KERENTANAN KANKER PAYUDARA
TERHADAP SADARI Jumlah
Persentase
Kurang Rentan 31
33,3 Rentan
62 66,7
Total 93
100
Dari tabel diatas dilakukan analisis maka persepsi kerentanan terhadap kanker payudara dikategorikan menjadi dua berdasarkan nilai median 14 karena distribusi
data yang tidak normal. Persepsi terhadap kerentanan terhadap kanker payudara dikategorikan persepsi rentan jika nilai
≥median, sedangkan persepsi kurang rentan jika nilai median. Dari hasil analisis didapatkan persepsi rentan 66.7 dan
persepsi kurang rentan 33.3.
5.1.5. Gambaran Persepsi Manfaat Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri Tabel 5.5
Distribusi Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengenai Persepsi Manfaat Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri Tahun 2015
PERSEPSI MANFAAT TERHADAP SADARI
Jumlah Persentase
Manfaat rendah 24
25,8 Manfaat tinggi
69 74,2
Total 93
100
Dari tabel 5.6 dapat dianalisis selanjutnya dengan mengkategorikan persepsi manfaat terhadap SADARI dikategorikan menjadi dua berdasarkan nilai median
15 karena distribusi data yang tidak normal. Persepsi terhadap manfaat melakukan SADARI dikategorikan persepsi manfaat tinggi jika
nilai ≥median, sedangkan persepsi manfaat rendah jika nilai median. Dari hasil analisis
didapatkan persepsi manfaat tinggi 74.2 dan persepsi manfaat rendah 25.8 .
5.1.6. Gambaran Persepsi Hambatan Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri
SADARI Tabel 5.6
Distribusi Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengenai Persepsi Hambatan Terhadap SADARI Tahun 2015
PERSEPSI HAMBATAN TERHADAP SADARI
Jumlah Persentase
Hambatan Tinggi 16
17.2 Hambatan Rendah
77 82.8
Total 93
100
Dari tabel 5.7 dapat dianalisis selanjutnya dengan mengkategorikan persepsi hambatan terhadap SADARI dikategorikan menjadi dua berdasarkan nilai median
15,5 karena distribusi data yang tidak normal. Persepsi hambatan terhadap SADARI dikategorikan persepsi hambatan tinggi jika
nilai ≥median, sedangkan persepsi hambatan rendah jika nilai median. Dari hasil analisis didapatkan persepsi
hambatan rendah 82.8 dan persepsi hambatan tinggi 17.2 .
40
BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian mengenai gambaran perilaku pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri SADARI pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan pendekatan health belief model serta keterbatasan dalam penelitian.
Hasil penelitian akan dibandingkan dengan teori dan penelitian sebelumnya.
6.1. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menemukan beberapa keterbatasan - keterbatasan saat melakukan turun lapangan ke responden, yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu Incidental sampling. Yang memiliki kriteria
– kriteria yang ditentukan sesuai dengan tujuan masalah yang akan diteliti hal itu membuat peneliti sulit untuk
menemukan responden karena peneliti harus mencari responden yang melakukan SADARI sebanyak ± 12 kali.
2. Dalam penelitian ini hanya menggambarkan perilaku pemeriksaan payudara sendiri sesuai rutin dan tidak tidak rutin melakukannya tidak sampai
memeriksa tahap –tahap pencegahan kanker payudara yang sesuai dengan
cara melakukan SADARI. 3. Penelitian ini peneliti mengukur persepsi sebagai variabel independen.
Peneliti sulit untuk menentukan skor pada setiap persepsi yang ada jika persepsi tersebut bermakna pernyataan posistif maupun pernyataan negatif.
4. Peneliti juga kesulitan untuk menanyakan pertanyaan pada responden mengenai persepsi responden terhadap kanker payudara atau pemeriksaan
payudara yang merupakan masih hal tabu untuk dibahas karna mengenai hal sensitif bagi wanita.
6.2. PEMBAHASAN 6.2.1.
Gambaran Umur
Dalam penelitian ini diperoleh rata-rata umur 21,37 tahun dengan umur responden berkisar antara 20 sampai 23 tahun. Proporsi umur
responden terbanyak berumur 22 tahun yaitu sebanyak 43 responden 46,7. Kanker payudara dialami oleh perempuan dengan usia 20 tahun atau lebih, ini
berarti tidak ada kata terlalu dini untuk memulai memberikan pendidikan SADARI secara rutin 7-10 hari setelah haid setiap bulan. Dengan
melakukan pemeriksaan payudara sendiri SADARI akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20, sayangnya wanita
yang melakukan SADARI masih rendah 25-30 Kementrian Kesehatan,2013.
Rekomendasi dari American Cancer Society yang menganjurkan wanita sebaiknya melakukan pemeriksaan payudara sendiri segera ketika
mereka mulai mengalami pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda masih sulit untuk melakukan deteksi kanker payudara
dengan SADARI karena payudara mereka masih berserabut fibrous, sehingga dianjurkan sebaiknya mulai mendeteksi kanker payudara dengan
SADARI pada usia 20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut
jaringan pada wanita sudah terbentuk sempurna American Cancer Society, 2011.
6.2.2. Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri SADARI
Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku pemeriksaan payudara sendiri pada mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara
keseluruhan, menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswi melakukan rutin pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 57 reponden 62 dan melakukan
tidak rutin 35 responden 38. Dengan pertimbangan frekuensi melakukan SADARI selama satu tahun terakhir dilaksanakan setiap satu bulan sekali
Manuaba,2010. Tidak Sejalan dengan penelitian ini, sebuah studi di Iran menemukan hanya 7,6 wanita di Iran yang melakukan praktik SADARI
setiap bulan secara teratur dan di Turki, 51 wanita tidak melakukan praktik SADARI dan hanya 5 yang melakukan SADARI setiap bulan secara
teratur Noroozi et al,2010. Responden yang menilai melakukan pemeriksaan payudara sendiri
secara rutin menilai manfaat dalam pemeriksaan payudara sendiri sangat tinggi sebanyak 45,2 responden merasakan manfaatnya. Sesuai
Suryaningsih 2009 SADARI merupakan salah satu cara yang lebih mudah dan efisien untuk dapat mendeteksi kelainan payudara oleh diri sendiri.
Sesuai dengan tinjauan teori disebutkan bahwa tingginya angka kematian karena kanker payudara disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
penderita tidak tahu dan kurang mengerti tentang kanker payudara, kurang memperhatikan kanker payudara, rasa takut akan operasi dan rasa malas serta
malu memperlihatkan payudara. Responden yang melakukan SADARI tidak rutin merasa hambatan dalam melakukan SADARI sebanyak 69,4 menilai
SADARI bukan menjadi penghalang tetapi mereka masih saja tidak rutin melakukan SADARI sesuai dengan hasil penelitian Angesti 2010 sebagian
besar responden 64,1 kadang merasa malas untuk melakukan SADARI. Pada hasil penelitian dijelaskan bahwa mahasiswi sudah banyak yang
melakukan SADARI lebih dari 12 kali selama setahun terakhir ini yaitu 44 responden 47,8 . Berarti mahasiswi sudah melakukan rutin SADARI
sesuai waktunya. SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi yaitu hari ke-7 sampai ke-10 terhitung hari pertama haid, karena pada saat ini
pengaruh hormonal estrogen dan progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba
adanya tumor ataupun kelainan pada payudara Manuaba,2010. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Auvyka 2010 sebanyak 4,1 responden yang
melakukan secara teratur dan 7,8 yang melakukan SADARI secara benar 7-10 hari setelah menstruasi. Tetapi masih ada yang melakukan SADARI
kurang dari 12 kali. Ini menjelaskan bahwa masih kurangnya kesadaran para mahasiswi tentang melakukan SADARI setiap satu bulan sekali dalam
setahun dengan rutin.
6.2.3. Gambaran Persepsi Keseriusan Terhadap Kanker Payudara
Dari 50 responden 53.8 mempunyai persepsi serius terhadap kanker payudara. Dari 50 responden tersebut, ada 31 responden 62 yang
melakukan SADARI secara rutin dan 19 responden 38 melakukan tidak