Rencana Pengembangan Produk Wisata oleh Pengelola

5.3 Rencana Pengembangan Produk Wisata oleh Pengelola

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari pada dasarnya baru sebatas program yang dicanangkan oleh Bappeda Kabupaten Bogor pada tahun 2008. Program ini dibentuk sebagai alternatif untuk mengimbangi wisata di Kawasan Puncak. Pengelolaan dilakukan oleh pemerintah, pengelola di setiap lokasi wisata dan masyarakat. Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Disparbud Kabupaten Bogor hanya bersifat mendampingi dan memfasilitasi. Pada tahun 2009, Disparbud menindaklanjuti program tersebut dengan mengadakan sosialisasi mengenai Kawasan Wisata Terpadu kepada masyarakat, memfasilitasi pembentukan 3 desa wisata di Kecamatan Tamansari yaitu desa wisata Tamansari, Pasir Eurih dan Sukajadi, mengadakan pelatihan pariwisata terhadap masyarakat desa yang dibentuk sebagai desa wisata, dan pembentukan profil Kawasan Wisata Terpadu Tamansari buku, leaflet dan VCD. Selain itu, pada tahun 2010 Disparbud melakukan pendampingan terhadap pengurus dan masyarakat desa wisata di Kecamatan Tamansari, melakukan kerjasama dengan LPM Universitas Pancasila dalam rangka pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kecamatan Tamansari, dan memfasilitasi pengajuan biaya melalui PNPM Mandiri dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Pengelola setiap lokasi wisata terdiri dari Balai Taman Nasional, yayasan, perorangan dan masyarakat. Curug Nangka dan Bumi Perkemahan Sukamantri berada dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Setu Tamansari berada di atas tanah desa dan pengelolaannya hingga saat ini berada di bawah pemerintahan Desa Tamansari. Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia dikelola oleh yayasan keagamaan umat masing-masing. Agrowisata Batu Gede Sutera Alam dan budidaya tanaman hias merupakan usaha milik pribadi. Usaha budidaya jamur merupakan usaha perorangan dan saat ini tengah dikembangkan juga oleh beberapa kelompok tani di Desa Tamansari. Usaha peternakan bebek dikembangkan oleh kelompok tani di Desa Pasireurih. Industri sepatu dan sandal dikelola oleh masyarakat Desa Pasireurih sebagai sektor lapangan usaha mayoritas. Kampung Budaya Sindangbarang merupakan milik pribadi yang pengelolaannya dilakukan secara bersama dengan masyarakat Kampung Sindangbarang. Adanya program Kawasan Wisata Terpadu Tamansari ini belum tersosialisasikan dengan baik. Sebagian besar pengelola belum mengetahui mengenai program ini. Pengelolaan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari yang seharusnya dapat memadukan antarpengelola, hingga saat ini belum terintegrasi. Pengelolaan masih berjalan sendiri-sendiri. Pembentukan Desa Wisata sebagai langkah awal perwujudan Kawasan Wisata Terpadu Tamansari seharusnya dikelola oleh masyarakat secara menyeluruh. Akan tetapi, pengelolaan yang berjalan saat ini hanya dilakukan oleh sebagian masyarakat yang aktif terlibat dalam kepengurusan desa wisata. Pengembangan produk wisata terus diupayakan oleh para pengelola. Upaya pengembangan produk wisata dilakukan dengan cara mengembangkan potensi- potensi objek wisata di setiap lokasi wisata dan mengembangkan objek-objek wisata yang belum berkembang. Pengelola Curug Nangka tetap mempertahankan produk wisata yang ada dengan terus berupaya memelihara dan meningkatkan kualitas pendukung produk seperti fasilitas sarana prasarana. Akan tetapi, pengelola menawarkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan produk wisata dengan mendayagunakan area parkir. Seharusnya pengelolaan Bumi perkemahan Sukamantri berada dibawah pengelolaan TNGHS, akan tetapi kurangnya SDM menyebabkan pengelolaannya masih dilakukan oleh pihak Perum Perhutani. Selain tetap mempertahankan produk wisata yang ada, pengelola Bumi Perkemahan Sukamantri terus berupaya meningkatkan pelayanan dan menggali potensi untuk menganekaragamkan atraksi wisata. Pengelola Kampung Budaya Sindangbarang terus menggali potensi budaya Sunda untuk meragamkan atraksi wisata. Pengelola Agrowisata Batu Gede Sutera Alam tetap mempertahankan produk wisata yang ada, namun masih membuka peluang kerjasama dengan berbagai pihak untuk pemasokan murbei dan pengolahan pascapanen seperti proses pembatikan kain di lokasi tersebut. Pengelola Desa Wisata Pasireurih terus menggali potensi untuk pembentukan produk. Pengelola berencana menyelenggarakan wisata pendidikan berbasis bebek. Peternakan bebek yang diusahakan oleh Kelompok Tani Mitra Tohaga selama ini hanya berorientasi pada peningkatan produksi. Pengelola berencana meningkatkan nilai jual peternakan bebek terpadu ini dengan menyelenggarakan wisata pendidikan berupa pengajaran menggembala bebek dan pembuatan telur asin. Selain itu, pengelola juga berencana membangun Warsita Warung Informasi Wisata sebagai pusat informasi dari Desa Wisata Pasireurih. Warsita ini akan dibangun bersebelahan dengan Kampung Budaya Sindangbarang. Pengelola Desa Wisata Tamansari terus mengadakan sosialisasi kepada masyarakat. Bantuan dana program PNPM disalurkan untuk penataan fisik seperti pengadaan homestay, pengadaan peta wisata dan papan informasi. Selain itu, digunakan untuk pelatihan SDM, seperti pelatihan kesenian, pelatihan kuliner dan pelatihan lainnya disamping terus menggali potensi desanya terutama dari sektor pertanian. Beberapa rencana kedepan, pengelola berencana menyelenggarakan wisata bersepeda keliling kawasan. Banyaknya komunitas pengendara sepeda yang berlalu lalang di sepanjang kawasan ini pada hari libur menjadi peluang bagi pengelola untuk mengembangkan wisata sepeda keliling kawasan. Selain itu, mengadakan souvenir khas, diantaranya miniatur pura sebagai salah satu icon Desa Wisata Tamansari.

5.4 Permintaan Pengunjung Terhadap Produk Wisata