Aksesibilitas Inventarisasi Potensi Wisata

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Kecamatan Tamansari merupakan pemekaran yang terjadi pada tahun 2001, dari Kecamatan Ciomas yang terdiri dari 8 desa, 88 RW dan 338 RT. Kecamatan Tamansari ini memiliki luas wilayah 2.630.936 Ha dengan batas wilayah: 1. Sebelah utara : Kecamatan Ciomas dan Bogor Selatan 2. Sebelah selatan : Gunung Salak 3. Sebelah barat : Kecamatan Tenjolaya dan Dramaga 4. Sebelah timur : Kecamatan Cijeruk

4.2 Kondisi Topografi dan Iklim

Wilayah Kecamatan Tamansari berada pada ketinggian 700 m dpl dan merupakan kawasan berbukit yang berada di bawah kaki Gunung Salak. Kondisi ini menyebabkan udara sejuk dengan suhu rata-rata 25 - 30 C.

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi

Kecamatan Tamansari memiliki jumlah penduduk 84.179 jiwa dengan sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai buruh. Kecamatan ini termasuk ke dalam wilayah penyangga resapan air dan kawasan hijau. Selain itu, sebagai wilayah pengembangan pertanian perkotaan dengan produksi pertanian pangan yang menonjol, yaitu palawija. Kecamatan Tamansari ini juga merupakan sentra tanaman hias dan keras yang pemasarannya telah memasuki pangsa pasar lokal, regional, bahkan nasional. Industri lainnya yang berkembang di daerah ini adalah home industry pengrajin sepatu dan sandal serta perdagangan lainnya.

4.4 Aksesibilitas

Kecamatan Tamansari terletak 9 km dari Kota Bogor, 40 km dari ibukota Kabupaten Bogor, 120 km dari ibukota Provinsi Jawa Barat dan 96 km dari ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta. Akses masuk ke wilayah Kecamatan Tamansari melalui gerbang utama Tol Jagorawi pintu tol Bogor melewati Kota Bogor ke arah Empang-Cikaret-Ciapus-Kecamatan Tamansari. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Inventarisasi Potensi Wisata

Kawasan Wisata Terpadu Tamansari merupakan keterpaduan beberapa objek wisata yang terdiri dari wisata alam, seni budaya dan religi yang tersebar di Kecamatan Tamansari. Wilayah Kawasan Wisata Terpadu Tamansari merupakan kawasan berbukit dibawah kaki Gunung Salak sehingga memiliki udara yang sejuk dan panorama pegunungan yang indah. Hal tersebut didukung adanya keindahan Curug Nangka, hamparan Bumi Perkemahan Sukamantri dan Setu Tamansari. Curug Nangka merupakan kawasan wisata air terjun yang terdapat di Desa Sukajadi. Curug Nangka ini berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS. Dinamakan Curug Nangka karena konon dahulu diatas curug tersebut terdapat pohon nangka yang buahnya jatuh dan tak pernah habis dimakan. Curug Nangka terdiri dari tiga tahap dengan masing- masing ketinggian ±10 - 20 m. Lokasinya cukup tersembunyi di dalam lembah yang curam ditutupi tebing-tebing tinggi, sekitar 500 m dari pintu masuk. Selain Curug Nangka, disini juga terdapat Curug Daun dan Curug Kawung Gambar 3. a b c Gambar 3 Curug di Kawasan TNGHS: a Curug Nangka; b Curug Daun; dan c Curug Kawung. Curug Daun posisinya berada diantara Curug Nangka dan Curug Kawung melewati jalan yang cukup lebar dengan kondisi turun naik. Dinamakan Curug Daun karena aliran airnya menyerupai bentuk daun. Curugnya tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 6 m dengan aliran air cukup deras. Dipercaya bahwa orang yang mandi atau cuci muka menggunakan air curug tersebut dapat meningkatkan kharisma atau kewibawaan. Curug Kawung berada di hulu kawasan Curug Nangka dan berjarak sekitar 1 km dari Curug Daun. Curugnya memiliki ketinggian 25 m. Ketiga Curug tersebut berada di kaki Gunung Salak pada ketinggian sekitar 750 m dpl dengan curah hujan 4000 mmtahun dan suhu udara 20 - 22 C. Sepanjang aliran ketiga curug tersebut terdapat kubangan air yang agak dalam dan cukup lebar, yaitu Leuwi Anjangan Gambar 4a dan Leuwi Jurig Gambar 4b. Mitos yang dipercaya bahwa jika ada orang yang mandi, cuci muka di Leuwi Anjangan maka akan langgeng hubungan dengan pasangannya. Leuwi Jurig dipercaya mampu menyembuhkan orang yang kena gangguan makhluk halus, sihir, guna-guna dan lainnya. a b Gambar 4 Kubangan di sepanjang aliran Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kawung a Leuwi Anjangan; b Leuwi Jurig. Bumi Perkemahan Sukamantri yang menyediakan dua kompleks perkemahan dengan kapasitas tampung keseluruhan 20 - 30 unit kemah 300 orang pekemah terletak tidak jauh dari Curug Nangka, dan masih berada di kaki Gunung Salak pada ketinggian 750 m dpl Gambar 5. Bumi Perkemahan Sukamantri ini berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Gambar 5 Dua Kompleks Pekemahan di Bumi Perkemahan Sukamantri. Setu Tamansari dengan luas 2,4 Ha terletak ditengah-tengah kawasan ini Gambar 6. Setu ini merupakan potensi wisata yang belum dikembangkan. Setu Tamansari menawarkan panorama Gunung Salak yang indah dan menyegarkan. Wisata air bisa dilaksanakan di lokasi ini. Selain itu, akses menuju lokasi yang sangat mudah dan tempatnya yang strategis di tepi jalan sangat cocok dikunjungi untuk sekedar bersantai atau melepas lelah. Gambar 6 Setu Tamansari. Sebagai wilayah pengembangan pertanian, kawasan ini banyak menghasilkan berbagai komoditas unggulan, diantaranya talas. Menurut Widiyanti 2008, Kecamatan Tamansari merupakan daerah sentra produksi talas terbesar di Kabupaten Bogor. Komoditas lainnya berupa padi, pala, nanas, jagung, singkong, dan daun poh-pohan. Kawasan Wisata Terpadu Tamansari juga menjadi lokasi bagi Agrowisata Batu Gede Sutera Alam atau lebih dikenal sebagai Rumah Sutera, yang terletak di Desa Pasir Eurih. Rumah Sutera ini merupakan industri perorangan di bidang persuteraan alam, yaitu mulai dari kegiatan penanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, pemanenan kokon, hingga pengolahan pasca panen. Agrowisata ini berdiri sejak tahun 2000 dengan luas wilayah sekitar 2 ha. Kondisi topografi Kecamatan Tamansari termasuk sebagai daerah dataran tinggi yang cukup baik untuk budidaya dan pengembangan komoditas jamur tiram putih Sitanggang 2008, sehingga di kawasan ini banyak dibudidayakan jamur dan saat ini sedang dilakukan usaha budidaya jamur secara menyeluruh oleh berbagai kelompok tani di Desa Tamansari untuk mewujudkan Desa Tamansari sebagai sentra jamur. Selain itu, di kawasan ini banyak dibudidayakan tanaman hias. Budidaya tanaman hias merupakan usaha yang banyak dikelola oleh masyarakat yang bersifat rumahan maupun perusahaan. Kecamatan Tamansari pernah mendapat sebutan sebagai sentra tanaman hias karena banyaknya masyarakat yang membudidayakan tanaman hias. Sampai saat ini, usaha budidaya tanaman hias masih berorientasi pada peningkatan produksi. Seperti halnya industri tanaman hias, di Kawasan ini terdapat industri pengrajin sepatu dan sandal yang juga masih berorientasi pada produksi dan potensial untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata. Menjadi pengrajin sepatu dan sandal merupakan mata pencaharian mayoritas masyarakat Desa Pasir Eurih. Industri ini bersifat rumahan. Selain itu, Desa Pasir Eurih ini juga merupakan jalur pengembangan wilayah peternakan. Kelompok Tani Mitra Tohaga mengembangkan peternakan itik melalui integrasi kegiatan pembibitan dan diversifikasi budidayanya. Tidak hanya dianugerahi potensi alam yang mempesona, Kawasan Wisata Terpadu Tamansari juga memiliki keragaman seni, budaya dan keunikan sejarah masa lalu yang tinggi. Terdapat Kampung Budaya Sindangbarang sebagai salah satu kampung adat di Jawa Barat dengan arsitektur bangunan bergaya khas adat Sunda dan kehidupan Pasundan seluruhnya, seperti tata cara hidup dan kebiasaan adat, permainan tradisional, dan pertunjukkan kesenian. Selain itu, terdapat juga event tahunan seperti upacara “Seren Taun” setiap bulan Muharram, dan pertunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” Gambar 7. Di Kawasan ini tersebar beberapa situs purbakala seperti Situs Sindangbarang dan Sumur Jalatunda. Gambar 7 Bangunan adat dan petunjukkan seni “Unjuk Tujuh Gunung” di Kampung Budaya Sindangbarang. Tempat ibadah umat agama lain yaitu Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia dibangun ditengah-tengah mayoritas masyarakat yang beragama Islam Gambar 8. Pura Parahyangan Agung Jagatkharta yang memiliki arti alam dewata yang sangat sempurna kesuciannya, merupakan pura terbesar di Jawa Barat dan konon merupakan istana bagi Prabu Siliwangi dan leluhur Jawa Barat. Pembangunan Pura ini dirintis sejak tahun 1995. Bentuk bangunan Pura ini mirip dengan Candi Cangkuang di Garut, Jawa Barat. Setiap minggunya pura ini ramai dikunjungi peziarah, baik dari Bogor maupun luar Bogor bahkan dari luar provinsi Jawa Barat, terutama dari Bali. Vihara Nichiren Syoshu Indonesia adalah salah satu vihara terbesar di Jawa barat. Vihara ini hanya dikunjungi umat Budha sekali setiap akhir bulan sebagai koordinasi pusat dari agama Budha aliran Nichiren. Tempat ibadah umat Budha ini dibangun diatas tanah seorang umat Budha berkebangsaan Jepang sehingga arsitektur bangunannya bergaya khas Jepang. Gambar 8 Pura Parahyangan Agung Jagatkharta dan Vihara Nichiren Syoshu Indonesia.

5.2 Produk Wisata yang Telah Ada