Siklus Akuntansi Biaya dalam Perusahaan Manufaktur Hasil Penelitian Sebelumnya

2.10 Klasifikasi Biaya Manufaktur yang Umum Digunakan

Menurut Hornnger 2006, ada tiga istilah yang umum digunakan dalam menggambarkan biaya manufaktur adalah biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja manufaktur langsung, serta biaya manufaktur tidak langsung.

1. Biaya Bahan Langsung direct material cost adalah biaya perolehan semua

bahan yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya barang dalam proses dan kemudian barang jadi dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis. Biaya perolehan bahan langsung mencakup beban angkut pengiriman masuk, pajak penjualan, serta bea masuk. Contoh biaya bahan langsung adalah alumunium yang digunakan untuk membuat kaleng Pepsi atau kertas yang digunakan mencetak sports illustrated.

2. Biaya Tenaga Kerja Manufaktur Langsung direct manufacturing labor

cost meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke objek biaya barang dalam proses dan kemudian barang jadi dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin serta pekerja lini perakitan yang mengkonverai bahan langsung yang dibeli menjadi barang jadi.

3. Biaya Manufaktur Tidak Langsung indirect manufacturing cost adalah

seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya barang dalam proses dan kemudian barang jadi namun tidak dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah perlengkapan, bahan tidak langsung seperti minyak pelumas, biaya tenaga kerja manufaktur tidak langusng seperti pekerja bagian perawatan mesin dan kebersihan, sewa pabrik, asuransi pabrik, pajak atas kepemilikan pabrik, penyusutan pabrik serta kompensasi bagi manajer pabrik. Kategori biaya ini juga disebut sebagai biaya overhead manufaktur atau biaya overhead pabrik.

2.11 Siklus Akuntansi Biaya dalam Perusahaan Manufaktur

Menurut Mulyadi 2005 dalam melakukan proses pembuatan produk di sebuah perusahaan manufaktur, memerlukan tahapan-tahapan yang harus dijalankan dengan baik. Produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan akan dilakukan perhitungan harganya sesuai prosedur perhitungan yang berlaku. Adapun siklus akuntansi biaya perusahaan manufaktur dapat dilihat dalam gambar 3 di bawah ini : Gambar 3. Siklus Akuntansi Biaya dalam Perusahaan Manufaktur Sumber : Akuntansi Biaya, Mulyadi 2005

2.12 Hasil Penelitian Sebelumnya

Berikut adalah beberapa penelitian yang menjadikan perhitungan metode full costing sebagai alat analisis penelitiannya. Metode ini akan dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan. 1. Dewi 2011 dengan skripsinya yang berjudul ‘Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Sepatu dengan Metode Full costing Studi Kasus UKM Galaksi Kampung Kabandungan Ciapus, Bogor’ menganalisis antara perhitungan harga produksi perusahaan dengan menggunakan metode full costing. Penelitian ini mengambil 3 contoh sepatu, yaitu model BM01, BM02, dan BM03. Elemen biaya yang digunakan dalam perhitungan perusahaan adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sedangkan elemen biaya yang digunakan dengan metode full costing adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variable pabrik, dan biaya overhead tetap pabrik. Hasil penelitian Dewi menyatakan terdapat perbedaan perhitungan harga produksi. Menurut perusahaan, sepatu model BM01 adalah Rp 16.029,106, BM02 sebesar Rp Siklus Pembuatan Produk Pembelian dan penyimpanan bahan baku Penyimpanan produk jadi dalam gudang Pengolahan bahan baku menjadi produk jadi Biaya overhead pabrik Biaya tenaga kerja langsung Penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai Penentuan harga pokok yang dibeli Pengumpulan biaya produksi Penentuan harga pokok produksi Siklus Akuntansi Biaya 15.185,936 dan untuk BM03 Rp 15.429,106. Sedangkan dengan metode perhitungan full costing adalah Rp 18.191,439 untuk sepatu model BM01, Rp 17.233,269 untuk BM02 dan Rp 17.476,439 untuk model BM03. 2. Widyastuti 2007 dengan judul skripsinya ‘Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita Studi Kasus UKM Lifera Hand Bag Collection menyimpulkan bahwa perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan masih sangat sederhana dimana biaya overhead pabrik tidak dialokasikan ke masing- masing produk secara rinci dan tidak disesuaikan dengan pemakaian biaya secara nyata melainkan hanya merupakan suatu estimasi biaya yang dianggarkan dalam kelompok biaya lain-lain. Hal ini mengakibatkan biaya harga produksi diperoleh tidak sesuai dengan cara perhitungan metode Activity Based Costing ABC. Dari hasil penelitiannya ini, perhitungan harga pokok produksi yang digunakan perusahaan berbeda dengan metode ABC. Perhitungan dengan metode ABC untuk model tas 876 A lebih besar 32,47 dan 2,5 untuk model tas 858. 3. Silvania 2011 dengan skripsinya yang berjudul ‘Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu dengan Metode Full costing pada Industri Kecil Studi Kasus CV Laksa Mandiri. Hasil analisis data diperoleh bahwa perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh CV Laksa Mandiri untuk tahu putih adalah Rp 203,50 dan tahu kuning adalah Rp 229,94. Hasil analisa perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing untuk tahu putih adalah Rp 207,84 dan tahu kuning adalah Rp 227,57. Selisih antara metode full costing dengan metode yang dilakukan oleh perusahaan adalah tahu putih sebesar Rp 4,34 dan tahu kuning sebesar Rp 4,63. Jadi metode yang paling tepat adalah metode full costing karena metode ini memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Berdasarkan hasil penelitian terdulu dapat disimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing lebih akurat dibandingkan dengan metode perusahaan. Hal ini terjadi karena perhitungan biaya dengan menggunakan metode full costing juga membebankan biaya overhead dan penyusutan, sehingga perhitungannya harganya lebih akurat. III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian