Perhitungan Total padatan METODE PENELITIAN

19

7. Metode Analisis

1. Gula pereduksi

Prinsip metode ini yakni dalam suasana alkali gula pereduksi akan mereduksi asam 3,5-dinitrolisilat DNS membentuk senyawa yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm. a. Penyiapan Pereaksi DNS Pereaksi DNS dibuat dengan melarutkan 10,6 g asam 3,5 dinitrolisat dan 19,8 NaOH ke dalam 1416 ml air. Setelah itu ditambahkan 306 g Na-K Tatrat, 7,6 g fenol yang dicairkan pada suhu 50 o C dan 8,3 g Na-Metabisulfit. Kemudian diaduk rata, 3 ml larutan ini dititrasi dengan HCL 0,1 N dengan indikator fenolftalein. Banyaknya titran berkisar 5-6 ml. jika kurang dari itu harus ditambahkan 2 g NaOH untuk setiap ml kekurangan HCL 0,1 N. b. Penentuan Kurva Standar Kurva standar dibuat dengan mengukur mengetahui nilai gula pereduksi pada glukosa pada selang 0,2-0,5 mgl. Kemudian nilai gula pereduksi dicari dengan metode DNS. Hasil yang didapatkan diplotkan dalam grafik secara linear. c. Penetapan Total Gula Pereduksi Pengujian gula pereduksi menggunakan kurva standar DNS adalah sebagai berikut : 1 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 ml pereaksi DNS. Larutan tersebut ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit. Biarkan sampai dingin pada suhu ruang kemudian ukur absorbansi pada panjang gelombang 550 nm.

2. Perhitungan Total padatan

total residu bobot substrat 15 gr Keterangan: Total residu: bobot kain saring + padatan-bobot awal kain saring + bobot kertas saring + padatan-bobot awal kertas saring 3. Prosedur Karakterisasi E.cottonii a. Uji Luff school Sebanyak 1-2 gram bahan ditimbang dan ditambahkan 100 ml HCl 3. Larutan dimasukkan ke dalam otoklaf pada suhu 105 o C selama 15 menit. Kemudian larutan didinginkan dan dinetralkan menggunakan larutan NaOH 4 N, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml sampai tanda tera. Sebanyak 10 ml larutan dipipet ke dalam stop Erlenmeyer, ditambahkan 25 ml larutan luff schoorl, dihubungkan dengan pendingin udara, dipanaskan hingga mendidih dan tunggu 10 menit. Didinginkan kemudian ditambahkan 25 X 100 20 ml larutan H 2 SO 4 6 N dan 15 ml larutan KI 20 , dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,1 N dengan indikator amilum 1 . Dihitung selisih antara jumlah ml titran sampel dengan blangko dengan perhitungan sebagai berikut : b-a x N.Na Thio 0,1 b = bobot blangko g a = bobot sampel g Dihitung kesetaraan kadar gula invert dengan tabel kadar gula invert sebagai glukosa: Kadar karbohidrat = 0,9 x G x P x 100 Y G = mg glukosa yang setara dengan ml blanko-ml contoh Na 2 S 2 O 3 0,1 N P = faktor Pengenceran Y = mg berat contoh b. Kadar Air Cawan aluminium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 5 gram sampel lalu ditimbang W1 kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 o C selama 3 jam. Cawan aluminium dan sampel yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Pemanasan sampel diulangi sampai dicapai bobot konstan W2. Sisa contoh dihitung sebagai total padatan dan air yang menghilang sebagai kadar air. Kadar Air = W1-W2 x 100 W1 c. Kadar Abu Sebanyak 2 gram contoh ditimbang dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya A, kemudian diarangkan dengan menggunakan pemanas Bunsen hingga tidak mengeluarkan asap lagi. Cawan porselin berisi contoh B yang sudah diarangkan kemudian dimasukkan ke dalam tanur bersuhu 600 o C selama 2 jam untuk mengubah arang menjadi abu C. Cawan porselin berisi abu didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga mencapai bobot tetap. Kadar Abu = C-A x 100 B d. Kadar Protein Sebanyak 0,1-0,5 gram contoh dimasukkan ke dalam labu kjeldahl lalu ditambahkan 5 ml H 2 SO 4 pekat dan 1 gram katalis CuSO 4 dan Na 2 SO 4 . Larutan didestruksi hingga menghasilkan larutan jernih kemudian didinginkan. Larutan hasil destruksi dipindahkan ke alat destilasi dan ditambahkan NaOH 6 N dan asam borat. Destilasi dilakukan sampai volume larutan dalam labu Erlenmeyer mencapai dua kali volume awal. Ujung kondensor dibilas dengan 21 akuades ditampung dalam labu Erlenmeyer. Larutan yang berada dalam labu Erlenmeyer dititrasi dengan H 2 SO 4 0,02 N hingga diperoleh perubahan warna dari hijau menjadi ungu. Setelah itu dilakukan pula penetapan blanko. Kadar protein = b-a x N x 0,014 x 6,25 x 100 W Keterangan : a = ml H 2 SO 4 untuk titrasi blanko b = ml H 2 SO 4 untuk titrasi contoh N = Normalitas H 2 SO 4 W = bobot contoh g 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN