PENELITIAN PENDAHULUAN HASIL DAN PEMBAHASAN

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENELITIAN PENDAHULUAN

A.1 Persiapan Bahan Baku Bahan baku penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut jenis E.cottonii yang diperoleh dari daerah Lampung. Bahan baku E. cottonii yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan proses desalinasi yaitu dengan perendaman dan pencucian. Bahan baku yang sudah didesalinasi kemudian dicacah dan dikeringkan. Perendaman bertujuan untuk melarutkan bahan-bahan pengotor yang terdapat pada bahan baku E. cottonii agar bahan pengotor seperti tanah, lumpur, dan sebagainya tidak mempengaruhi proses selanjutnya. Kemudian dilakukan pencucian untuk menghilangkan semua bahan-bahan yang tidak diperlukan tersebut. Bahan baku tersebut kemudian dicacah menggunakan mesin pencacah menjadi berukuran ± 0,5-1,5 cm, yang bertujuan untuk memperbesar luas permukaan bahan sehingga kontak dengan larutan asam akan berlangsung dengan sempurna. Bahan baku kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari untuk menghilangkan kandungan air. Kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya kerusakan bahan akibat timbulnya jamur dan mikroorganisme lainnya selama penyimpanan. A.2 Karakterisasi Bahan Baku Karakterisasi E.cottonii yang dilakukan pada penelitian pendahuluan meliputi uji kadar air, kadar abu, protein, dan karbohidrat. Hasil analisis karakterisasi bahan baku E.cottonii disajikan pada Tabel 4 berikut Tabel 4. Komposisi kimia E. cottonii. Komponen Komposisi Pustaka Air 8,01 27,8 Abu 13,79 22,25 Protein 3,59 5,4 Karbohidrat 48,93 33,3 Lemak 8,60 Serat kasar 3 Harvey, 2009 Tabel 4 menunjukkan bahwa E.cottonii hanya mengandung sedikit protein yaitu 3,59. Sementara kandungan yang paling tinggi yakni karbohidrat sebesar 48,93. Kandungan karbohidrat yang tinggi membuat E.cottonii memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi salah satu bahan baku penghasil bioetanol. Berdasarkan hasil penelitian Sriyanti 2003, bahwa tinggi rendahnya kadar gula dan kadar alkohol tiap gramnya dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kandungan karbohidrat. Hal ini 23 menunjukkan kadar karbohidrat yang lebih tinggi akan meningkatkan kadar alkohol yang dihasilkan dalam proses fermentasi karbohidrat. Menurut Harvey 2009, secara kimia rumput laut terdiri dari air 27,8, protein 5,4, karbohidrat 33,3, lemak 8,60, serat kasar 3,0, dan abu 22,25. Menurut Suriawiria 2003, uji proksimat yang dilakukan pada limbah rumput laut kering didapatkan presentase masing-masing komponen yaitu kadar air 11.28, kadar abu 36,05, kadar lemak 0,42, kadar protein 1,86, kadar serat kasar 8,96, dan karbohidrat 41,43. Hasil karakterisasi E.cottonii pada penelitian ini menunjukkan nilai yang hampir sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Luthfy 1988, melaporkan bahwa rumput laut jenis E. cottonii ternyata mengandung kadar abu 19,92 , protein 2,80 , lemak 1,78 , serat kasar 7,02 dan mengandung karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 68,48 . Namun, komponen karbohidrat hasil penelitian menunjukkan nilai yang sedikit lebih kecil dibandingkan penelitian Luthfy 1988. Hal ini disebabkan komposisi kimia E.cottonii bervariasi karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Ishibashi dan Yamamoto 1960, komposisi kimia rumput laut bervariasi karena adanya perbedaan individu, habitat, kematangan, dan kondisi lingkungannya. Komponen utama rumput laut adalah karbohidrat gula dan vegetable-gum, protein, lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Karbohidrat yang dimiliki berupa polisakarida yang kompleks seperti karaginan. Karaginan tersusun dari unit D-galaktosa dan 3,6 anhidro-D- galaktosa dengan ikatan β-1,3 dan α-1,4 pada polimer heksosanya, sedangkan pada atom hidroksil, terikat gugus sulfat dengan ikatan ester Glicksman, 1983. Senyawa-senyawa polisakarida mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil dalam suasana basa. Dalam proses konversi karbohidrat menjadi glukosa dilakukan dengan penambahan H ₂SO dan enzim. Selanjutnya dilakukan proses peragian atau fermentasi gula menjadi etanol dengan menambahkan yeast atau ragi. Kandungan karbohidrat yang besar menunjukkan bahwa E.cottonii sangat berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan bioetanol. Karbohidrat pada rumput laut E.cottonii terdiri atas galaktan, selulosa, hemiselulosa, dan karaginan. Menurut Hellebust dan Cragie 1978, karaginan terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain. Menurut Oxford Food Nutrition Dictionary, galaktan adalah polisakarida yang terdiri dari turunan galaktosa, sebuah unsur utama karaginan. Hidrolisis galaktan akan menghasilkan gula sederhana berupa galaktosa. Sementara hidrolisis selulosa akan menghasilkan glukosa, sedangkan hemiselulosa menghasilkan glukosa, mannosa, galaktosa, xilosa, dan arabinosa. Karbohidrat tersebut akan dipecah menjadi monomer-monomer atau gula sederhana melalui proses hidrolisis. Gula yang dihasilkan dari proses hidrolisis akan menjadi sumber makanan utama mikroorganisme S.serevisiae selama proses fermentasi berlangsung yang akan dikonversi menjadi etanol sebagai produk metabolit utamanya. 24

B. PENELITIAN UTAMA