HUBUNGAN ANTARA KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN

28 Gambar 7. Hasil plot model GAB lanjutan Parameter penting lain yang didapat melalui data pada Lampiran 3 adalah kadar air monolayer. Data tersebut memperlihatkan model BET dan GAB yang menghasilkan kadar air monolayer yaitu 3,00 – 4,36 bk. Kadar air monolayer merupakan parameter dimana air terikat kuat di dalam biji jarak pagar sehingga biji jarak pagar tidak mengalami kerusakan karena air pada saat penyimpanan. Hal ini terbukti pada kadar air kesetimbangan di bawah 4,36 bk menunjukkan bahwa asam lemak bebas yang terbentuk paling tinggi adalah 3,9. Nilai tersebut masih berada diselang asam lemak bebas awal sebelum penyimpanan yaitu 2,61 - 4,64. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kadar air monolayer tidak terjadi kerusakan minyak setelah masa kesetimbangan berdasarkan pengukuran asam lemak bebas.

D. HUBUNGAN ANTARA KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN

KADAR AIR KESETIMBANGAN BIJI JARAK PAGAR Tingkat kerusakan biji jarak pagar dapat diukur dengan mengukur asam lemak bebas. Keberadaan asam lemak bebas akan mengganggu proses produksi biodiesel. Keadaan ini terjadi karena katalis alkalin tidak mempercepat reaksi transesterifikasi melainkan bereaksi dengan asam lemak bebas membentuk sabun. Akibatnya, jumlah katalis dan asam lemak yang digunakan dalam proses esterifikasi akan berkurang selanjutnya rendemen biodiesel yang dihasilkan juga berkurang. Selain itu sabun juga mengemulsi 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 E M C a w Desorpsi 40°C prediksi GAB percobaan 29 metil ester dengan gliserol sehingga metil ester dan gliserol semakin sulit dipisahkan. Pembentukan asam lemak bebas terjadi melalui oksidasi dan hidrolisis. Reaksi tersebut sangat bergantung pada kandungan asam lemak penyusunnya. Minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung mudah teroksidasi, sedangkan minyak dengan asam lemak jenuh lebih mudah terhidrolisis Kardiyono, 2010. Dengan demikian reaksi yang lebih mudah terjadi pada biji jarak pagar adalah oksidasi dibanding hidrolisis karena tingginya kandungan asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat 40 dan asam linoleat 37. Terlepasnya asam lemak menjadi asam lemak bebas bisa terjadi pada penyimpanan biji jarak pagar maupun minyak jarak pagar. Pembentukan asam lemak bebas akan menjadi lebih cepat jika penanganan biji jarak pagar tidak tepat. Data yang dihasilkan penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kadar asam lemak bebas ALB dengan kadar air kesetimbangan EMC biji jarak pagar yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 memperlihatkan jumlah asam lemak bebas fluktuatif terhadap a w terutama pada suhu 30°C. Kadar asam lemak bebas pada dua a w tertinggi yaitu a w 0,78 dan 0,82 pada kedua grafik cenderung tinggi. Hal ini terjadi akibat kadar air kesetimbangan yang tinggi. Air yang terdapat di dalam biji menyebabkan terjadinya hidrolisis dan isomerisasi dengan peroksida dan hidroperoksida hasil oksidasi yang menguraikan minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Selain air tumbuhnya kapang juga memicu terbentuknya asam lemak bebas . Kapang yang tumbuh terutama diduga adalah Aspergillus flavus, A. restrictus, A. tamari, Cladosporium sp., C. cladosporioides, Colletorichum sp, Eurotium chevalieri, E rubrum, Fusarium semitectum, F. verticillioides, Lasiodiplodia sp, Libertella sp, Penicillium citrium dan P. oxalicum Kardiyono, 2010. Aspergillus, Cladosporium dan Penicillium sering diisolasi dari biji-bijian yang mengandung minyak tinggi Ketaren, 2005. Kapang tersebut mampu menghidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Oleh karena lemak merupakan substrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. 30 Tabel 4. Kadar asam lemak bebas biji jarak pagar pertumbuhan kapang sedikit ,pertumbuhan kapang banyak Tingginya kadar asam lemak bebas pada a w lainnya diduga karena lamanya masa kesetimbangan. Masa kesetimbangan yang lama mengakibatkan biji jarak pagar lebih lama terpapar udara yang mengandung air. Air merupakan pereaksi hidrolisis atau dapat berisomerisasi dengan peroksida dan hidroperoksida ketika oksidasi. Reaksi hidrolisis dan oksidasi yang lama mengakibatkan asam lemak bebas yang terbentuk semakin tinggi. Berdasarkan data yang ditampilkan di atas terlihat bahwa kadar air kesetimbangan memiliki hubungan yang positif dengan terbentuknya asam lemak bebas. Hubungan antara kadar air kesetimbangan dan kadar asam lemak bebas pada biji jarak pagar mampu digambarkan oleh persamaan polinom. Hal ini dapat diketahui karena nilai modulus deviasi P persamaan polinom paling kecil dibanding persamaan asam lemak bebas konstan dan linier. Nilai modulus deviasi ketiga persamaan tersebut ada pada Tabel 5. Oleh karena asam lemak bebas memiliki hubungan yang positif terhadap kadar air kesetimbangan maka pengendalian asam lemak bebas dapat dilakukan dengan mengendalikan kadar air kesetimbangan. Garam a w Biji kering adsorpsi Biji basah desorpsi 30°C 40°C 30°C 40°C ZnCl 2 0,137 3,84 2,03 3,14 2,74 NaOH 0,146 3,90 1,34 3,21 2,69 CH 3 COOK 0,268 5,39 1,69 4,78 2,56 MgCl 2 0,366 4,92 1,88 3,05 2,86 K 2 CO 3 0,429 6,39 2,07 3,59 3,75 NaBr 0,537 5,61 2,40 4,61 3,04 NaCl 0,684 3,09 3,75 3,92 4,01 NH 4 2 SO 4 0,705 4,46 3,61 4,30 4,59 KNO 3 0,789 4,71 4,66 7,42 3,94 K 2 SO 4 0,825 6,15 9,13 8,66 5,00 31 Tabel 5. Modulus deviasi P hubungan antara EMC dan ALB Model Modulus Deviasi P 30°C 40°C Biji basah Biji kering Biji basah Biji kering ALB = konstan 29,14 18,96 21,80 58,03 Linear 27,62 17,69 13,15 15,80 Polinom 11,92 14,84 8,08 11,97 y = c; y = a.x + b; y = a.x 3 + b.x 2 + c.x + d, dimana y dan x adalah ALB dan EMC, dengan a, b, c dan d adalah konstanta untuk masing-masing persamaan Penyimpanan biji jarak pagar sebaiknya dilakukan pada suhu antara 30 dan 40°C dan kelembaban relatif paling tinggi 70. Pada kelembaban di atas itu akan terjadi pertumbuhan kapang yang dapat merusak minyak. Namun demikian jika penyimpanan pada kelembaban relatif tinggi tidak dapat terhindarkan maka sebaiknya digunakan desinfektan seperti asap cair dan natrium hipoklorida Kardiyono 2010. Selain itu bisa juga dilakukan pengemasan dengan menggunakan plastik PP polipropilen untuk mencegah penurunan mutu minyak Nugroho, 2010. 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN