21 kadar  minyak  dan  kadar  protein  terhadap  air  terikat  akan  mempengaruhi
aktivitas  air.  Aktivitas    air  tersebut  kemudian  akan  mempengaruhi  perilaku isotermi sorpsi air biji jarak pagar.
Kadar asam lemak bebas biji basah lebih tinggi daripada biji kering. Hal ini  diduga  karena  pada  biji  basah,  jumlah  air  yang  terkandung  lebih  banyak
daripada  jumlah  air  pada  biji  kering.  Air  pada  biji  basah  akan  berisomer dengan  peroksida  dan  hidroperoksida  yang  kemudian  memecah  lemak
menjadi  asam  lemak  bebas  dan  gliserol.  Peroksida  dan  hidroperoksida terbentuk  karena  adanya  oksidasi  pada  ikatan  rangkap  asam  lemak  tidak
jenuh. Oleh  karena  itu,  penyimpanan  biji  jarak  pagar  sebaiknya  dilakukan
setelah  biji  dikeringkan.  Pengeringan  sebaiknya  dilakukan  dengan menggunakan alat pengering pada suhu 70°C Mellyana, 2010.
B. KADAR AIR KESETIMBANGAN
Kadar air kesetimbangan atau equilibrium moisture content EMC biji jarak  pagar  diperoleh  dengan  menggunakan  metode  statis  pada  dua  tingkat
suhu yaitu 30 dan 40°C dengan sepuluh tingkat kelembaban relatif RH yaitu 13,7;  14,6;  26,8;  36,6;  42,9;  53,7;  68,4;  70,5;  78,9  dan
82,5.  Penentuan  kedua  suhu  tersebut  didasarkan  pada  suhu  kondisi penyimpanan  biji  jarak  pagar  di  lapangan.  Penelitian  ini  dilakukan  secara
duplo  pada  masing-masing  kondisi  suhu  dan  RH.    Penelitian  ini  dilakukan pada  dua  tingkat  suhu  agar  memenuhi  syarat  minimal  untuk  melakukan
estimasi  isotermi  sorpsi  air  pada  suhu  lainnya.  Estimasi  tersebut  dilakukan baik  dengan  cara  interpolasi  maupun  ekstrapolasi.  Hasil  rata-rata  kadar  air
kesetimbangan biji jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 3. Hubungan    antara  kadar  air  kesetimbangan  dengan  aktivitas  air  pada
suhu  tetap  dinyatakan  sebagai  isotermi  sorpsi  air.  Kurva  isotermi  sorpsi  air biji  jarak  pagar  yang  dihasilkan  penelitian  ini  menampilkan  bentuk  kurva
sigmoid atau berbentuk seperti huruf S Gambar 5. Proses kesetimbangan pada penelitian ini dilakukan melalui dua proses
yaitu  secara  adsorpsi  dan  desorpsi.  Proses  adsorpsi  dilakukan  dengan
22 menggunakan  biji  jarak  pagar  kering  dengan  kadar  air  awal  4,25-4,53.
Proses  desorpsi  dilakukan  dengan  menggunakan  biji  jarak  pagar  basah dengan kadar air awal 40,88-43,14.
Tabel 3. Kadar air kesetimbangan biji jarak pagar  bk
pertumbuhan kapang sedikit ,pertumbuhan kapang banyak
Gambar 5. Kurva isotermi sorpsi air pada suhu 30 dan 40°C
10 20
30 40
50
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
0,9 1
E M
C
a
w
30°C
adsorpsi desorpsi
10 20
30 40
50
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
0,9 1
E M
C
a
w
40°C
adsorpsi desorpsi
Garam a
w
Biji kering adsorpsi Biji basah desorpsi
30°C 40°C
30°C 40°C
ZnCl
2
0,137 2,77
1,74 2,66
2,76 NaOH
0,146 2,93
2,48 3,01
2,72 CH
3
COOK 0,268
4,46 3,74
4,89 4,09
MgCl
2
0,366 5,07
4,73 5,42
5,00 K
2
CO
3
0,429 6,43
5,68 6,34
6,07 NaBr
0,537 6,76
6,72 6,71
6,46 NaCl
0,684 10,36
9,33 10,31
10,14 NH
4 2
SO
4
0,705 11,17
10,04 11,81
10,85 KNO
3
0,789 15,08
15,57 18,30
18,25 K
2
SO
4
0,825 34,93
42,66 37,64
48,78
23 Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa proses adsorpsi biji kering
maupun desorpsi biji basah pada masing-masing kondisi suhu menunjukkan perilaku  yang  sama  yaitu  semakin  tinggi  kadar  air  kesetimbangan  maka  a
w
semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah kadar air kesetimbangan maka a
w
juga semakin rendah. Berkurangnya  kadar  air  pada  proses  desorpsi  menunjukkan  terjadinya
difusi air dari biji jarak pagar ke lingkungan, sedangkan bertambahnya kadar air pada proses adsorpsi menunjukkan terjadinya difusi air dari lingkungan ke
dalam  biji  jarak  pagar.  Difusi  ini  terjadi  akibat  perbedaan  tekanan  uap  air antara biji jarak pagar dengan lingkungan. Difusi air ke dalam biji jarak pagar
terjadi  karena  tekanan  uap  air  lingkungan  lebih  tinggi  daripada  tekanan  uap air biji jarak pagar, sedangkan lepasnya air dari biji jarak pagar terjadi karena
tekanan  uap  air  lingkungan  lebih  rendah  daripada  tekanan  uap  air  biji  jarak pagar.
Laju difusi air semakin lama akan semakin menurun karena perbedaan tekanan uap air antara biji jarak pagar dengan lingkungan akan semakin kecil.
Kondisi  kesetimbangan  terjadi  ketika  tekanan  uap  air  biji  jarak  pagar  sama dengan  tekanan  uap  air  lingkungan.  Pada  kondisi  ini  kadar  air  tidak  akan
berubah atau laju difusi air ke dalam biji jarak pagar sama dengan laju difusi air  keluar  biji  jarak  pagar.  Secara  teknis  kondisi  kesetimbangan  ditandai
dengan hasil pengukuran bobot biji jarak pagar yang konstan selama tiga kali penimbangan  secara  berturut-turut.  Penimbangan  dilakukan  dengan
menggunakan timbangan digital dua desimal. Tercapainya  kondisi  kesetimbangan  membutuhkan  waktu  2  sampai  5
pekan. Pencapaian kondisi kesetimbangan terlama dialami oleh biji pada dua RH  tertinggi  yang  ditumbuhi  kapang.  Pertumbuhan  tersebut  berarti
pertambahan  massa  pada  misselium  kapang  yang  menyelimuti  biji  sehingga peningkatan bobot biji yang berlangsung lebih lama akibatnya kesetimbangan
juga tercapai lebih lama. Berdasarkan  Gambar  5  terjadi  perbedaan  kadar  air  kesetimbangan
antara proses adsorpsi dengan proses desorpsi pada kondisi suhu dan a
w
yang sama dan terjadi pada semua selang a
w
. Hal ini berarti telah terjadi fenomena
24 histeresis. Namun demikian, histeresis yang terjadi sangat kecil yang ditandai
dengan  berimpitnya  kurva  adsorpsi  dan  desorpsi.  Togrul  dan  Arslan  2007 juga menemukan histeresis yang tidak signifikan pada biji walnut.
Tabel  3  memperlihatkan  bahwa  kondisi  suhu  dapat  mempengaruhi kadar  air  kesetimbangan.  Suhu  yang  lebih  tinggi  mengakibatkan  kadar  air
kesetimbangan yang lebih rendah. Perubahan kadar air kesetimbangan karena pengaruh  suhu  terjadi,  baik  pada  proses  adsorpsi  maupun  desorpsi.  Pada
Tabel 3, kadar air kesetimbangan pada suhu 30°C lebih besar daripada kadar air kesetimbangan pada suhu 40°C. Pengaruh suhu yang berbanding terbalik
terhadap kadar air kesetimbangan ini juga terjadi pada  kacang lokus Afrika Sopade  et  al.,  1996,  kemiri  Tarigan  et  al.,  2006,  biji  walnut  Togrul  dan
Arslan,  2007  dan  tepung  kacang  tanah  Bambara  Alakali  dan  Satimehin, 2007.
Penurunan  kadar  air  kesetimbangan  terjadi  karena  peningkatan  suhu mengakibatkan  peningkatan  tekanan  uap  air  biji  jarak  pagar  sehingga
kecenderungan air untuk menguap semakin besar. Air yang menguap semakin banyak,  maka  kadar  air  kesetimbangan  mengalami  penurunan.  Dengan  kata
lain,  menurut  Reed  2006  udara  yang  lebih  panas  mampu  menampung  air lebih banyak, sehingga air yang keluar dari biji jarak pagar semakin banyak.
Selain itu, menurut Togrul dan Arslan 2007 kecenderungan tersebut diduga terjadi karena adanya pengurangan sisi aktif yang berperan dalam pengikatan
air.  Sisi  aktif  tersebut  diduga  merupakan  sisi  aktif  enzim  yang  dapat mengalami inaktivasi akibat kenaikan suhu.
Gambar 5 memperlihatkan bahwa kadar air kesetimbangan pada kedua a
w
tertinggi  yaitu  a
w
0,78  dan  0,82 mengalami  kenaikan  yang  sangat  tinggi.
Kenaikan  yang  tinggi  ini  diduga  dipicu  oleh  pertumbuhan  kapang  yang menyebabkan  penambahan  air  pada  biji  jarak  pagar.  Kapang  memanfaatkan
nutrisi  pada  biji  dan  mengeluarkan  air  sebagai  hasil  metabolisme  Worang, 2008. Biji jarak pagar yang ditumbuhi kapang dapat dilihat pada Gambar 6.
25 Gambar 6. Biji jarak pagar yang ditumbuhi kapang
C. MODEL ISOTERMI SORPSI AIR