satuan volume. Sedangkan berat jenis adalah perbandingan kerapatan bahan dengan kerapatan air 1 gcm³ Bowyer et al. 2003.
2.3 Sifat Mekanis
Sifat mekanis kayu merupakan ukuran ketahanan kayu terhadap gaya luar yang cenderung merubah bentuk benda. Ketahanan kayu tersebut tergantung pada
besarnya gaya dan cara pembebanan tarik, tekan, geser, pukul. Kayu menunjukan perbedaan sifat mekanis dalam arah pertumbuhan yang berbeda
aksial, radial, dan tangensial Tsoumis 1991. Sifat mekanis yang diuji umumnya adalah MOE Modulus of Elastisity dan MOE Modulus of Rupture.
2.3.1 Modulus of Elastisity MOE
Sifat kekakuan merupakan ukuran kemampuan suatu benda untuk menahan perubahan bentuk atau lenturan yang terjadi akibat pembebanan. Sifat
ini dinyatakan dengan Modulus of Elasticity MOE dan hanya berlaku sampai batas proporsi saja Bowyer et al. 2003. Nilai MOE rendah akan meningkatkan
kecepatan suara, kapasitas sound damping dan koefisien absorbsi suara Tsoumis 1991.
2.3.2 Modulus of Rupture MOR
Bila pemberian beban telah melewati batas proporsi, maka benda akan mengalami perubahan bentuk yang tetap. Jika pembebanan diteruskan, maka
benda akan mengalami kerusakan dan lama-kelamaan akan patah. Keadaan ini menyatakan ukuran kekuatan benda yang bisa dinyatakan dengan Modulus of
Rupture MOR Bowyer et al. 2003.
2.4 Bahan yang Digunakan
2.4.1 Kayu Ekaliptus Eucalyptus urophylla ST. Blake
Eucalyptus urophylla ST. Blake termasuk anggota famili Myrtaceae, subgenus Symphyomyrtus, merupakan salah satu jenis pohon yang tumbuh secara
alami di Indonesia. Eucalyptus urophylla tumbuh pada daerah dengan ketinggian 300
– 3.000 m di atas permukaan laut. Jenis Ekaliptus termasuk jenis yang sepanjang tahun tetap hijau dan sangat membutuhkan cahaya. Tanaman ini dapat
bertunas kembali setelah dipangkas dan agak tahan terhadap serangan rayap.
Pertumbuhan tanaman ini tergolong cepat terutama pada waktu muda. Kayu ekaliptus mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu
gergajian, konstruksi, finir, plywood, furniture, dan bahan pembuatan pulp dan kertas. Oleh karena itu jenis tanaman ini cenderung untuk selalu dikembangkan
Dephut 1994.
2.4.2 Perekat
Perekat yang digunakan dalam pembuatan balok laminasi harus memenuhi persyaratan untuk pemakaian pada kondisi kering kadar air 16 APA 2003.
Vick 1999 menyatakan bahwa perekat yang dapat digunakan untuk keperluan struktural eksterior adalah phenol formaldehyde PF, resorcinol formaldehyde
FR, phenol resorcinol PRF, isocyanate dan melamin formaldehyde MF. PRF adalah perekat yang paling umum digunakan unutk pembuatan balok
laminasi, namun perekat lain yang telah dievaluasi dan dibuktikan menuhi persyaratan baik kinerja maupun daya tahannya dapat digunakan Moody et al.
1999. Semetara itu dilaporkan semua balok laminasi di Kanada dibuat dengan menggunakan perekat tahan air water proof baik untuk penyambungan ujung
maupun perekatan permukaan lamina sehingga sesuai untuk penggunaan initerior maupun eksterior CWC 2000.
Perekat PF dipasarkan dalam tiga bentuk dasar yaitu: cairan, serbuk atau film. Sementara itu, perekat RF dibuat dalam bentuk cairan. Kedua perekat ini
sama-sama memiliki garis rekat berwarna merah gelap. PF matang dalam kempa panas pada suhu 120°-150°C, sedangkan RF biasa matang pada suhu ruangan.
Kedua perekat ini memiliki kekuatan basah dan kering yang tinggi, sangat tahan terhadap, air dan udara lembab serta lebih tahan dibandinkan kayu terhadap suhu
tinggi Marra 1992; Vick 1999. Resorcinol merupakan bahan kimia yang tahan dan hanya di produksi di
beberapa negara sehingga merupakan faktor penentu dalam biaya perekat RF dan PRF Pizzi 1994. Dengan kesamaan reaksi kimia, dimungkinkan penggabungan
sifat-sifat resin phenol dan resorcinol untuk menghasilkan resorcinol yang berbiaya rendah atau phenol yang lebih cepat matang. Hasilnya, perekat PRF yang
mempunyai biaya yang lebih rendah karena berbasis phenol dan matang pada suhu ruangan karena gugus ujung resorcinol Marra 1992.
Beberapa penelitian melaporkan penggunaan polivinil asetat PVA pada balok laminasi non struktural untuk keperluan interior Sinaga dan Hadjib 1989;
Wardhani 1999; Anshari 2006. Untuk keperluan semistruktural eksterior terbatas dilaporkan penggunaan polyurethane Wijaya 2001. Sedangkan untuk keperluan
struktur eksterior, jenis-jenis perekat yang dilaporkan dalam beberapa penelitian adalah perekat PF Darmayanti 1998; Yanti 1998; Penrangin-angin 2000, PRF
Karnasudirdja 1989; Wong et al 2002; Hadi et al 2005; Abdurrahman dan Hadjib 2005 dan MF Moody et al 1999. Untuk keperluan struktural eksterior terbatas,
dilaporkan penelitian menggunakan epoxy Rostina 2001; Imron 2005; Anshari 2006 dan melamin urea formaldehyde MUF Amwila 1993.
Perekat lain juga terus dikembangkan seperti dilaporkan dalam penelitian Malik dan Santoso 2005 dengan menggunakan perekat lignin resorcinol
formaldehyde LRF dan tannin formaldehyde TRF, walaupun hasilnya belum setara dengan perekat PRF. Berat labur yang digunakan dalam beberapa penelitian
bervariasi, pada umumnya berkisar antara 170-470 gm² dengan pelaburan pada satu permukaan single spread dan dua permukaan double spread.
2.4.3 Perekat Isosianat