Pembuatan Contoh Uji Pemilahan Lamina Berdasarkan Metode Defleksi Penyusunan Lamina

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Keteknikan Kayu, Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan dari bulan Januari 2012 hingga April 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin gergaji, mesin serut, dan mesin amplas. Kilang pengering digunakan untuk mengeringkan kayu selama 2 minggu. Alat-alat lainnya adalah wadah plastik, pengaduk, kape, kempa dingin, deflektometer, UTM Instron  tipe 3369, oven, water bath, timbangan, moisture meter dan kaliper. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu ekaliptus Eucalyptus urophylla ST. Blake, yang berasal dari daerah Garut, Jawa Barat dengan perkiraan umur pohon tersebut 10-12 tahun. Perekat yang digunakan adalah perekat isosianat.

3.3 Metode Pembuatan Glulam

3.3.1 Pembuatan Contoh Uji

Papan yang akan digunakan untuk pembuatan lamina dipotong menurut ukuran yang telah ditentukan. Papan-papan yang ukurangnya 1,5m dipotong ujungnya lalu dibelah menjadi lamina dengan beberapa ukuran lebar yang telah ditentunkan. Pembelahan dilakukan secara acak sehingga penampang radial dan tangensial tidak menjadi perhatian utama dalam penelitian ini. Selanjutnya lamina dikeringkan selama 7 hari untuk memperoleh nilai kadar air KA yang sesuai dengan standar JAS 234:2003 sebesar 16. Ukuran lamina yang dibuat serta jumlahnya untuk jenis kayu ekaliptus adalah: a. 2cm x 8cm x 120cm sebanyak 15 buah b. 1,5cm x 8cm x 120cm sebanyak 20 buah c. 1cm x 8cm x 120cm sebanyak 30 buah Setiap laminanya diukur dimensinya panjang, lebar, tebal dan ditimbang untuk menetukan kerapatannya. Ukuran akhir balok laminasi yang dibuat adalah 6cm x 8cm x 120cm.

3.3.2 Pemilahan Lamina Berdasarkan Metode Defleksi

Prinsip yang dipakai untuk mengukur kekakuan kayu pada metode defleksi, yaitu dengan memberikan suatu beban uji yang tetap pada kayu dan mengukur lenturan defleksi yang terjadi. MOE dimana MOE : modulus elastisitas kgf cm² P : beban standar kg L : jarak sangga cm Δy : defleksi yang terjadi akibat beban P b : lebar penampanng cm h : tebal penampang cm

3.3.3 Penyusunan Lamina

Lamina yang telah dipilah dikelompokkan berdasarkan nilai MOE-nya yang disusun menurut susunan yang telah ditetapkan. Prinsip penyusunannya adalah dengan menempatkan lamina yang memliki nilai MOE yang lebih tinggi dibagian luar balok laminasi yang akan dibuat. Sementara itu, lamina yang memiliki nilai MOE yang lebih rendah ditempatkan dibagian dalam balok laminasi. Gambar 1 menunjukkan penampang balok laminasi. 8cm 8cm 8cm 6cm 6cm 6cm Glulam A Glulam B Glulam C 3x2 cm 4x 1,5 cm 6x 1cm Gambar 1. Penampang melintang balok laminasi

3.3.4 Perekatan